Demi apapun Shella Mariska menjadi super cantik ketika sudah berdiri di atas panggung sambil memegang microphone. Outer merah muda yang dia pakai membuatnya berkesan seperti bidadari yang turun dari kayangan. Rambut gelombang itu digerai indah sambil diberi jepit kecil kupu-kupu pada bagian kanan.
Junario sangat terpukau. Matanya berbinar seperti disirami cahaya rembulan pada malam hari. Darah bergumul menjadi satu di pipi tembamnya, sirat merah pun timbul dari sana. Juju tak tahu, entah ini diakibatkan oleh rasa cinta atau sakit demam yang diderita. Suhu tubuh laki-laki itu berada di 39 derajat selsius.
Jeje sudah mewanti-wanti agar tak usah hadir dalam gladi resik kali ini. Ketua Batavia itu mau agar Juju istirahat di rumah sehingga ketika acara utama dia sudah sehat. Namun, bukan Junario Baskara jika ia tak keras kepala. Laki-laki itu tetap bersikeras hadir, setidaknya untuk memantau anggotanya yang bertugas.
"Udah, lo duduk aja sana! Lagi sakit pake gegayaan masuk." Jeje mendekati Juju yang berdiri di samping pohon jambe setinggi dua meter. Laki-laki itu mengulurkan sebungkus kantong plastik bening yang berisi bubur ayam.
"Apaan nih?" Juju menerima agak kebingungan.
"Lo makan. Besok kalau lo masih sakit, gak usah ikut! Gue gak mau ya lihat lo tumbang." Kalimat Jeje terdengar agak aneh bila didengarkan tanpa konteks. Namun, percayalah, Jenardian memang seperhatian itu pada anggota-anggotanya.
"Perhatian banget, Mas," goda Juju sambil tersenyum seringai mengoda.
"Sialan lo."
"Tenang aja, besok gue udah sembuh." Dia percaya diri.
Band sekolah tengah berlatih menyanyikan lagu Antara Ada dan Tiada dari Utopia. Suara lembut, tetapi bertenaga milik Shella memenuhi tiap-tiap gendang telinga si pendengar, meneruskannya melalui syaraf-syaraf lalu diproses oleh otak. Semua orang setuju jika Shella Mariska adalah penyanyi paling keren abad ini.
Belum lagi penghayatan yang dia berikan. Kesan sedih dan kacau dari lagu begitu terasa saat dia mulai melantunkan suara. Juju tak tahu apakah Shella memang pandai menghayati atau gadis itu merasa bila lagu tersebut memang diciptakan untuknya.
"Buruan makan." Kemudian Jeje beralih pergi usai mengatakan hal tersebut. Dia hendak melakukan pekerjaan yang lain.
Seperginya Jeje, Juju kembali memandang ke arah panggung, memperhatikan Shella yang tengah berlatih menyanyi. Dia memilih untuk menghiraukan perintah Jeje sementara waktu hanya untuk memandangi gadis bersuara surgawi. Dari bawah sini, Juju menatap kagum sosok bernama Shella tersebut.
Tiba-tiba tanpa sengaja mata mereka bertubrukan antara satu sama lain, beradu pandang seolah berada di perang besar. Juju terpaku. Aliran darah seakan sejenak berhenti, dia ketahuan memandangi Shella. Mata bulat itu makin membulat karena rasa terkejut. Seluruh emosi bersatu padu di kepala, membuat sebuah aliansi yang siap mendobrak diri Juju dari dalam. Mendadak dunia terasa sangat sepi, dingin, dan buram. Junario berputar-putar dalam mata sendiri. Kaki itu bergetar lemas lalu ambruk diikuti oleh tubuhnya.
Detik terakhir sebelum mata Juju terpejam, terdengar pekikan beberapa orang yang terkejut. Jeje yang baru beberapa langkah meninggalkan Juju pun secara terpaksa kembali ke tempatnya berada sambil marah-marah.
"Kan ... ngeyel sih kalau dibilangin." Itu kalimat terakhir yang Juju dengar sebelum masuk ke alam bawah sadar. Dia pingsan.
...
"Lo suka sama gue ya, Ju?" Belum sempuran Junario membuka mata, dia di hadapkan dengan sebuah pertanyaan menjuru dari seorang gadis.
Tercium aroma obat paracetamol di hidung. Ada rasa dingin pula di dahi. Pelan-pelan Juju menyentuh, baru sadar ada plester penurun panas yang ditempelkan di sana. Saat matanya sudah terbuka lebar, Juju tahu bila saat ini dia sedang berada di UKS sekolah. Entah siapa yang membopongnya menuju tempat dingin ini, yang pasti Juju tak lagi terjerembab di atas tanah.
Gadis berouter merah muda itu duduk sambil memeluk kedua kaki sendiri di kasur sebelah Juju. Wajah Shella terlihat sangat datar, seakan dia telah menunggu laki-laki itu untuk sadar sejak tadi.
"Jam berapa sekarang, Shell?" Juju tak menjawab pertanyaan Shella.
"Jam dua siang lebih tiga menit. Lo udah pingsan sekitar satu jam." Untungnya gadis itu berkenan menjawab.
"Siapa yang bawa gue ke sini?"
"Jeje sama Genta. Sekarang mereka gak ada, lagi sibuk. Jadi gue yang temenin lo sejak tadi," terangnya lebih lanjut. "Lo suka sama gue 'kan, Ju?" Ternyata Shella tak menyerah akan pertanyaannya.
Junario mengalihkan pandangan ke lantai putih bersih. Ia tak mampu lagi menahan rahasia ini lebih lama, sudah saatnya Shella tau tentang datangnya perasaan konyol ini. Namun, laki-laki itu sungguh ragu. Dia yakin seratus persen bila Shella akan menolaknya.
"Ya sesuai apa yang lo lihat aja deh." Juju enggan menerangkan lebih lanjut.
"Jadi?"
"Gue suka sama lo," cicitnya sangat pelan. "Tapi bukan suka yang kayak gitu! Ee ... gimana ya ... pokoknya bukan kayak yang lo kira!" Entah dari mana sisi salahnya mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang disukai, tetapi Juju malah tergagu sambil memberi klarifikasi seolah ia tak ingin Shella paham tentang perasaan itu.
"Intinya lo suka sama gue, 'kan?" Shella betul-betul mengintimidasi, berbeda sekali dengan gaya berpakaian dan wajahnya yang imut.
Laki-laki itu menggaruk belakang leher, dia tak menjawab apapun.
"Gak usah suka gue! Gue sukanya sama Genta." Kemudian perempuan itu menurunkan diri dari ranjang UKS. Dia melangkah menuju pintu kayu, lalu berjalan meninggalkan Juju sendirian di ruangan berbau paracetamol dan alkohol medis tersebut.
"Shella, jangan jahat-jahat. Gue lagi sakit ...." Juju mengatakan hal itu dengan suara pelan dan dibuat agak manja, tepat sebelum si gadis meraih gagang pintu. "Seenggaknya tunggu gue sembuh dulu baru bilang kayak gitu ...," lanjutnya.
"Kalau tunggu lo sembuh, yang ada lo malah ngeyel. Mending sewaktu lo lagi sakit, soalnya lo gak akan punya tenaga buat bantah gue."
"Nanti kalau gue udah sembuh, gue bakalan bantah lo. Gue bakalan suka sama lo secara ngeyel."
"Lo udah gak waras, Ju. Cepet sembuh."
...
I don't know why Juju and Shella is so cute?!!?! Read them properly ya guys!!
Part kali ini gak sampai 1000 kata, cause why not?
Follow me on twitter or just stay tune in my acc @saturnini_ soalnya aku mau bikin au(?) behind the scene anak Batavia n the alumni selama acara ultah sekolah. As soon as possible kok.
See yaa!!
11 Juli 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundred Miles
Teen FictionCinta, persahabatan, kebencian, dan kematian menempuhkan manusia dalam satu sentimeter, dua inci, tiga meter, empat kilometer, hingga seratus mil dalam tiap langkah kecilnya.