36. Militer

15 2 0
                                    

Prince George, putra dari King Keenan, saat ini hampir mencapai usia 14 tahun. Pada tanggal 12 Januari 1896, dia resmi dimasukkan ke dalam militer oleh ayahnya. Ini adalah langkah yang wajar, mengingat semua anak laki-laki dari keluarga kerajaan memiliki kewajiban untuk mengikuti pelatihan militer.

Dalam kasus Prince George, dia telah memilih untuk bergabung dengan angkatan udara. Pilihan ini tampaknya dipengaruhi oleh fakta bahwa kedua pamannya, yakni Prince Albert yang merupakan Duke of York, dan Prince William, yang merupakan Duke of Edinburgh, juga terlibat dalam dinas militer di angkatan udara.

Tentu saja, keputusan untuk bergabung dengan militer adalah langkah penting dalam hidupnya. Pelatihan militer akan memberinya keterampilan dan pengalaman yang berharga, tidak hanya dalam konteks kemiliteran, tetapi juga dalam membentuk karakter dan kepemimpinannya. Dalam lingkungan militer, dia akan belajar tentang disiplin, tanggung jawab, kerja sama tim, dan berbagai aspek lain yang akan membantunya tumbuh menjadi individu yang matang dan tangguh.

Selain itu, sebagai anggota keluarga kerajaan, Prince George juga akan menerima pelatihan yang memadai untuk melindungi diri dan menjaga keamanan dirinya serta orang lain di sekitarnya. Meskipun pilihan ini mungkin datang dengan tanggung jawab besar, dia akan didukung oleh sistem dukungan yang kuat dari keluarga kerajaan dan pihak militer.

Kehadiran Prince George di militer juga bisa memberikan contoh positif bagi generasi muda lainnya. Ia akan menjadi teladan dalam menjalani kewajiban dan tanggung jawabnya, serta mengembangkan kualitas kepemimpinan yang penting untuk masa depannya. Seiring berjalannya waktu, dunia akan melihat bagaimana langkah ini akan membentuk jalan hidup dan karir Prince George dalam dinas militer dan mungkin juga di luar militer.

Pada akhirnya, langkah Prince George untuk bergabung dengan angkatan udara adalah langkah bersejarah bagi keluarga kerajaan dan juga untuk dirinya sendiri. Semua mata akan tertuju pada perkembangannya, dan dia akan memiliki kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam berbagai tugas dan tanggung jawab yang diemban dalam dinas militer.

Meskipun pada awalnya Prince George merasa berat menjalani pelatihan militer, lama kelamaan dia mulai menemukan kesenangan dalam pengalaman tersebut. Setelah berbulan-bulan berlatih dan beradaptasi dengan kehidupan militer, pada 13 Mei 1896, George akhirnya pulang ke kerajaan bersama kedua pamannya, Prince Albert dan Prince William.

Saat George tiba di kerajaan, momen yang istimewa terjadi. Queen Ellena, meskipun bukan ibu kandung George, memeluknya dengan penuh kasih saat dia pulang. Tindakan ini menunjukkan bahwa ikatan di antara anggota keluarga kerajaan sangat erat dan penuh cinta, meskipun hubungan darah tidak selalu menjadi faktor utama dalam ikatan tersebut.

Percakapan antara Queen Ellena dan Prince George
Queen Ellena: "Selamat Datang, George! Kami sangat bangga denganmu dan perjuanganmu dalam pelatihan militer ini."

Prince George: "Terima kasih, Mummy. Awalnya saya merasa ragu-ragu, tapi sekarang saya merasa seperti telah menemukan tempat saya di dalam militer."

Queen Ellena: "Kami selalu mendukungmu dalam segala hal yang kamu lakukan. Kau tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan penuh semangat."

Prince George: "Saya sangat menghargai dukungan Anda dan seluruh keluarga, Mummy. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik dalam setiap tugas yang saya emban."

Queen Ellena: "Itulah semangat yang kami harapkan darimu. Kamu memiliki potensi besar, George, dan masa depanmu bersinar terang."

Prince George: "Saya akan terus bekerja keras dan berusaha mencapai potensi itu, Mummy."

Percakapan tersebut memperlihatkan kedekatan antara Queen Ellena dan Prince George, serta dukungan yang kuat dari seluruh keluarga kerajaan terhadap perjalanan militer George. Meskipun bukan anak kandung, George merasa diterima dan dicintai dalam lingkungan kerajaan, yang memberinya motivasi untuk terus berkembang dan menjalani tanggung jawabnya dengan semangat.

15 Mei 1896 Prince George memutuskan untuk mengunjungi makam ibu kandungnya, Queen Emily, dan juga makam kakeknya, King Fauzan III. Dalam suasana yang penuh penghormatan, dia berdiri di antara dua batu nisan yang menjadi tempat peristirahatan terakhir kedua orang yang begitu berarti dalam hidupnya.

George membawa bunga segar sebagai tanda penghormatan. Dia meletakkannya dengan lembut di depan makam ibu dan kakeknya, lalu berlutut di sampingnya. Dia memandang batu nisan dengan penuh rasa haru sebelum akhirnya memulai percakapan dalam hati.

George: (dalam hati) "Mama, Kakek... Saya harap Anda mendengarkan. Saya datang untuk berbicara tentang perjalanan saya dalam pelatihan militer."

George merasakan kehadiran spiritual mereka di sekelilingnya, memberinya keberanian untuk berbicara lebih lanjut.

George: "Sudah beberapa bulan sejak saya bergabung dengan militer, dan awalnya rasanya begitu berat. Saya merasa ragu dan cemas, tetapi semakin lama, saya mulai menemukan tempat saya di sana."

Dia melanjutkan, berbicara tentang perjuangan dan pencapaian-pencapaian yang telah dia raih selama pelatihan militer.

George: "Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan saya tentang taktik dan keterampilan militer, tetapi juga mengubah cara saya melihat diri saya sendiri. Saya belajar tentang disiplin, tanggung jawab, dan arti sebenarnya dari kepemimpinan."

Dia merasa seperti sedang berbicara langsung kepada ibu dan kakeknya, merasa bahwa mereka mendengarkan dengan penuh perhatian.

George: "Kedua pamanku, Prince Albert dan Prince William, juga ikut membimbing saya. Mereka memberi contoh dan nasihat yang berharga. Saya bahkan telah menjadi lebih dekat dengan mereka melalui pengalaman ini."

Dia merasa sedikit terenyuh, mengingat betapa berharganya dukungan dari kedua pamannya.

George: "Saat ini, saya merasa bahwa perjalanan ini telah membantu saya tumbuh menjadi orang yang lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi tantangan. Saya berusaha keras untuk memenuhi harapan keluarga dan menjaga kehormatan keluarga kami."

Dia mengambil napas dalam-dalam, merenungkan kata-kata berikutnya dengan hati-hati.

George: "Mama, Kakek... Saya harap Anda bangga dengan apa yang saya lakukan. Saya merasa bahwa semangat dan warisan keluarga ini terus hidup dalam setiap langkah yang saya ambil."

Setelah beberapa saat berdiam diri, George merasa seolah mendapatkan jawaban dalam pikirannya, seperti suara dalam hati yang memberikan semangat.

George: "Terima kasih, Mama, Kakek. Saya merasa Anda ada di sini dengan saya, memberi dukungan dan cinta. Saya akan terus berjuang untuk menjadikan keluarga bangga."

Dia merasa rasa kedamaian dan inspirasi, seolah-olah energi positif dari masa lalu mendorongnya maju.

Saat George meninggalkan makam, dia merasakan perasaan kedekatan dan dukungan dari yang telah pergi. Dia tahu bahwa ibu dan kakeknya akan selalu menjadi sumber inspirasi dalam setiap langkahnya, termasuk dalam perjalanan militernya yang baru dimulai.

Keenan : The Golden EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang