39. Berita

158 23 1
                                    

Bau oli itu tercium cukup kuat dari ruang utama. Belum lagi ceceran bensin di berbagai tempat hingga meninggalkkan jejak hitam dan berminyak. Nyatanya Batamulia memang tempat yang sangat berbahaya. Bayangkan saja bila ada sepercik api menyala kemudian jatuh mengenai tumpahan bensin, bengkel itu pasti akan langsung berubah menjadi pemanggang raksasa.

Namun, sebagian besar jelas tak peduli. Selama tak ada api ataupun putung rokok yang menyala, para laki-laki itu menganggap tak akan terjadi masalah. Seperti Jenardian contohnya, remaja berusia 18 tahun itu malah asik tiduran di kelilingi sampah kaleng soda, belum lagi pakaiannya yang kotor akibat oli karena ia baru saja mempercantik motornya yang kata Melody seperti traktor sawah itu. Bilamana ibun tahu kebiasaan Jeje yang jorok, pastilah wanita itu akan langsung menyiramnya dengan seember penuh air es.

Berbeda dengan laki-laki bernama Junario tersebut, meski malas membersihkan, dia enggan dengan tempat yang kotor. Muka imutnya ditekuk seperti kertas gorengan, tetapi tangannya sibuk memasukkan sampah-sampah makanan ke dalam kresek sampah.

"Udah gede gak bisa bersih-bersih sendiri. Mau jadi apa kalian-kalian ini, hah?!" Dia memarahi anggota Batavia yang tidur seperti ikan asin dijemur. Juju selayaknya guru killer yang mendapati murid buang sampah sembarangan. Tak jarang kaki jenjang tersebut menendangi tubuh satu-persatu anggota Batavia.

Yang ditendangi membalas dengan berbagai macam reaksi. Ada yang hanya bergumam karena terlalu asik dengan mimpinya, ada yang malah marah-marah karena tidurnya diganggu, ada pula yang balas menendang Juju. Saat itu Genta yang tak tidur, tetapi enggan membantu Juju bersih-bersih hanya tertawa melihat tingkah kocak kawan-kawannya.

"Sapu yang bersih, Ju. Entar istri lo brewokan." Genta menakut-nakuti Juju dengan mitos umum masyarakat begitu melihat sang kawan mengambil sapu.

Namun, jawaban Junario malah di luar nalar. "Gak apa-apa, entah bisa dicukur." Sontak saja Genta tertawa lebar.

Saat Juju sibuk menyapu dan Genta menyalakan ponsel guna merekam tingkah rajin sang sahabat, Yovan datang dengan sangat heboh sambil membawa dua buah majalah di tangannya. Dia mengangkat benda itu tinggi-tinggi ke udara seperti menemukan harta karun. Keringatnya yang sebesar biji jagung menetes di dahi dan pelipis.

"Lo gak bakalan percaya apa yang gue lihat," kata Yovan heboh sambil menunjuk pada majalah di tangan.

Genta dan Juju jelas bertanya-tanya penasaran. Entah apa yang Yovan maksud sebab laki-laki itu tak memberitahu mereka. Ia malah melemparkan salah satu majalah bersampul putih dengan foto beberapa orang pada Jeje yang sedang tidur nyenyak.

Jenardian terkejut saat sesuatu yang keras menghantam muka, padahal ia sedang bermimpi indah di siang bolong. Gara-gara ulah seseorang, Jeje sontak terbangun dengan perasaan terkejut. Sungguh sialan!

"Woy, apaan nih maksudnya?" teriaknya secara acak tak tahu pada siapa. Namun begitu ia mendongak, tiga pasang mata menatapnya seperti hantu gentayangan. "Bangke lo bertiga!" umpat Jeje pada Genta, Juju, dan Yovan.

"Lo daripada ngatain gue, mending lihat majalah HITG edisi terbaru. Coba cek ada siapa di sana." Yovan menunjuk majalah yang jatuh di pangkuan Jeje dengan mata.

Meski nyawa belum terkumpul penuh, Jenardian tetap mengambil majalah di pahanya guna memeriksa berita dari sang sahabat. Begitu melihat siapakah yang ada di sana, mata yang tadinya sayu karena mengantuk itu langsung terbuka lebar seperti akan keluar. Kamelia Melody, apa yang dia lakukan di antara sekumpulan gadis HITG?

"APAAN INI MAKSUDNYA?" jerit Jeje heboh. Dua tangan laki-laki itu berada di belakang kepala karena saking terkejutnya.

"GUE BILANG JUGA APA!" balas Yovan tak kalah heboh.

Hundred MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang