#Enampuluhdelapan

343 39 3
                                    

Her first word

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Her first word

-Dewanjaya Esa Sanskara-

Kedua tangan Lily sibuk mengetik di laptopnya, sementara matanya yang fokus pada layar laptop sesekali melirik ke playmat Edrea.

Dari sana terdengar suara tawa Edrea sedang bermain bersama Ezera.

"Enak banget ya ada Eze, bisa agak napas dikit mamanya"

Perhatian Lily beralih ke Queen yang ikut bergabung bersamanya di karpet sambil membawa dua gelas jus jeruk di tangannya.

Lily tertawa pelan seraya melihat lagi ke arah Ezera yang tampak sangat senang bermain dengan keponakannya.

"Iya, lumayanlah Mbak aku bisa tenang kerjanya"

"Xan Xav masih tidur Mbak?"

"Iya, biarin deh bentar lagi aja dibangunin. Aku masih mau santai-santai Ly hahaha"

Lily ikut tertawa karena dia juga mengerti perasaan Queen sebagai seorang ibu yang tidak menggunakan jasa pengasuh. Saat anak sedang tidur di situlah mereka harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Tak lama Eca juga turun dari lantai dua.

"Udah siap meeting-nya A?" Tanya Lily ketika Eca berjalan ke arahnya.

"Mm, kamu masih belum selesai kerjanya?" Tanya Eca balik seraya meninggalkan satu ciuman di puncak kepala Lily.

"Belum, dikit lagi A"

"Kalau capek jangan dipaksa Sayang"

Lily menggelengkan kepalanya.

"Aku gak capek kok A"

Eca tidak menjawab lagi. Dia mengusap belakang kepala Lily lalu mencium perut Lily baru berjalan menuju playmat Edrea.

Melihat sang ayah membuat Edrea tertawa kesenangan dan merangkak ke arah ayahnya.

"Ya ampun Rea kamu seseneng itu ya ngeliat Ayah sampai ngences"

Ezera juga menggeser duduknya untuk menjaga Edrea yang sudah berdiri di pinggir playmat sambil tangannya mengelap dagu Edrea yang penuh dengan air liurnya.

Edrea semakin bersemangat melihat Eca berjalan ke arahnya. Kedua kakinya menghentak-hentak, sementara tangannya sesekali terangkat.

Tidak menggendong Edrea, Eca memilih ikut bergabung di dalam playmat.

Edrea yang merasa diabaikan oleh ayahnya wajahnya langsung berubah sedih. Dia melepaskan pegangannya pada pinggir playmat dan meraih kaki Eca.

"Iya sebentar Nak, Ayah masuk dulu"

Melihat Edrea bersemangat sekali mengejar Eca membuat niat jahil Ezera timbul.

Baru saja Eca duduk, Ezera dengan tidak tahu malunya duduk di pangkuan Eca.

My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang