4.Tim Divisi Produksi

530 44 0
                                    

(Tutor-Yim)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Tutor-Yim)

***

"Kak Net, apa benar kamu dan bos besar teman baik?" tanya Nunew saat mereka sedang naik lift menuju lantai bawah untuk makan siang.

Net menatap sekretarisnya yang tampak penasaran. "Dari mana kamu mendengarnya?"

"Kak Mark yang memberitahuku." Nunew menjawab dengan jujur.

"Nunew maukah kamu berjanji tidak akan memberitahu hal ini pada siapapun?" pinta Net.

Nunew memicingkan matanya. "Mengapa aku tidak boleh memberitahu siapapun, Kak Net?"

"Karena aku tidak ingin membicarakan hal buruk tentang James. Aku bekerja di sini karena koneksi dari James, Nunew. Aku tidak masalah jika orang lain menggosipkanku. Tapi aku tidak ingin imej James menjadi buruk karena aku," jawab Net.

Nunew tampak terpukau mendengar jawaban Net. "Sepertinya Kak Net memang menyukai Bos besar."

"Apakah terlihat jelas?"

Nunew menganggukkan kepalanya. "Ya, jika aku mendengar ucapan Kak Net baru saja. Kak Net terdengar sangat menjaga Bos besar. Apa dia tahu soal ini, Kak?"

Net menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak ingin James mengetahuinya. Seperti yang dikatakan oleh Mr. Panich jika aku hanya akan bisa menjadi sahabat James, tidak lebih."

Nunew tampak sedih mendengarnya. "Aku sedih karena Kak Net patah hati, tapi aku senang karena Kak Net tidak bersama bos piranha mengerikan itu."

Pintu lift terbuka, Net dan Nunew berjalan keluar. Net terkekeh mendengar ucapan sekretarisnya. "James tidak seburuk itu, Nu."

"Itu karena Kak Net menyukainya. Tidak akan ada yang bisa bertahan dengan bos piranha itu selain Kak Net. Tapi tenang saja Kak Net. Aku tidak akan memberitahu siapapun tentang hubungan Kakak dengan Bos besar dan juga tentang perasaan Kak Net."

Net kembali mengusap rambut Nunew. "Terimakasih, Nu."

"Kak Net, Nunew, kemari!"

Suara itu membuat Net dan Nunew menoleh. Mereka bisa melihat Yim berdiri dari kursinya sambil melambaikan tangannya. Bukan hanya Yim. Yang sudah tiba di kantin untuk menikmati makan siang. Ada anggota tim satu divisi produksi yang lain, Tutor dan juga Poppy.

Wajah Nunew berubah cerah melihat rekan-rekan kerjanya. Segera Nunew menarik Net menghampiri mereka. Nunew dan Net duduk di samping Poppy yang masih kosong.

"Jadi gimana soal proyek yang kita kerjakan?" tanya Yim tidak sabaran.

"Tunggu dulu!" Poppy menghentikan Net yang hendak menjawab pertanyaan Yim. "Biar aku tebak, pasti proyek kita ditolak. Benar tidak?"

Net menganggukkan kepalanya lemah. "Benar, proyek kita belum disetujui."

Yim menunduk kecewa. "Padahal kita sudah bekerja keras mengerjakannya tapi masih saja ditolak."

Tutor yang duduk di samping Yim langsung memeluk bahu pria itu. Mengelus lengan Yim untuk menenangkannya. "Tidak apa-apa, Yim. Kita bisa membuat proyek lainnya. Jangan menyerah. Kita pasti bisa melakukannya."

Yim menoleh ke arah sang kekasih. Kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. "Kamu selalu bisa membuat perasaanku jauh lebih baik, Tutor."

Poppy menghela nafas berat. "Sudah kuduga. Pasti sulit mendapatkan persetujuan dari penyihir itu. Apa kita perlu melakukan sihir hitam untuk membuat dia setuju?"

Net tertawa mendengar ucapan Poppy. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu boneka voodoo, Poppy. Karena sebenarnya proyek kita nyaris diterima. Aku tadi mengatakan 'belum disetujui', aku tidak mengatakan 'ditolak'. Kita hanya perlu melakukan survey yang bisa membuktikan program acara yang kita buat itu diminati banyak orang."

Seketika mata Yim berbinar senang. "Benarkah kita hanya perlu melakukan itu saja?"

Net menganggukkan kepalanya. "Ya, jika kita bisa membuktikannya, Mr. Supamongkon akan menyetujui program acara itu."

Seketika anggota tim bersorak senang. Jika tidak ditolak maka itu adalah kemajuan besar.

Tiba-tiba suara deringan ponsel menghentikan euforia mereka. Yim mengambil ponselnya yang berdering dan mengangkat panggilan itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Yim.

Nicha adalah Kakak Yim yang lebih tua tiga tahun darinya. "Yim, aku butuh bantuanmu sekarang. Datang ke rumahku secepat mungkin."

Yim memicingkan matanya mendengar suara kakaknya terdengar panik. "Ada apa, Kak? Apa terjadi hal buruk di rumah?"

"Tidak ada waktu bercerita, Yim. Aku akan memberitahumu setelah kamu sampai di rumahku."

"Oke, aku akan segera ke sana."

Setelah menutup panggilan itu, Yim menatap Net yang menjadi atasannya.

"Kak Net, aku harus pergi. Sepertinya terjadi sesuatu dengan kakakku." Yim pun tampak tidak tenang.

Net menganggukkan kepalanya. "Ya, pergilah. Biar Tutor yang menemanimu. Kamu terlihat panik seperti itu. Bahaya jika kamu pergi sendiri."

Yim menganggukkan kepalanya. "Ya, Kak. Terima kasih."

Kemudian pasangan kekasih itu bergegas pergi meninggalkan tiga orang yang menghabiskan waktu makan siang di kantin.

***

Bonus foto Tuan muda Net yang super ganteng 😍😍😍😍

Bonus foto Tuan muda Net yang super ganteng 😍😍😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang