36. Mereka Bersama

449 27 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kalau taman hiburan gak boleh, gimana kalau ke pantai? Kita bisa sekalian main di sana." Yim memberikan ide.

Net menggelengkan kepala. "Aku pikir pantai juga gak aman. Tempatnya terlalu luas, kita gak bisa awasi seluruhnya. Dan juga pasti bakal ada banyak orang di sana. Enggak jauh beda sama taman hiburan."

Saat ini Net, bersama anggota timnya sedang mendiskusikan tentang tempat lain sebagai pengganti taman hiburan.

Poppy mengangkat tangannya. Net mempersilahkan pria itu angkat suara.

"Gimana kalau kita ngelakuin syutingnya di apartemen Max? Selama ini belum banyak penggemar yang tahu sama apartemen Max. Dengan begini ketertarikan para penggemar yang penasaran sama apartemen Max bakal buat mereka penasaran buat nonton Play With Me." Poppy memberikan usulan.

Net terdiam sejenak memikirkan ide Poppy. "Ide yang bagus, Poppy. Bukan cuma mereka bakal aman ada di dalam rumah Max, tapi kita juga bisa hindari kerumunan orang. Tapi aku perlu nanyain masalah ini sama Mr. Panich dan juga Max lebih dahulu. Kalau mereka izinin, maka syuting bakal segera dilakuin. Tapi kalau gak, aku mau kalian mikirin opsi lainnya. Tempat yang aman dan minimalisir orang-orang."

Poppy, Tutor dan Yim menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba saja pintu ruangan devisi produksi tim satu terbuka. Semua orang menoleh dan melihat James berdiri dengan senyuman lebar. Pria itu berjalan masuk menghampiri mereka.

"Kalian sudah kerja begitu keras buat acara Play With Me. Aku yakin kalian pasti lapar." James meletakkan kotak-kotak makanan dan minuman kalengdi atas meja.

Seketika Poppy, Tutor dan Yim melotot kaget melihatnya. Bukan hanya kedatangan bos besar yang mengejutkan mereka tapi juga makanan dan minuman yang dibawa oleh James.

"Semua ini buat kami, Mr. Supamongkon?" tanya Poppy memastikan.

James menganggukkan kepalanya. "Ya, buat kalian. Hadiah buat kerja keras kalian. Pekerjaan kalian sudah selesai, 'kan? Aku harap aku gak ganggu."

Yim menggelengkan kepalanya. "Enggak ganggu, Mr. Supamongkon. Rapatnya sudah selesai."

"Makasih buat hadiahnya, Mr. Supamongkon." Kali ini Tutor yang bersuara.

"Sama-sama. Kalau rapat sudah selesai, artinya aku bisa bawa Net pergi, 'kan?" tatapan James tertuju pada Net. Mereka saling melemparkan senyuman.

Poppy menganggukkan kepalanya. "Bawa saja, Mr. Supamongkon. Enggak ada lembur hari ini."

James kembali menatap ketiga anggota tim Net. "Kalau gitu nikmati makanannya. Sampai jumpa besok. Bye."

"Aku pergi dulu semuanya." Net pun berdiri dan berjalan keluar ruangan mengikuti James.

Sesaat sebelum keluar James meraih tangan Net dan menggenggamnya.

"Aku pikir mereka bersama." Yim tidak sengaja melihat kejadian itu.

Tutor menganggukkan kepalanya. "Benar, Yim. Kelihatan jelas sekali mereka memang bersama."

"Bukannya mereka memang pulang bersama?" bingung Poppy yang sudah menggigit ayam di dalam kotak makan.

Yim menghela nafas berat. "Bukan bersama dalam arti pulang bersama, Kak Poppy. Tapi mereka pacaran."

Seketika Poppy melotot kaget. "Jangan ngomong semabarangan, Yim. Gimana nanti kalau kamu diomelin gara-gara nyebarin berita gak bener?"

Tutor terkekeh. "Ucapan Yim memang benar, Kak Poppy. Apa Kak Poppy gak lihat gimana cara Mr. Supamongkon natap Kak Net?"

Poppy menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku gak lihat."

"Cara Mr. Supamongkon natap Kak Net, sama kayak cara aku natap Yim. Tatapan jatuh cinta." Tutor memperlihatkan tatapan yang dimaksud. Dia menatap Yim penuh dengan perasaan cinta.

"Wah, aku gak sadar soal itu. Jadi mereka beneran pacaran? Ini berita yang besar." Poppy tampak terkejut.

"Jangan coba-coba sebarin berita ini, Kak. Kita hargai privasi Mr. Supamongkon sama Kak Net." Yim memperingatkan. Dia tahu benar bagaimana tidak mudahnya memperlihatkan hubungan seperti ini di hadapan publik.

Poppy menganggukkan kepalanya. "Ya, aku tahu. Mana mungkin aku khianati Net."

***

"Ini adalah kamarmu, Nat." Zee membuka salah satu kamar tamu dalam rumahnya.

Nat melangkah masuk dan melihat sebuah kamar yang hanya terdiri dari ranjang, meja belajar, dan lemari. Kamar itu juga sangat bersih.

"Apa gak masalah aku tinggal di sini, Mr. Panich?" Nat menatap bosnya.

Zee menggelengkan kepalanya. "Sudah kubilang gak papa, Nat. Keselamatanmu adalah yang paling penting. Kamu bisa taruh tasmu di atas ranjang dulu. Aku mau kenalin seseorang sama kamu."

Nat menganggukkan kepalanya. "Baik, Mr. Panich."

Pemuda itu meletakkan tasnya seperti yang diminta oleh Zee. Setelah itu Nat mengikuti bosnya keluar dari kamar. Mereka menuruni tangga menuju lantai pertama. Saat itulah Nat melihat seorang pria dengan setelan hitam langsung berdiri merlihat kedatangan mereka.

"Apa kamu adalah Tharn Suansri?" Zee mengulurkan tangannya ke arah pria itu.

Tharn membalas uluran tangan Zee sembari menganggukkan kepalanya. "Benar, Mr. Panich. Saya adalah Tharn Suansri pengawal yang Anda sewa."

Kemudian Zee menoleh ke arah pemuda di dekatnya. "Nat, dia adalah Tharn Suansri Dia adalah pengawal yang bakal jaga keselamatanmu."

Nat mengulurkan tangannya. "Aku adalah Nat Nattasit. Senang bertemu denganmu, Tharn."

Bibir Tharn menyunggingkan senyuman. "Saya juga senang bertemu dengan Anda, Mr. Nattasitt."

Nat tahu jika pengawal itu tampak begitu ramah. Tapi tatapan pria itu membuat Nat bergidik ngeri.

***

Bonus foto Tutor Yim ya...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang