Akibat terbongkarnya hubungan Genta dan Thera, satu sekolah langsung menjadi gempar. Tak pernah mereka pikirkan jika laki-laki berwajah super tampan itu akan jatuh hati pada gadis paling terkenal satu sekolah. Ini seperti sinetron yang tayang pada malam hari, memiliki rating tinggi.
Namun, sejak saat itu pula Yovan sering melihat Monalisa Yolanda datang ke kolam renang sekolah seorang diri pada siang hari. Mulanya dia membiarkan karena mungkin Yola ingin sendiri. Akan tetapi, ini sudah hari kelima, jika terus dibiarkan, Yovan takut jika Yola memiliki niat buruk. Walau terkesan tidak mungkin, siapa yang tahu isi pikiran orang lain?
Saat guru sejarah tidak masuk pada pelajaran siang ini, Yovan mengendap-endap keluar dari kelas, membiarkan kawan-kawannya yang sedang tidur di pojokan sambil mendengkur halus. Namun, matanya tak menangkap wujud Yola yang sedang berkeliaran di lorong pada siang bolong. Pilihan remaja 18 tahun itu hanya dua; kembali ke kelas dan melupakan Yola atau tetap pergi ke kolam renang untuk memeriksa apakah gadis itu ada di sana. Jelas opsi nomor dua adalah pilihannya.
Sedikit berlarian kecil, Yovan segera menuruni tangga sambil berusaha menghindari guru BK yang mungkin tak sengaja lewat. Dia tidak mau diciduk lalu dihukum membersihkan toilet sekolah hingga jam pulang, terlalu malas. Melewati lapangan outdoor yang sedang terik-teriknya, lalu menuju gerbang belakang yang menyambungkan sekolah dengan kolam renang.
Terlihat hanya ada satu pasang sepatu berwarna putih merah muda di rak sana, Yovan tahu betul itu sepatu milik Yola. Segera ia melepas sepatu miliknya lalu masuk ke dalam area kolam renang untuk mencari si ketua keputrian sekolah.
Betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang mengambang tak bergerak di dalam air. Rambut panjang itu melambai mengikuti gelombang air yang tenang, sedangakan wajahnya menghadap ke arah bawah. Dari bentuk rambut, postur, dan kulitnya, jelas itu Yola.
Tanpa berpikir dua kali, Yovan langsung menceburkan diri ke dalam air. Dia bahkan tak berpikiran melepas seragamnya terlebih dahulu. Dipikiran laki-laki itu hanya ada satu tujuan, yakni menyelamatkan Monalisa Yolanda.
Dicengkeramnya tangan Yola yang agak dingin, lalu ia menarik tubuh si gadis ke atas permukaan air dengan cepat. Kolam renang sedalam dua meter ini cukup menjadi tantangan karena kaki Yovan tak bisa berpijak dengan benar pada ubin. Jika ia tak menjaga keseimbangan, dia dan Yola akan tenggelam bersama.
Namun, saat melakukan aksi heroik tadi, secara tiba-tiba orang yang ia selamatkan mengangkat kepala. Rambutnya yang basah mencipratkan air ke seluruh wajah Yovan yang memang sudah basah. Yola, gadis itu ternyata baik-baik saja.
"YOLA!" teriak Yovan heboh begitu sosok di hadapannya memunculkan muka dengan santai.
"Lo ngapain?" Gadis itu malah bertanya. Tak tahu kah dia bila Yovan sedang bertaruh nyawa hanya untuk menyelamatkannya? Tapi ternyata dia malah tidak apa-apa.
Tidak, Yovan masih belum menyadari jika Yola memang baik-baik saja. Laki-laki itu langsung memeluk Yola dengan erat di dalam air. Dia sangat takut melihat kejadian barusan.
Yola jelas menolak. Dia mendorong Yovan yang tiba-tiba memeluknya dengan erat. Apa yang laki-laki ini pikirkan? Mesum sekali?
"Gak usah peluk-peluk gue, cabul!"
"Yol, jangan bunuh diri." Tidak, Yovan belum juga sadar.
"Hah?"
"Please, Yol, gue tahu lo patah hati, tapi tolong jangan gini."
"Lo ngomong apa sih?!" Gadis itu menampar pelan pipi Yovan yang ada di hadapannya.
"Lo mau bunuh diri, 'kan?" Yovan memegangi bekas tamparan Yola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundred Miles
Ficção AdolescenteCinta, persahabatan, kebencian, dan kematian menempuhkan manusia dalam satu sentimeter, dua inci, tiga meter, empat kilometer, hingga seratus mil dalam tiap langkah kecilnya.