#Delapanpuluhsatu

242 34 1
                                    

Double trouble Pt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double trouble Pt.2

-Aurelie Aditya-

Satu tahun kemudian...

Setahun sudah berlalu dan dalam setahun ini Elesh menunjukkan perkembangan yang bagus mengenai kondisinya.

Anak laki-laki yang sekarang sudah sekolah itu tumbuh selayaknya anak-anak seusianya.

Walaupun memiliki keterbatasan dalam pendengaran, Elesh tetap bisa berkomunikasi dengan baik, entah itu secara oral maupun dengan bahasa isyarat, namun karena hanya dialah satu-satunya anggota keluarga yang memiliki gangguan pendengaran dan hanya anggota keluarga intinya saja yang mengerti bahasa isyarat, Elesh lebih sering berkomunikasi secara oral.

Eca dan Lily selaku orang tua tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali.

Mau Elesh berbicara secara oral ataupun dengan bahasa isyarat mereka tetap akan mendukungnya. Begitu juga dengan penggunaan alat bantu dengar, selain di sekolah Eca dan Lily tidak pernah memaksa Elesh untuk harus menggunakan alat tersebut, namun terkadang hal ini membuat mereka pusing sendiri.

Elesh yang masih kecil sering kali melepaskan alat bantu dengarnya tanpa sepengetahuan Eca dan Lily lalu meletakkannya di sembarang tempat.

Seperti hari ini ketika Lily dan anak-anaknya sudah terburu-buru untuk berangkat ke sekolah.

"Esh, ayo Sayang kita udah telat...!" Panggil Lily dari arah meja makan.

"Esh...?"

"Elesh...?"

Lily menghampiri Elesh yang duduk di ruang tengah sambil membaca buku. Lebih tepatnya Elesh hanya melihat-lihat gambar di buku itu karena dia belum bisa membaca.

"Hei, Esh...!" Panggil Lily lagi sedikit berteriak seraya melambaikan tangannya.

Elesh akhirnya melihat Lily.

"Ya, Mama?" Jawabnya.

Lily mendekat dan berjongkok di depan Elesh. Sesuai dugaan Lily, alat bantu dengar Elesh tidak ada di kedua telinganya.

Lily menunjuk telinganya sebagai isyarat alat bantu dengar lalu menunjuk Elesh, kemudian dengan jari telunjuknya yang terangkat Lily menggoyangkan tangannya sebagai isyarat bertanya di mana.

Elesh memegang kedua telinganya lalu dengan wajah polosnya dia tersenyum tanpa rasa bersalah karena dia pun baru sadar kalau alat itu sudah tidak ada di sana.

Lily menutup kedua matanya seraya menarik dan menghembuskan napas.

Semenjak mempunyai dua anak, kesabaran Lily yang awalnya hanya setipis tisu dibelah dua lalu disiram air, mendadak berubah menjadi setebal tisu serbet.

"Coba Esh inget-inget lagi tadi Esh letaknya di mana?"

"Ayo Nak kita udah telat loh ini..." Tanya Lily dengan nada tidak sabar.

My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang