33. Semut di Samudra Hujan

142 20 6
                                    

"Mau cari apa, Kak?"

Usai perut terisi penuh dengan makanan, kini mereka mulai mengelilingi mal sebagai penutup. Namun, bagi Melody, ini adalah cara cepat mematahkan kaki. Jika bukan karena permintaan tulus Kayena, jelas ia enggan mengitari tempat ini untuk kedua kalinya.

"Mau beli skincare sih, sama mampir ke apotek bentar ya," balas perempuan tersebut.

"Sip deh, aku juga mau beli stok pembalut." Ghea menyahuti. Ia menyetujui ajakan Kayena ke apotek.

Kaki-kaki jenjang itu mulai melangkah membelah mal yang ramai orang. Tujuan utama adalah toko skincare yang kebetulan berada di lantai underground, satu tempat dengan restoran yang tadi dikunjungi, alhasil mereka tak perlu naik ke lantai atas.

Toko skincare dengan merek yang terkenal itu berada di depan mata. Segera para kaum hawa masuk ke dalam untuk membeli apapun yang dibutuhkan. Mulai dari serum hingga make-up dijelajahi untuk mencari mana yang cocok. Setidaknya butuh waktu lebih dari setengah jam sampai akhirnya lima orang tersebut keluar dari toko.

"Bayar pake duitnya kak Harsa ya, Kak?" tanya Kala sesaat setelah melihat isi belanjaan perempuan tersebut.

Kayena terkekeh. "Iya lah, Kal. Kapan lagi aku bisa pake duit Harsa buat hura-hura kalau bukan sekarang?"

Setahu Melody-yang berdasar informasi dari Jeje-suami perempuan ini bekerja sebagai arsitek pembangunan nasional yang mengerjakan beberapa fasilitas publik milik negara. Masih sebagai pemula, tetapi Melody yakin bila uang yang dihasilkan tak main-main. Mengingat bagaimana pasangan baru ini memiliki rumah yang dibangun dengan uang hasil kerja keras mereka sendiri.

"Kak Yen tuh selain jadi model, ada kerjaan lain gak? Penasaran aja sih. Soalnya tadi Kak Yen bilang kalau nggak mau selamanya jadi model. Pasti ada mimpi yang mau dicapai, 'kan?" tanya Melody penasaran.

Melihat dari gaya Kayena yang terlihat seperti wanita mandiri, ambisius, bersemangat besar, bahkan nyaris terlihat tak membutuhkan pasangan dalam hidup, membuat Melody bertanya-tanya, kira-kira apa alasan Kayena menikahi si mantan ketua Batavia itu? Apakah ia tak berminat mengejar karir terlebih dahulu daripada menikah pada usia 23 tahun?

"Selain jadi cover model, pekerjaan aku tuh jadi guru TK, Mel."

Di luar ekspetasi! Kayena benar-benar definisi seorang wanita keren. Sudah cantik, berhati baik, anggun, lembut, dan penyayang pada anak kecil. Melody tak pernah mengira bila perempuan berkemeja putih itu adalah seorang guru taman kanak-kanak. Dia selalu mengira bila Kayena adalah pekerja kantoran super sibuk yang selalu mendapat telepon bila ada pekerjaan menumpuk dikarenakan gayanya yang sangat fashionable.

"Serius, Kak?!" serunya tak percaya.

"Iya, Mel. Udah setahun ini aku jadi guru TK," tuturnya.

"Sampai sekarang?"

"Iya."

"Wah, keren ...." Mata gadis berusia 18 tahun tersebut berbinar begitu mendengar perkataan Kayena.

Ghea yang ikut penasaran pun mengajukan sebuah pertanyaan. "Kepo nih, apa kak Harsa gak pernah suruh Kak Yen berhenti kerja dan fokus jadi ibu rumah tangga aja?"

"Enggak dong, justru dia yang dukung aku untuk tetap jadi guru."

"Keren banget ...." Melody dan Thera bertatapan sambil mengatakan hal tersebut secara bersamaan. Tak mengira bila pasangan Kayena adalah sosok yang sangat mendukung impian sang istri. Mereka mendefinisikan arti dari pasangan, saling mendukung.

"Tapi sampai sekarang aku masih penasaran deh, kok bisa Kak Yen tiba-tiba nikah sama kak Harsa padahal kenal aja nggak." Kala kini ikut-ikutan juga. "Emang sih Surya Bangsa sama SMA-nya Kak Yen deket. Apalagi kalian seangkatan, pasti pernah denger nama kak Harsa sebagai ketua Batavia. Tapi seinget aku, selama masa SMA tuh kak Harsa nggak pernah deket sama satu cewek pun. Andai kata pacar, gebetan aja nggak ada. Berarti nggak mungkin kalau kalian ketemu sewaktu SMA," lanjutnya.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang