~ Claire's POV ~
Grace menculikku dari rumah, ia membawaku ke rumahnya yang ternyata luas bukan main. Aku tak bisa membedakan ini rumah atau stadion sepak bola?
"Duduklah, Claire.." Ucapnya mempersilahkanku duduk di sofa panjang di kamarnya.
Aku segera duduk setelah Grace memberitahu orang tuanya sedang tidak ada di rumah. "Kau sendirian?"
"Ya.. Seperti yang kau lihat, hanya ada beberapa pesuruh di sini. Biasanya aku sering mengajak 'teman-temanku' untuk sleepover di rumahku," ucapnya sembari masuk ke ruangan yang ternyata tempat bajunya berada.
"Orang tua mu tak pulang ke rumah?"
"Mereka hanya pulang seminggu sekali," jawabnya dari dalam ruangan itu.
Satu kata yang ada dalam otakku. Kasian. Jauh dari sikapnya yang selama ini angkuh dan 'princess wanna be', Grace kasian sekali. Bisa dipastikan ia lebih kesepian daripada aku.
"Ngg... Kau tak punya saudara?"
"Ada. Aku punya kakak perempuan, tapi dia.... Ah, sudahlah tak usah membahas dia," Jawabnya saat keluar dari ruangan itu. Ia pun mulai duduk di depan cermin. "Ayo, Claire, mulailah," ucapnya.
Alisku terangkat, "mulailah?"
"Kemarilah," ucapnya, menyuruhku berjalan ke tempatnya.
Aku pun bangkit lalu berjalan menuju ke depan cermin. Grace tersenyum lalu berkata, "aku minta kau menghapus semua make up ku dan dandani aku menjadi sepertimu."
HAH?
Apa telingaku sedang ada masalah?
"K-k-kau bercanda kan, Grace?"
"Tidak. Lakukan, sekarang." Grace mulai menutup matanya menghadapku, tangannya memberiku cleanser dan kapas. Aku menerima dua benda itu dan perlahan menuangkan cleanser ke kapas lalu mengusapkannya ke muka Grace. Aku memang sedikit ragu, tapi mau bagaimana?
Setelah 7 menit, muka Grace pun bersih. No eye shadow, no blush on, no eyeliner, no foundation, no powder, no mascara, no lipgloss, no make up! Dan kau tau apa? Dia lebih cantik tanpa make up. Aku berani bertaruh pada siapa saja.
"Sudah, Grace, buka matamu," ucapku.
Grace memutar badannya agar menghadap cermin lalu membuka matanya perlahan. Ia mulai mengamati bayangannya, sempat bernapas dalam sejenak, namun setelah itu ia tersenyum. Seperti ada kelegaan tersendiri di dirinya.
"Terima kasih, Claire," ucapnya. Aku bisa melihat ketulusan di matanya.
"Sama-sama. Tapi tunggu, aku tau tak semudah itu kau akan 'melepaskan' semua make up mu.."
"Yeah.. Tapi aku akan mencoba."
"Grace.." Ia menoleh, menatapku. "Kau tak perlu menjadi sepertiku jika kau ingin mempunyai teman yang tulus. Kau tak perlu tak memakai make up sepertiku. Aku tak memakai make up karena aku tak terbiasa dan aku malas untuk memakai make up. Tapi kau? Aku yakin sisi lainmu mengatakan kau tak bisa hidup tanpa make up. Ku akui kau memang memakai make up berlebihan. Tapi apa salahnya jika hanya memakainya sedikit?" Ucapku panjang lebar.
Senyum lebar muncul di wajah Grace. "Ah... You're amazing, Claire!" Serunya sembari memelukku. Aku semula kaget namun tersenyum dan balas memeluknya.
"Kau bisa menambahkan sedikit make up ke muka ku?" Tanya Grace.
Aku diam. Aku bahkan tak tau bagaimana menggunakan eyeshadow dan blush on.. "Maaf, aku tidak bisa. Aku tak tau bagaimana caranya.."
Grace hanya tersenyum. "Jika begitu, kau yang mengarahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Gone [Austin Mahone ff]
FanfictionSeorang gadis manja, Claire Alison Stuart dan tetangganya yang bernama Austin Carter Mahone, sama-sama sedang kesepian. Austin menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Claire dan Claire menyetujui tawaran Austin. Akankah perjalan mereka untuk menjad...