22. Lovely Queen

15 3 0
                                    

Pada tanggal 28 Juni 1882 kebahagiaan dan sukacita datang ke kerajaan Batavia ketika Queen Emily melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan. Sang bayi diberi nama George Arthur Louis Fauzan, menjadi pewaris kerajaan yang sangat dinantikan oleh seluruh rakyat Batavia. Keenan merasa begitu bahagia dan terharu melihat wajah mungil sang putra yang mengingatkannya pada Emily.

Namun, dalam momen kebahagiaan tersebut, nasib berkata lain. Beberapa hari setelah kelahiran George, kesehatan Queen Emily mulai menurun. Keenan dan seluruh kerajaan Batavia sangat prihatin melihat kondisi Ratu yang semakin lemah. Mereka berdoa dengan harapan akan kesembuhan dan pemulihan Emily.

Namun, upaya medis tidak mampu mengatasi penyakit yang tengah menghampiri Emily. Ketika berita kematian Queen Emily mencapai telinga Keenan, hatinya hancur. Air matanya mengalir deras, dan ia merasa kehilangan yang mendalam. Ia merasa kebahagiaan dan cinta yang telah ia bagi bersama Emily seolah-olah pergi bersamanya.

1 Agustus 1882
Pada hari pemakaman, suasana di istana kerajaan hampa dan duka melanda seluruh rakyat Batavia. Keenan menemui sang putra yang masih bayi dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. Ia ingin anaknya merasakan cinta dari ibunya, meskipun hanya sejenak.

Di hadapan jenazah Queen Emily, Keenan berdiri dengan perasaan hampa dan sedih yang mendalam. Ia mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya kepada wanita yang mencintainya dengan tulus. Dalam momen penuh kepedihan itu, Keenan merasa ingin berbicara, memberikan penghormatan terakhir bagi istrinya yang telah pergi.

"Emily, My lovely Wife and Queen," ujar Keenan dengan suara gemetar. "Kau adalah cahaya dalam hidupku, dan kini kehadiranmu telah menjadi bintang yang bersinar di langit. Engkau adalah wanita yang penuh kasih sayang, bijaksana, dan cantik baik di dalam maupun di luar. Aku akan selalu mencintaimu, dan kenangan tentangmu akan tetap hidup dalam hati dan jiwa ku. Selamat jalan, sayangku. Engkau akan selalu menjadi Ratu di hatiku."

Mata semua yang hadir dalam pemakaman itu berkaca-kaca mendengar pidato penuh cinta dari Raja. Keenan menaruh bunga-bunga indah di atas makam Emily, sebagai tanda cinta dan penghormatan terakhirnya untuk sang Ratu. Semua orang yang hadir merenungkan momen itu dengan haru dan duka yang mendalam.

Setelah pemakaman, Keenan merasa seolah kehidupannya berubah. Ia mengenakan pakaian berwarna hitam selama lima bulan sebagai bentuk berkabung atas kepergian Emily. Meskipun tugas dan tanggung jawab sebagai Raja masih ada, Keenan merasa kekosongan dalam hati yang sulit diisi.

Saat ia berjalan di istana yang dulu dipenuhi tawa dan kebahagiaan bersama Emily, sekarang terasa sepi dan sunyi. Kehidupan di istana terasa hampa tanpa kehadiran wanita yang dicintainya. Meskipun George menjadi sumber kebahagiaan bagi Keenan, kehilangan Emily adalah pukulan berat baginya.

James dan penasehat Keenan, selalu ada di sampingnya memberikan dukungan dan nasehat bijaksana. Dia tahu betapa besar cinta Keenan kepada Emily, dan merasa prihatin melihat sahabatnya berduka.

"Keenan, biarkanlah air matamu mengalir," kata James dengan lembut. "Kehilangan seseorang yang kita cintai adalah proses yang sulit, dan tidak ada batas waktu untuk kesedihan. Biarkanlah hatimu merasakan duka itu, namun jangan biarkan itu menghalangimu untuk menjalani kehidupan."

Keenan mengangguk, "Aku tahu, James. Tapi rasanya begitu sulit. Emily adalah segalanya bagiku."

"Ya, dia adalah wanita yang luar biasa," sahut James. "Tetapi dia akan selalu hidup dalam hatimu, dan dia pasti ingin kamu bahagia. Cobalah untuk membuka hatimu, mungkin di masa depan akan ada cinta yang baru untukmu."

Keenan memandang James dengan rasa terima kasih, "Terima kasih, James. Aku akan mencoba."

Selama 1 minggu, Keenan Trus mengurung diri dikamar dan sikapnya berubah menjadi pendiam dan tak banyak bicara. Dan ia pun selalu menggunakan pakaian hitam.

4 November 1882
5 bulan setelah kematian Queen Emily, suasana di istana Batavia berubah drastis. Keenan, yang dulunya dikenal sebagai Raja yang bijaksana dan penuh kasih sayang, kini terlihat dingin dan mudah marah. Rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian Emily tampaknya telah memberikan dampak besar pada kesehatan mentalnya.

Queen Charlotte sangat prihatin melihat perubahan ini. Ia menyadari bahwa sang anak tengah berduka dan merasa kehilangan, namun reaksi Keenan yang mudah marah dan ketidaksabaran yang sering ia tunjukkan adalah tanda-tanda kekhawatiran yang lebih dalam tentang kesehatan mentalnya.

Mengingat pentingnya masa depan kerajaan dan wangsa Colten, Queen Charlotte memutuskan untuk menghadap para dewan kerajaan untuk membahas masalah ini. Ia yakin bahwa perlunya tindakan untuk membantu Keenan pulih dari kesedihannya dan kembali menjadi pemimpin yang bijaksana dan stabil.

Dalam pertemuan dengan para dewan kerajaan, Queen Charlotte mengungkapkan kekhawatirannya, "Saudara-saudara sekalian, saya khawatir akan kesehatan mental Keenan. Belakangan ini, ia sering menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran dan kemarahan yang tak terkendali. Saya takut ini akan berdampak buruk pada dirinya dan masa depan kerajaan Batavia."

Lord Frederick, salah satu penasihat kerajaan, menyambut keprihatinan Queen Charlotte dengan serius, "Anda benar, Majesty. Kesehatan mental Raja adalah hal yang sangat penting, terutama mengingat peran dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin kerajaan."

"Ia tengah berduka atas kepergian Queen Emily, dan saya mengerti betapa beratnya perasaannya. Tetapi sebagai dewan kerajaan, kita harus mencari cara untuk membantu dan mendukungnya agar bisa pulih dari kesedihan ini," kata Lady Victoria, anggota dewan kerajaan yang bijaksana.

Lord Henry, seorang penasehat lainnya, menambahkan, "Kita bisa mencari bantuan dari profesional yang berpengalaman dalam masalah kesehatan mental. Mereka mungkin dapat membantu Keenan mengatasi perasaannya dan memberikan dukungan yang dibutuhkannya."

Queen Charlotte mengangguk setuju, "Anda benar, Lord Henry. Kita harus mencari bantuan yang tepat untuk Keenan. Peran sebagai Raja adalah berat, dan dengan sedihnya saya melihat anak saya menghadapi tantangan yang berat ini."

Para dewan kerajaan setuju untuk mencari bantuan profesional untuk Keenan. Mereka menghubungi seorang psikolog terkenal yang berpengalaman dalam membantu orang-orang yang sedang berduka dan mengalami krisis emosional.

Psikolog tersebut dengan penuh kelembutan dan pengertian mendekati Keenan. Mereka berbicara tentang perasaannya atas kepergian Emily dan bagaimana itu mempengaruhi kesehatan mentalnya. Keenan merasa lega bisa berbicara dengan seseorang yang mengerti dan tidak menghakimi.

Psikolog itu membantu Keenan untuk mengenali dan mengatasi perasaannya. Mereka berbicara tentang pentingnya merenungkan kesedihan dan membiarkan perasaan itu mengalir tanpa menekannya. Keenan juga diajak untuk melihat masa depan dengan penuh harapan dan tetap mengingat cinta dan kenangan indah yang pernah ia bagi bersama Emily.

Dalam beberapa sesi terapi, Keenan mulai merasa sedikit lebih baik dan lebih mampu mengendalikan emosinya. Ia merasa memiliki dukungan dan alat untuk menghadapi kesedihannya secara lebih sehat.

Selain itu, Queen Charlotte juga memberikan dukungan dan cinta tanpa henti kepada Keenan. Ia menjadi pendengar yang baik bagi sang anak, siap mendengar keluh kesah dan menyediakan dukungan tanpa syarat. Keenan merasa sangat beruntung memiliki ibu yang begitu penyayang dan perhatian.

Lama kelamaan, Keenan mulai menemukan kembali dirinya yang sejati. Ia belajar untuk mengenali dan mengatasi perasaannya, serta menerima kenyataan bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Ia memutuskan untuk menghormati kenangan Emily dengan meneruskan misi mereka untuk memajukan kerajaan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Batavia.

Para dewan kerajaan melihat perubahan yang positif pada Keenan. Ia kembali menjadi Raja yang bijaksana, penuh kasih sayang, dan sabar. Kini, Keenan mampu menghadapi tantangan-tantangan sebagai pemimpin dengan kepala dingin dan hati yang terbuka.

George, sang putra, juga menjadi sumber kebahagiaan dan semangat bagi Keenan. Melihat anaknya tumbuh menjadi seorang pemuda yang hebat dan cerdas, membuatnya merasa bangga dan bahagia. George menjadi alasan kuat bagi Keenan untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi kerajaan dan rakyatnya.

30 November 1882

Kehidupan di kerajaan Batavia kembali berjalan dengan baik. Keenan, dengan dukungan Queen Charlotte dan dewan kerajaan, berhasil pulih dari kesedihan dan menjadi pemimpin yang kuat dan bijaksana. Ia tahu bahwa untuk masa depan yang lebih baik, ia harus terus mengatasi tantangan dan berpegang teguh pada nilai-nilai yang dulu ia bagi bersama Emily. Dengan cinta dan semangat yang tak pernah padam, Keenan dan kerajaan Batavia siap menghadapi masa depan yang cerah dan penuh harapan.

Keenan : The Golden EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang