21.Malaikat & Iblis

428 34 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di dalam rumahnya, Zee tampak duduk di atas sofa dengan satu tangan memegang kaleng bir. Pria itu memutar-mutar botol itu. Tak jauh dari Zee terlihat pria mengenakan pakaian serba hitam berdiri di sudut ruangan yang gelap. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang.

“Ah, sudah kuduga itu adalah ulahmu, Tommy.”

Pria yang mengenakan kemeja dan celana panjang hitam itu menoleh. Dia bisa melihat Jimmy sudah berdiri di sampingnya. Jimmy mengikuti arah pandang Tommy dan melihat Zee meminum bir di tangannya.

“Tuhan menurunkan malaikat dan menurunkan iblis sekaligus. Ingat dunia ini harus seimbang, Jimmy.” Tommy melipat kedua tangannya di depan dada.

“Jadi kamu menggunakan tunangan James untuk menggagalkan misinya?” Jimmy menoleh ke arah Tommy.

Iblis itu menganggukkan kepalanya. “Ya, sangat mudah menggunakan pria yang dipenuhi dengan rasa cemburu. Lagipula aku tidak ingin James menyelesaikan misinya. Bukankah akan sangat lebih baik jika dia ikut denganku?”

Jimmy menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Tommy memicingkan matanya menatap malaikat itu. “Kenapa kamu tiba-tiba begitu bersemangat, Jimmy? Tidak biasanya kamu seperti ini. Apakah pria bernama James ini begitu spesial untukmu?”

“Ya, dia sangat spesial untukku.” Jimmy membenarkan ucapan iblis itu.

Tommy tampak begitu terkejut. “Benarkah? Apa kamu menyukainya?”

Jimmy menyentil kening Tommy. “Jangan berpikiran aneh-aneh. Aku memang menyukainya, tapi tidak seperti yang kamu pikirkan.”

“Lalu kenapa kamu menyukainya?” tanya Tommy penasaran. Iblis itu mengelus keningnya.

Malaikat itu menggelengkan kepalanya. “Aku tidak akan memberitahumu. Cari tahu saja sendiri.”

Tiba-tiba malaikat itu menghilang membuat Tommy mendengus kesal. “Dasar Malaikat menyebalkan.”

Setelah itu sang iblis itu juga ikut menghilang. Meninggalkan Zee yang sedang menikmati kaleng bir.

***

James meletakkan botol bir di atas meja setelah meminumnya sedikit. Kemudian pria itu mengangkat tangan kanannya di mana ada gelang dengan tali hitam dan lima butir mutiara. Di mana dari lima mutiara itu hitam itu salah satunya sudah berubah warna menjadi putih. Bibir James menyunggingkan senyuman karena merasa begitu senang karena berhasil menyelesaikan misinya. Kemudian dia berpikir jika dia menolong Mark bukan karena ingin membuat mutiara itu berubah warna. Tapi dia sungguh-sungguh ingin menolong adiknya Mark.

“Jadi itu yang dinamakan berbuat baik dengan hati yang tulus?” gumam James.

Lalu tiba-tiba terdengar bel pintu apartemennya berdentang. Segera pria itu berdiri dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang mengunjunginya malam-malam begini. Saat James membuka pintu, dia terkejut melihat Net berdiri di hadapannya.

“Net? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya James bingung.

Pria itu mengamati James yang sudah mengenakan piyama biru tua dengan tangan yang masih di gips. Kemudian tatapan Net beralih pada wajah James.

“Aku pikir kamu butuh teman minum.” Net mengangkat kantong plastik di mana dia membawa beberapa kaleng bir.

“Kebetulan sekali aku memang sedang minum. Masuklah!” James berbalik dan berjalan kembali ke sofa.

Net berjalan masuk membiarkan pintu tertutup sendiri di belakang. Dia duduk di samping James dan meletakkan plastik di atas meja. Dia mengambil satu kaleng bir dan membukanya.

“Bersulang untuk proyek barumu!” James mengulurkan kaleng bir miliknya.

Net tersenyum kemudian dia mendentingkan kaleng miliknya ke kaleng milik James. “Bersulang!”

Mereka pun meminum bir itu bersama. Menciptakan suara kepuasan merasakan bir itu memenuhi tubuh mereka.

“Jadi apa yang kamu bicarakan dengan Mr. Panich?” tanya Net membuat tubuh James menegang.

James meletakkan kaleng birnya di atas meja. “Hanya membicarakan bisnis.”

“Aku tahu ada yang tidak beres dengan meeting siang tadi, James. Tidak bisakah kamu memberitahuku apa yang kalian bicarakan?” tanya Net dengan nada lembut.

James tahu jika Net lebih peka dibandingkan oerang lain. Tapi dia juga tidak ingin Net tahu apa yang dibicarakannya dengan tunangannya.

“Kamu tidak perlu tahu, Net. Kamu tidak perlu mencemaskanku. Aku tahu apa yang aku lakukan.” James bersikeras tidak mau memberitahu sahabatnya.

Net menghela nafas berat. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan James yang ada di atas sofa. “Tidak masalah jika kamu tidak ingin memberitahuku, James. Tapi aku tidak ingin kamu memaksakan dirimu untukku.”

Tatapan James tertuju pada tangan Net yang memegang tangannya. Terasa begitu hangat dan nyaman sampai James tidak ingin melepaskannya. Kemudian tatapan James beralih pada Net. Menatap wajah pria yang selalu menemaninya selama bertahun-tahun itu membuat dada James kembali berdegup kencang. Entah terdorong karena mabuk atau perasaannya sendiri, James mendekatkan wajahnya. Dia mencium bibir Net sekilas. Rasa penasaran membuat pria itu mengulanginya kembali.

Namun Net menahan bahu pria itu. “James, kamu sadar dengan apa yang kamu lakuan?”

Alih-alih menjawab pertanyaan Net, James justru berdiri kemudian duduk di atas pangkuan Net. Kedua tangannya melingkar di leher Net. Bibirnya menyunggingkan senyuman. “Aku belum terlalu mabuk, Net. Aku sadar dengan apa yang aku lakukan.”

James kembali mencium Net. Dia tahu ini salah. Tapi dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia menginginkan Net.

***

Bonus foto Net James yang bikin mereog🤣🤣🤣😂😂

Bonus foto Net James yang bikin mereog🤣🤣🤣😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang