33.Salah Paham

441 41 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

James berjalan memasuki gedung perusahaannya dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.

"Jadi kamu bahagia Soalnya Zee sudah mutusin pertunangan kalian?" Jimmy tiba-tiba saja muncul dan berjalan di sampingnya.

Karena sudah terbiasa dengan kemunculan malaikat itu tiba-tiba, maka membuat James tidak terkejut.

"Tentu saja. Dengan begitu aku bisa sama Net." James tersenyum lebar.

"Kamu pikir mudah balik sama Net setelah semalam kamu nyakitin dia lagi?" tanya Jimmy.

Langkah James terhenti. Dia menarik tangan Jimmy untuk menghentikan malaikat itu.

"Apa maksudmu semalam aku nyakitin Net lagi?" penasaran James.

Malaikat itu menghela nafas berat. "Apa kamu gak ingat semalam kamu bukan cuma nelpon Zee tapi juga nelpon Net. Pas Zee datang buat bawa kamu pulang, kalian bertemu Net di depan bar. Dia pergi habis tahu Zee yang anterin kamu pulang."

Tubuh James menegang mendengar cerita Jimmy. Dia merutuki dirinya sendiri karena sudah bertindak bodoh sehingga dia menyakiti perasaan Net kembali.

"Kalau kayak gitu gimana aku bisa perbaiki hubungan aku sama Net?" kedua bahu James terkulai lemas.

Sedangkan Jimmy mengangkat kedua bahunya. "Mana aku tahu. Cari tahu saja sendiri."

James hendak memukul malaikat itu, tapi Jimmy buru-buru menghilang. Membuat James mendengus kesal.

"Dasar Malaikat nyebelin!" gerutu James.

"KAMU BERANI PADAKU, HUH?!"

Nada suara marah itu mengalihkan perhatian James. Dia bisa melihat dari kejauhan pria tua yang dikenalnya berdiri dengan ekspresi marah. Pria itu adalah calon investor yang harusnya ditemui James hari ini, bernama Apinan. Kemudian tatapan James beralih pada dua pria yang ada dihadapan Apinan. James memicingkan matanya karena mengenali dua pria itu adalah Tutor dan Yim.

"Bukannya mereka satu tim dengan Net?" gumam James mengenali mereka.

Segera James berjalan menghampiri mereka.

"Saya hanya akan hormati orang yang pantas dihormati, Pak. Sayangnya Anda tidak pantas dihormati karena berusaha melecehkan pacar saya." Tutor menatap Apinan tanpa rasa takut sedikit pun.

"DASAR BOCAH SIALAN!" Apinan mengangkat tangannya untuk memukul Tutor.

Namun James yang sudah berada di samping mereka langsung menahan tangan Apinan.

"Mr. Apinan, tolong jangan buat keributan di perusahaan saya." James mendorong tangan pria itu dengan kasar.

Apinan mendengus tak percaya. "Aku yang sudah buat keributan? Harusnya kamu tanya karyawanmu, Mr. Supamongkon. Dia yang bikin keributan ini."

Tatapan James beralih pada Tutor dan Yim. "Bisakah kalian jelasin padaku apa yang terjadi?"

"Dia sudah melecehkan Yim, Mr. Supamongkon. Karena itu saya marah padanya." Tutor menjelaskan.

James mengalihkan atensinya pada Yim. "Apa yang dia bilang benar, Yim?"

Yim menganggukkan kepalanya. "Benar, Mr. Supamongkon. Dia... Dia remas bokong saya dan bilang bakal bayar saya jika saya mau tidur sama dia."

James tahu benar reputasi Apinan memang sangat buruk. Karena itu dia sebenarnya malas bertemu dengan pria itu.

"Bohong. Mana mungkin aku bilang gitu. Kalian berusaha fitnah aku. Aku bisa tuntut kalian." Apinan tidak terima dengan ucapan Yim.

James menoleh kembali kepada pria tua itu. "Nuntut mereka sama saja nuntut saya, Mr. Apinan. Anda pikir bisa menang melawan saya? Perusahaan ini memiliki kamera CCTV. Saya bisa langsung cek. Kalau memang Anda terbukti bersalah, Anda harus minta maaf dan ganti rugi atas tindakan Anda. Apa Anda berani, Mr. Apinan?"

Wajah pria itu berubah pucat mendengar ucapan James. "Brengsek! Aku nyesal sudah ada di sini. Aku gak bakal sudi investasi di perusahaan ini."

James mendengus sinis. "Silahkan saja Anda pergi dari sini. Saya juga gak butuh investor brengsek yang ingin lecehin karyawan saya."

Segera Apinan berbalik pergi dengan marah. Sedangkan James menghela nafas lega karena berhasil menyingkirkan pria itu. Tapi sayangnya dia harus kehilangan investor.

"Maafin kami karena sudah bikin Anda kehilangan investor, Mr. Supamongkon," sesal Tutor.

James kembali menghadapi pasangan kekasih itu. "Bukan masalah besar. Lagipula aku gak suka sama attitudenya. Enggak perlu dipikirkan. Apa kamu gak papa, Yim?"

Yim menganggukkan kepalanya. "Ya, saya hanya terkejut tadi."

James hendak menepuk bahu Yim namun tangannya ditahan oleh seseorang. Dia menoleh dan melihat Net sudah berdiri di samping Yim.

"Kalau mau marahi mereka, lebih baik Anda marahi saya, Mr. Supamongkon."

"Aku marahi mereka?" terkejut James karena Net salah paham dengan apa yang terjadi.

Net membungkuk di hadapan James. "Saya minta maaf atas mereka. Mereka masih belajar. Jadi tolong biarin mereka pergi. Saya bakal tanggung jawab atas mereka."

"Tapi..." James hendak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Saya harus segera bawa mereka pergi, Mr. Supamongkon. Saya tahu benar Anda gak suka karyawan yang santai di jam kerja. Karena itu kami bakal balik kerja. Kami permisi."

Segera Net menarik Tutor dan Yim segera beranjak pergi dari hadapan James. Sedangkan bos besar itu mengusap rambutnya dengan begitu frustasi.

"Kayaknya memang sulit hadapi Net yang lagi marah sama aku." Kedua bahu James terkulai lemas.

***

Bonus foto Net-James 🥰

Bonus foto Net-James 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang