36. Pelaku Utama

148 22 2
                                    

Andai dikata Shella Mariska menyadari seberapa serius perasaan Juju padanya, apakah mungkin dia tak akan menangisi Genta seperti pagi ini di selokan belakang sekolah?

Tadi seusai Junario melakukan misi penyelamatan pada Panthera Hanaraya agar tidak ditawur oleh Shella Mariska, dia mengajak gadis itu berbicara berdua sebelum bel masuk berbunyi. Tentu saja Juju mendapat penolakan keras hingga perutnya tidak secara sengaja terkena pukulan vokalis utama band sekolah tersebut.

Entah karena merasa bersalah sebab Juju terkena pukulannya atau karena sedih akibat laki-laki yang ia suka menyukai gadis lain, Shella tiba-tiba berjongkok di atas tanah lalu menangis. Melihat hal itu Juju berusaha menenangkannya.

Kini di sinilah mereka berdua, di samping selokan belakang sekolah, membolos jam pelajaran pertama. Kalau boleh jujur, keduanya tak pernah membolos dalam seumur hidup, tetapi jika pagi ini dipaksakan masuk ke kelas, yang ada malah tidak fokus dalam belajar. Shella yang tak fokus karena perasaan sedihnya tidak terluapkan, sedangkan Juju tidak fokus sebab memikirkan Shella. Walaupun ini salah, tak apa lah membolos untuk jam pelajaran pertama saja, mereka berjanji akan kembali jika sudah tenang nanti.

Shella menangis tersedu-sedu sambil memeluk lututnya sendiri, sedangkan sosok di sampingnya juga melakukan hal yang sama, yakni ikut memeluk lutut seraya memandangi Shella yang menangis. Juju akan menemani Shella hingga dia berhenti menangis, janji.

"Gak sakit kok, Shell. Gak usah nangis." Padahal Juju tahu jika Shella tak mungkin menangis untuknya.

"Jangan kepedean! Gue gak nangis karena lo!" teriaknya sambil melempar kerikil kecil ke betis Juju. Meski hidung dan mata Shella memerah karena air mata, laki-laki tersebut tetap saja mendapati gadis bersuara indah itu cantik bak putri kerajaan.

"Gak heran sih kalau Genta ditangisin," gumam Juju.

"GUE GAK NANGISIN GENTA! ANEH BANGET NANGISIN COWOK!" Dia berteriak lagi, lebih keras dari sebelumnya. Mengatakan bila tebakan Juju itu salah. Shella bukan menangis karena Genta.

"Terus apa?"

Sambil tersedu-sedu, ia mengusap air mata dan berkata, "g—gue heran banget sama temen lo si Genta itu! Ko—kok bisa sih dia naksir Thera yang bahkan ngejar-ngejar dia aja enggak? Se—sejak kapan juga dia suka sama Thera? Masa tiba-tiba confess."

"Ya itu namanya nangisin Genta." Juju mendumel dengan suara sangat pelan.

"BUKAN!" teriak Shella lagi. Tak mau dirinya dianggap menangisi seorang laki-laki yang padahal kenyataannya memang demikian.

Juju rasa ia berbicara dengan sangat pelan tadi, tetapi ternyata perempuan itu sangat sensitif pendengarannya, apalagi jika menyangkut laki-laki yang disuka. Bila sudah patah hati, sensor sensitivitasnya bisa naik dengan sangat tinggi, sudah seperti kelelawar saja. Semestinya Juju harus lebih hati-hati dalam berkata.

Demi menenangkan Shella, Juju pun mulai mengatakan sesuatu. "Jujur, gue sendiri pun gak tau kalau Genta naksir sama Thera. Lo tahu sendiri 'kan kalau mereka tuh gak deket, cuma saling dijodoh-jodohin aja karena namanya mirip. Kayaknya Jeje pun nggak pernah dikasih tau tentang hal ini, Genta baru ngasih tau Jeje sewaktu dia confess malam itu."

"Malam itu? Sewaktu Genta confess lo ada di sana 'kan, Ju? Tolong ceritain ke gue." Shella merubah posisi duduknya. Ia mendekat ke arah Junario sambil menatap penuh harap, bahkan kalimatnya tak lagi terbata karena tangisan sebab Shella ingin tahu apa yang terjadi. Mengapa Thera bisa berada di malam saat anggota Batavia melakukan acara night ride?

"Gue bakal kasih tau asalkan lo janji gak akan ngelabrak Thera lagi!" Junario membuat perjanjian.

"Gak janji."

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang