14. Ruang BK

170 18 0
                                    

Tak pernah sekali pun Melody menginjakkan kaki di ruang BK seumur hidupnya, terlebih lagi bersama ayah untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

Ingatan Melody terlempar pada kejadian kemarin sore, saat pak Totok menangkap dirinya dan Jeje berduaan di dalam kelas. Pria berkumis itu mengira bila mereka sedang berbuat yang tidak-tidak, padahal telah dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia masih tetap tak percaya, alhasil hari ini ayah dan ayah Jeje dipanggil ke sekolah untuk menanggapi kasus yang terjadi.

"Makanya kalian berdua jangan berdua-duaan di tempat yang sepi! Kalau orang lihat, ya pasti mikir yang enggak-enggak lah." Pak Totok memarahi dua muridnya, tak peduli dengan para orang tua yang duduk di sebelah mereka. "Apalagi saya sendiri sering menangkap basah anak-anak yang suka pacaran nggak tahu aturan. Untung aja kejadian ini cuma sekadar kesalahpahaman, coba kalau kalian betulan melakukan hal yang aneh-aneh, saya bawakan penghulu sekarang juga! Ya nggak, Pak?" Ia meminta pendapat para orang tua muridnya yang tengah duduk manis melihat sang anak dimarahi.

"Betul, Pak." Dua ayah itu menjawab secara bersamaan. Membuat Jeje dan Melody meringis ngeri.

Kemarin saat Melody memberikan surat panggilan dari BK untuk ayah, pria itu terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Putrinya yang selama ini dikenal sangat baik, menurut, dan berbakat, secara tiba-tiba masuk ke ruang BK dengan alasan yang membuat jantung hampir copot. Jikalau dipanggil dengan alasan memberi selamat atas pencapaian Melody, jelas ayah bahagia, tetapi ini dikarenakan putrinya tertangkap basah sedang berduaan dengan seorang laki-laki di dalam kelas. Jelas jantungnya hampir lepas dari tempat.

"Mau kalian saya nikahkan? Putus sekolah terus jadi gembel di jalanan?"

Keduanya kompak menggeleng tanpa sepatah kata pun.

"Jawab!"

"Enggak!"

Pak Totok berdiri dari sofa ruang BK sambil berkacak pinggang. "Apa kalian nggak kasihan sama orang tua kalian yang harus datang ke sekolah cuma karena hal sepele ini? Orang tua kalian ini sibuk loh. Emangnya kalian yang pengangguran."

Pria itu kembali duduk di sofa, menatap wali muridnya dengan senyuman manis seolah lupa bila ia baru saja memarahi anak-anak dari dua pria itu. "Maaf ya Bapak-Bapak sekalian, saya agak kelewatan." Pak Totok tersenyum. "Habisnya saya suka sensi kalau lihat murid-murid yang nggak tahu aturan gitu. Untung aja apa yang terjadi di antara Melody sama Jeje cuma sekadar kesalahpahaman. Coba kalau betulan, bisa-bisa di DO mereka."

"Sebetulnya saya juga kaget, Pak, sewaktu Melody kasih surat pemanggilan orang tua. Sudah tiba-tiba, alasannya bikin saya kena serangan jantung." Ayah Melody menanggapi perkataan pak Totok.

"Saya juga kaget sewaktu Jeje kasih suratnya, Pak. Dia kasih suratnya malem-malem banget, katanya takut ketahuan sama ibunya kalau bikin masalah." Kini giliran romo-nya Jeje yang berbicara.

"Anak-anak memang suka begitu, Pak. Nggak heran kalau kelakuannya kadang bikin sakit jantung atau nggak sakit hati," tanggap Pak Totok. "Bagaimanapun juga, terima kasih atas kehadiran Bapak sekalian pada pagi hari ini untuk meluruskan masalah yang terjadi. Maaf sudah menyita waktunya, saya tahu Bapak-Bapak ini pasti sangat sibuk."

"Santai saja, Pak."

"Pokoknya buat Melody dan Jeje, awas aja ya kalian kalau buat ulah lagi. Entah betulan atau enggak, yang pasti kalian sudah membuat ribut dan bikin repot orang tua masing-masing. Bapak harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Kalau enggak, Bapak bawakan penghulu sekarang juga." Pria itu memperingatkan murid-muridnya sekali lagi, tak puas memarahi mereka habis-habisan.

Kemudian pak Totok berdiri mengantarkan dua wali muridnya keluar dari ruang BK sambil mengucapkan maaf dan terima kasih selama berulang kali, tak lupa berjabat tangan sebagai salam perpisahan. Di sisi lain, dua remaja itu hanya mengekor di belakang orang tua masing-masing sebab bingung harus melakukan apa.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang