Sebelum baca part ini, aku mau kasih tau kalau AU behind the stage Batavia udah aku post di twitter aku ya @saturnini_ kalau ada yang mau baca, linknya udah aku taruh di announcement profil WP aku ya!!
...
Melody melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang tunggu para talent. Thera telah meneleponnya semenit yang lalu, meminta agar gadis itu mau menemaninya di ruangan sepi tersebut.
Acara konser akan dimulai tiga jam lagi. Sejak pagi Thera telah stand by di sekolah untuk melakukan latihan singkat bersama Genta, tak lupa ia juga menemui para bintang tamu yang merupakan penyanyi-penyanyi terkenal masa kini. Akan sangat rugi bila ia tak meminta foto bersama barang hanya sejepret pun.
Bazar telah dimulai sejak pagi tadi dan sekarang adalah acara puncak, yakni konser musik yang bertabur bintang. Melody sendiri baru saja datang ketika pukul lima sore, dia enggan datang sejak pagi karena memang tak ada urusan apa pun. Dikarenakan konser dimulai pukul tujuh malam, dan Thera yang merasa kesepian karena tak ada kawan, alhasil Melody datang untuk menemani sahabatnya yang selalu ribut sendiri itu.
"Melo! Marshmellow! Akhirnya lo dateng ya! Sumpah, gue bosen banget sejak tadi pagi gara-gara gak ada lo." Thera memeluk Melody dengan semangat seolah baru saja menemukan peti harta karun.
"Alay," cibir Melody sambil memutar kedua bola mata.
"Lo dicariin sama Jeje sejak pagi."
"Kenapa?"
"Gak tau deh." Dia menghendikkan bahu. "Eh, lo tau? Tadi gue foto sama artis, Mel. Seneng banget sumpah!" katanya super heboh sambil menunjukkan foto yang tadi dia ambil bersama artis yang dimaksud. Saking hebohnya, gadis bernama Panthera itu sampai tersedak ludahnya sendiri. Membuat dia terbatuk-batuk seolah baru saja menghirup asap berbahaya.
"Makanya, kalau ngomong jangan ngiler!" ejek Melody sambil menepuk-nepuk bahu Thera. "Minum dulu sana!" perintahnya.
"Air gue habis."
"Haduh ... yaudah gue beliin di luar dulu."
Segera Melody keluar dari ruangan tersebut. Bazar masih ada, bahkan tambah meriah karena mendekati acara puncak. Anak-anak dari sekolah lain mulai berdatangan memenuhi halaman sekolah untuk menonton konser. Inilah waktu paling menyenangkan bagi para siswa. Bisa bertukar nomor telepon dengan murid sekolah sebelah yang artinya peluang mendapatkan gebetan bertambah menjadi 68 persen.
Gadis dengan boots ungu selutut itu menuju stand penjual minuman guna membeli segelas air untuk dirinya dan juga Thera. Dia membayar dengan selembar uang berwarna hijau, kemudian segera pergi menemui sang sahabat untuk memberikan minuman tersebut.
Namun, ketika sedang berjalan dengan santai, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang menuju lorong yang sepi. Melody pikir sosok ini adalah Jenardian, karena laki-laki itu suka usil padanya. Ternyata dia salah, Melody tak kenal dengan orang ini. Sosok bertubuh tinggi kurang lebih 178 cm, memakai jaket kulit berwarna hitam, dengan mata nyalang agak menyolot. Dia tak sendirian, ada tiga temannya yang lain.
"Melody, 'kan?" tanya laki-laki berjaket kulit tersebut.
"Iya." Gadis itu membalas acuh tak acuh. Bukannya apa, keempat laki-laki ini memojokkan dia di tembok pada lorong yang sepi seakan mengintimidasi. Melody tak nyaman, terlebih tatapan mereka yang aneh itu.
"Gue mau pergi."
Saat ia hendak melangkahkan kaki, bahunya kembali didorong menuju tembok. "Bentar lah ... gue cuma mau kenalan doang. Kenapa buru-buru, sih?" Menjijikkan sekali kata-katanya. "Gue Gamaliel, panggil aja Liel. Gue dari SMK 48."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hundred Miles
Novela JuvenilCinta, persahabatan, kebencian, dan kematian menempuhkan manusia dalam satu sentimeter, dua inci, tiga meter, empat kilometer, hingga seratus mil dalam tiap langkah kecilnya.