Melody tahu jika Jeje berasal dari keluarga kalangan yang berada, tapi tidak tahu bila ia memang sekaya itu. Lihatlah rumah bertingkat tiga di hadapannya, terlihat sangat modern dan mewah. Rumah keluarga Jeje bukanlah rumah yang besar layaknya replika istana. Rumah ini tampak sangat biasa dengan sentuhan aksen modern sehingga membuatnya terlihat elegan, tetapi tak terkesan sombong.
Pada bagian depan, ada jalanan kecil yang muat untuk satu mobil melintas, jalan ini dibuat agar memudahkan mobil masuk ke garasi di samping rumah. Tak lupa di sebelah kanan dan kirinya, terdapat beberapa pohon bonsai yang dipotong rapih berbagai bentuk. Ada juga air mancur kecil dengan kolam ikan di sekelilingnya.
Melody tak akan heran akan kekayaan keluarga Jeje. Mereka memiliki pendidikan serta jabatan yang sangat tinggi, pekerjaan sangat mapan, dan jangan lupakan beberapa bisnis yang digandrungi. Wajar saja jika laki-laki 18 tahun ini memiliki motor besar dengan modifikasi keren—jelas jauh berbeda dengan motor para geng konyol yang suka balapan liar di jalanan sepi.
"Loh, Mas Jeje kok ke sekolah bawa mobil?" Seorang satpam yang membukakan gerbang tampak kaget saat melihat Jeje mengendarai sedan hijaunya. "Nanti kalau romo tahu Mas Jeje bawa mobil ke sekolah, bisa-bisa dimarahin loh." Melody tak tahu siapakah romo yang pak satpam maksud, pasti ia adalah orang sangat mereka berdua hormati.
"Maaf ya, Pak. Cuma hari ini doang kok, soalnya ada keperluan." Jeje menjawab secara jujur, walau alasannya tak ia jelaskan secara gamblang.
"Nanti kalau romo marah, saya nggak ikut-ikut ya."
"Siap, Pak." Laki-laki memeragakan sikap hormat pada si satpam.
Gadis berambut kuncir kuda itu tak tahu mengapa Jeje dilarang membawa mobil ke sekolah. Namun, ada beberapa alasan sok tahu yang muncul di kepala Melody. Pertama karena khawatir, Jeje baru mendapat SIM A tiga bulan yang lalu, mungkin si romo khawatir jika Jeje masih kurang ahli dan berpengalaman dalam mengendarai mobil sehingga takut akan terjadi kecelakaan.
Kedua, karena tak mau pamer. Mana ada anak SMA yang mendengandari mobil ke sekolah ketika gurunya saja tak mengendarai transportasi tersebut, ini tidak etis.
Dan yang terakhir, mobil itu hasil dari uang korupsi. Baik, maafkan Melody yang berpikiran negatif, tetapi beberapa waktu terakhir, banyak sekali pejabat yang ketahuan korupsi lalu menyembunyikan semua harta mereka agar tak tertangkap karena telah melakukan penggelapan dana. Melody tak mau menuduh keluarga Jeje melakukan korupsi, hanya saja dia memiliki masalah kepercayaan dengan orang yang memiliki jabatan. Meski begitu, ia berharap keluarga Jeje bersih dari segala macam keburukan di instansi pemerintahaan. Semenyebalkan apapun Jenardian, Melody berharap keluarganya adalah orang yang baik dan jujur.
"Ayo masuk, Mel." Usai turun dari dalam mobil, Jeje segera mengajak Melody masuk ke dalam rumahnya melalui pintu kecil di garasi. Gadis itu mengira bila di dalam garasi tersebut berisi belasan mobil-mobil mewah yang berjejer indah, ternyata tidak, ruangan tersebut hanya berisi dua buah mobil, satu sepeda motor yang biasa Jeje bawa ke sekolah, dan satu sepeda motor matic biasa. Dua mobil itu juga bukan yang bermerek mahal, bahkan mobil yang paling mahal adalah mobil yang tadi Jeje kendarai tadi.
Begitu masuk ke dalam rumah, mereka langsung terhubung dengan pintu utama yang mengarah pada ruang tamu. Jangan bayangkan jika interior ruang tamu sangat mewah dengan berbagai macam hiasan dan lukisan mahal, isi ruang tamu hanyalah sofa kulit warna merah anggur ala tahun 2000-an, lemari kaca yang berisi piala dan juga medali, serta meja laci yang entah isinya apa. Sisanya hanya foto, potongan koran, serta berbagai macam sertifikat yang dibingkai di dinding. Ini rumah atau museum?
"Lo duduk dulu aja, Mel, gue mau ambilin vinyl-nya di kamar." Ternyata Jeje masih waras dengan tak mengajak Melody masuk ke dalam kamarnya, hampir saja gadis itu berpikiran buruk karena perbuatan laki-laki itu yang sangat mencurigakan sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundred Miles
Novela JuvenilCinta, persahabatan, kebencian, dan kematian menempuhkan manusia dalam satu sentimeter, dua inci, tiga meter, empat kilometer, hingga seratus mil dalam tiap langkah kecilnya.