32. Para Gadis Sampul

153 18 3
                                    

"Mau cari apalagi sih, Ther? Jepit lo di rumah udah banyak."

Melody dengan terpaksa melangkahkan kaki mengikuti Panthera Hanaraya yang senang sekali berbelanja pernak-pernik tidak penting. Kira-kira sudah lebih dari dua jam mereka berkeliling mal, tetapi si gadis sampul itu bahkan tak kenal lelah apalagi haus.

"Ih, yang kemarin udah dipake buat foto-foto! Sekarang harus cari yang baru lagi."

Entahlah, Melody tak bisa mengerti dengan hobi konyol sang sahabat. Thera senang sekali mengoleksi aksesoris rambut lucu dan warna-warni untuk dikenakan hanya pada saat berfoto atau karena ingin. Thera berkata jika dia terlihat sangat imut dan manis apabila ada jepit gemas yang menempel di rambutnya.

"Lagian gak semua fotonya lo post di Instagram."

Melody berkata jujur. Thera itu seorang yang sangat terkenal karena sering kali wara-wiri di sampul majalah remaja, fashion, terkadang televisi, tidak heran bila pengikutnya di sosial media lebih dari ratusan ribu. Namun, ia cukup jarang membagikan potretnya di akun tersebut. Dia mengungkapkan bila tak suka mendapatkan terlalu banyak atensi dari publik sebab bisa mengganggu privasi. Oleh sebab itu, ia suka sekali berfoto ria dengan gaya rambut dan make-up lucu, tetapi hanya untuk dinikmati diri sendiri.

"Ini namanya self-love. Lagian apa salahnya sih beli jepit-jepit imut?" tantang si gadis sampul.

Lalu Kamelia Melody membalas, "beli jepit imut gak salah, tapi lo nyeret gue ke dalam hobi lo yang super capek ini."

Melody suka berbelanja, apalagi jika uang yang dia habiskan adalah uang pemberian orang lain. Namun, jika disuruh bertanding berbelanja dengan Thera, lebih baik Melody tak berbelanja sekalian saja. Gadis bernama panjang Panthera Hanaraya itu sangat kuat apabila diberi perintah untuk berbelanja mengelilingi mal.

"Ah, jangan banyak alasan! Ayo ikut gue belanja, Melo ...," rengek Thera sembari menarik-narik lengan Melody, padahal sang kawan memaksakan diri untuk duduk manis di lorong mal. Mereka bahkan tak peduli menjadi sorotan mata pengunjung lain.

"Gak mau ...."

"Ayo!"

"Gak!"

"Ih, ayo dong, Melody!"

"Gak mau ya gak mau! Capek tau!"

"Eh, Thera?" Seseorang secara tiba-tiba mendekat ke arah mereka berdua dengan wajah bertanya-tanya. Sosok perempuan berambut hitam panjang sepinggang, dengan kemeja putih polos serta rok jeans pendek, tak lupa boots berbahan jeans juga ikut menunjang penampilan.

Sejenak Thera dan Melody memandangi orang itu dengan tatapan bertanya, mereka butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya menyadari siapakah perempuan tersebut.

"Kak Yen!" balas Thera dengan agak heboh, seperti senang sekali bertemu dengan perempuan ini. Mereka bahkan berpelukan mesra.

Melody sempat bertanya-tanya siapakah perempuan tersebut sampai akhirnya dia paham setelah Thera menyebutkan nama. Orang yang pernikahannya dia datangi, tetapi malah yang berubah drastis adalah hidupnya. Itu Kayena, istri dari Harsa si mantan ketua Batavia beberapa tahun lalu, teman dekat Jeje pula.

"Eh, Kak Yen, ya?" Melody ikutan bertanya.

Usai puas berpelukan dengan Thera, Kayena menoleh kepada Melody yang memanggil namanya. Dia baru menyadari bila si ketua cheers SMA Surya Bangsa pun ada di sini.

"Eh, ada Melody juga! Halo ... lama nggak ketemu ya, Mel." Kayena kini bergantian memeluk Melody dengan akrab, yang mana gadis itu membalas pelukan tersebut dengan senang hati.

"Kak Yen ngapain di sini?" tanya Thera setelah Melody dan Kayena menghentikan pelukan mereka.

"Nih, diajakin main sama duo curut." Dia menunjuk dua orang di belakangnya yang tampaknya sudah mengenal Thera. Terlihat mereka bertiga mendengus satu sama lain saat pandangan mata tak sengaja bertubrukan.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang