32. Keputusan Zee

461 35 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“Jadi apa yang ingin kamu bicarain?” tanya James duduk di ruang makan bersama Zee yang sedang menikmati sarapan.

“Lebih baik kamu juga makan, James.” Zee menunjuk ke arah hidangan yang ada di atas meja.

James menggelengkan kepalanya. “Enggak mau. Perutku masih terasa gak enak gara-gara efek mabuk semalam. Jadi cepat bilang apa yang mau kamu bicarain sama aku, Zee?”

Zee meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya. Kemudian dia memusatkan perhatiannya kepada James. Pria itu terlihat begitu serius.

“Aku mau mutusin hubungan pertunangan kita.” Zee memberitahu pria itu.

Tubuh James mematung mendengar ucapan Zee. Dia berkedip berkali-kali untuk mengetahui apakah yang didengarnya hanya imajinasinya atau tidak.

“Kamu mau mutusin hubungan pertunangan kita? Kamu gak lagi mainin aku, bukan? Atau kamu lagu nguji?” tanya James yang masih belum percaya dengan ucapan pria yang saat ini mengenakan setelan hitam dengan garis-garis putih tipis itu.

Zee menggelengkan kepalanya. “Enggak, James. Aku gak mainin kamu dan aku juga gak nguji kamu. Aku serius mau mutusin hubungan kita.”

“Tapi kenapa? Maksudku setelah kamu maksa dan ngancam aku, kamu tiba-tiba saja berubah pikiran. Apa alasannya?” James menuntut penjelasan.

Zee mengambil gelas air putih dan meminumnya lebih dahulu sebelum akhirnya menjawab dengan begitu tenang. “Soalnya aku sadar gak ada gunanya maksain perasaanku padamu. Pada akhirnya dalam hatimu hanya ada Net.”

“Kamu gak bakal ngelakuin sesuatu pada Net, 'kan?” James memicingkan matanya curiga.

Zee menggelengkan kepalanya. “Enggak, aku gak bakal ngelakuin apapun padanya. Aku juga gak bakal campur tangan sama proyeknya. Jadi kamu gak perlu khawatir.”

“Meski kamu sudah bilang begitu, tapi tetap saja aku butuh buktinya, Zee. Aku bakal kirim surat perjanjian padamu bukan cuma untuk bahas pemutusan pertunangan kita tapi juga perjanjian kalau kamu gak bakal ganggu Net.” Sisi bisnis James bekerja.

Zee menganggukkan kepalanya. “Enggak masalah. Kirimkan saja ke kantorku. Aku bakal tanda tangan surat itu.”

Tiba-tiba ponsel Zee berdering. Pria itu mengambil smartphone yang ada di saku jasnya. Dia mengangkat panggilan dari sekretarisnya.

“Ada apa, Park?” tanya Zee.

“Zee, kamu harus segera ke kantor.” Suara Park terdengar panik.

CEO Glint Entertainment itu memicingkan matanya. “Ada apa, Park? Apa ada masalah di kantor?”

“Aku gak bisa jelasin di telpon. Kamu harus lihat sendiri.”

Zee tahu pasti ada sesuatu yang membuat sekretarisnya itu terdengar begitu gusar. “Baiklah, aku bakal segera ke kantor.”

Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang