51.Hatiku Sakit

412 27 1
                                    

"Ah… sakit, Kak Max. Bisa gak kamu pelan-pelan sedikit?" Nat meringis sakit. Saat ini Max tengah mengganti perban di tangan Nat.

"Gimana bisa kamu bikin tanganmu terluka kayak gini? Apa kamu gak tahu tubuh itu sangat berharga bagi seorang artis?" Max mengomeli pemuda itu.

Nat bisa melihat Max menyelesaikan tugasnya mengganti perban. Kemudian Nat tiba-tiba saja menangis membuat Max kebingungan.

"Apa terasa sakit, Nat? Aku bakal bawa kamu ke dokter buat diperiksa," panik. Max.

Nat menggelengkan kepalanya. "Lukaku gak sakit. Tapi hatiku sakit. Padahal aku masih ngerasa ketakutan gara-gara kejadian kemarin. Tapi Kak Max terus saja marah sama aku. Bikin aku makin takut."

Max mengusap rambutnya frustasi. Dia juga mengumpati dirinya sendiri karena sudah menjadi salah satu penyebab ketakutan Nat. Kemudian Max memeluk pemuda itu. Dia mengusap rambut Nat dengan lembut.

"Maafin aku, Nat. Aku gak ada maksud bikin kamu takut. Aku cuma ngerasa takut pas lihat kamu terluka. Aku begitu takut bayangin pria brengsek itu bunuh kamu. Aku sangat takut sampai bikin aku marah. Dan tanpa sadar aku justru nakutin kamu. Maafin aku." Max mencium puncak kepala Nat.

Nat pun menumpahkan perasaannya dalam tangisan. Sedangkan Max terus memeluk pemuda itu sampai akhirnya Nat melepaskan pelukan pria itu.

"Tapi aku sekarang baik-baik saja, Kak Max. Kamu gak perlu bayangin hal ngeri kayak gitu. Jadi Kak Max jangan marah lagi sama aku." Nat masih sesenggukan karena efek menangis.

Max mengusap air mata di pipi Nat. "Ya, aku janji gak bakal marah lagi sama kamu."

Tatapan Max tertuju pada Nat. Perlahan pria itu menunduk untuk mencium pemuda itu. Tapi tiba-tiba terdengar suara bel menghentikan momen romantis mereka. Max mengumpat dalam hati karena kesal ada orang yang mengganggunya.

"Apa kamu nunggu seseorang, Kak?" tanya Nat.

Max menggelengkan kepalanya. "Gak, aku gak nunggu siapapun. Aku cek dulu siapa yang datang."

Max berdiri dan berjalan menghampiri pintu. Nat yang penasaran pun mengikuti Max di belakang. Sampai di depan pintu apartemen, Max membuka pintu itu. Dia melotot kaget saat melihat Zee datang bersama Nunew.

"Zee, Ngapain kamu kemari?" tanya Max tampak tidak suka karena kehadiran Zee mengganggu waktunya bersama dengan Nat.

"Aku kemari buat jenguk Nat. Aku dikasih tahu manajernya kalau Nat ada di sini. Karena itu kami kemari." Jelas Zee.

Nat tersenyum melihat kedua tamu itu. "Masuklah, Mr. Panich dan juga Nunew."

Kekasih Zee itu tersenyum pada pemuda itu. "Makasih, Nat."

Max hanya bisa menghela nafas berat melihat Zee dan Nunew melangkah masuk mengikuti Nat menuju sofa. Setelah menutup pintu, Max mengikuti mereka dan duduk di samping Nat.

Zee meletakkan parcel buah dan makanan di atas meja. "Ini buat kamu, Nat. Nunew sendiri yang bungkus secantik ini."

Nat tersenyum pada pasangan itu. "Makasih, Mr. Panich dan makasih buat Nunew."

Nunew menggelengkan kepalanya. "Bukan masalah yang besar. Aku sudah biasa ngelakuinnya."

Nat merasa ada yang hendak dibicarakan oleh Zee dan Max. "Nunew, apa kamu bisa bantuin aku bikin minuman?"

Nunew langsung menganggukkan kepalanya. "Dengan senang hati."

Setelah itu Nat dan Nunew melangkah menuju dapur untuk membuat minuman, Zee akhirnya mengutarakan alasan kedatangannya.

Second Chance (Net-James & Zee-Nunew) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang