29. Gadis Idaman

248 22 3
                                        

Jika diingat-ingat, ini kali pertama Gitaya menginjakkan kaki di rumah laki-laki tersebut setelah tiga tahun menjadi teman sekelas. Ketua Batavia itu terlahir serba kecukupan, terlihat dari rumah besar ini, berbanding terbalik dengannya yang bahkan untuk membayar uang sekolah saja kesusahan.

Hari ini teman-teman sekelas hendak menjenguk Jeje yang sedang sakit karena kecelakaan tempo hari. Mereka datang bersama-sama setelah mengabari sebelumnya. Tentu si tuan rumah menerima kunjungan tersebut dengan senang hati.

Gitaya begitu bahagia karena akhirnya bisa mendatangi rumah laki-laki yang dia suka, bahkan semalam tak dapat tidur karena saking semangatnya menunggu hari ini tiba. Senyum mengembang sepanjang malam di bibir. Melihat Jeje bersama dua orang tuanya, pasti sangat menyenangkan.

Namun, sial senyuman itu langsung luntur saat matanya menangkap seorang gadis berambut lurus duduk manis di ruang tamu sambil tertawa dengan ibu laki-laki yang ia suka. Kamelia Melody—si ketua cheerleaders sekolah, sosok yang dijodoh-jodohkan dengan ketua Batavia, orang yang Jenardian suka—entah apa yang ia lakukan di sini?

"Eh, temen-temen Jeje udah dateng .... Ayo masuk ... anggap aja rumah sendiri." Ibu Jeje menyambut kedatangan kawan sekelas sang anak dengan senyuman riang. Ia bahkan mempersilahkan mereka untuk duduk dan menganggap seperti rumah sendiri.

"Tante, saya minta sertifikat tanah! Katanya anggap kayak rumah sendiri." Arsena yang tampaknya telah akrab dengan ibu sang sahabat pun sempat melawak.

"Khusus Sena boleh pulang sekarang," balas ibun Jeje tak kalah lucu.

"Eh, ada Melody ... ngapain di sini, Mel?" Laki-laki berpipi tembam itu—Juju—menampilkan senyuman menyebalkan saat mata bulatnya tak sengaja menangkap seorang gadis yang sudah lebih dahulu datang daripada dia.

Kini ibu Jeje beralih pada remaja bertubuh tinggi tersebut. "Jangan ganggu calon menantu Tante, Ju!" marahnya dibuat-buat.

Mendengar kalimat itu keluar dari mulut ibu jeje, kawan sekelas pun kompak bersorak menggoda pasangan perjodohan yang sedang hangat dibicarakan tersebut. Kata cie menggema di ruang tamu rumah, sedangkan yang digoda diam-diam tersenyum, mengingat status baru mereka yang telah diresmikan beberapa waktu lalu. Status berteman.

Jeje mengalungkan lengan yang terbalut perban ke pundak Melody yang berada di sebelahnya. Lalu berkata, "lampu hijau 'kan, ya?" Dia menaik turunkan alis sembari menunjuk Melody yang tak lagi bereaksi marah-marah saat Jeje berbuat aneh.

Mata Yovan mendelik melihat hal langka tersebut. Melody yang selalu sinis akan Jeje, kini malah hanya memasang wajah sebal biasa tanpa marah-marah. Ini tak biasa. Gadis itu malah tersenyum malu saat ibun Jeje memanggilnya sebagai calon menantu. "Lo berdua pacaran?!" tanyanya agak heboh.

"Sesuai kepercayaan masing-masing aja," balas Jenardian yang sontak saja mendapatkan sorakan super heboh, bahkan Genta yang banyak diamnya pun sampai ikut melakukan hal yang sama. Semua mendelik mendengar penuturan itu. Tak menyangka kapal yang mereka layarkan betul-betul berlayar tanpa halangan.

Saat yang lain berteriak heboh, Gitaya hanya bisa mematung di tempat. Ayudya yang ada di sebelahnya sampai memegang tangan Gita. Gadis itu menatap sang sahabat dengan pandangan mendelik secara diam-diam. Lalu Arsena dan Bima, dua sahabat Jeje tersebut tahu akan rahasianya, mereka juga ikut memandangi dengan wajah kasihan.

"Udah jangan gangguin Melody mulu. Malu tuh anaknya," tegur ibun menghentikan sorak-sorai di rumahnya. "Kalau Jeje sama Melody beneran jodoh, ya syukur. Kalau nggak jodoh, ya masa nggak jodoh sih?"

Lagi-lagi sorak ramai memenuhi ruang tamu. Kamelia Melody benar-benar seorang gadis yang beruntung, dia sangat disayangi oleh ibu laki-laki yang Gita suka. Andaikan Gitaya berada di posisinya, pasti ia akan sangat bahagia. Namun, jelas tak mungkin. Jika ingin berada di posisi Melody, setidaknya harus memiliki tingkat yang sama seperti gadis itu. Dari awal saja dia sudah gagal, jangan banyak berharap bisa menjadi Kamelia Melody.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang