14. Abang

335 15 2
                                    

Selamat siang semua......

Nggak usah basa basi langsung aja ya...

Happy Reading

__________________

Saat ini Alvino berada diruangan nya sendirian, setelah tadi dokter menjelaskan sang Ayah dan kakak2 nya pamit untuk keluar sebentar. Alvino tau jika perbuatan nya itu pasti menyakiti perasaan ayah dan kakak2 nya namun tidak ada pilihan lain, ia tidak mau saat ia harus pergi banyak air mata yang keluar hanya karena menangisinya

"Adek aneh ya bun? Disaat adek mau merasakan kasih sayang ayah dan kakak mereka belum bisa menerima Adek, tapi waktu ayah dan kakak sudah menyayangi adek justru adek yang berpura-pura melupakan mereka" ucap Alvino sembari mengelus foto figura sang bunda yang tidak terlalu besar, saat sedang asyik menatap foto sang bunda tiba-tiba pintu ruang rawat nya terbuka

Ternyata yang masuk adalah Sabian, Alvino pun segera menaruh figura itu di bawah selimut nya dan segera menghapus air matanya kemudian menatap Sabian yang sedang berjalan mendekat ke arahnya

"Siapa? " tanya Alvino berpura-pura tidak tau namun tiba-tiba

Grepp

"Sttt kamu nggak perlu pura-pura di hadapan abang" ucap Sabian dengan nada bergetar menahan tangis

"Ma-maksudnya a-apa?" Tanya Alvino dengan kaget, apa maksud abangnya? Apakah abangnya sudah tau

"Kamu tau dek, terkadang takdir tidak seperti yang kita inginkan. Tapi satu yang harus kamu tau bahwa semua akan menjadi indah pada waktunya" ucap Sabian tanpa berniat menjawab pertanyaan Alvino

Saat mendengar ucapan abangnya runtuh sudah pertahanan Alvino, ia kini hanya dapat terisak di pelukan abangnya. Biarlah kali ini dia menangis di depan abangnya, jika jujur ia sudah benar-benar lelah

"Menangis lah sepuas mu, jangan berpura-pura selalu kuat" ucap Sabian dengan tangan yang tidak berhenti mengusap punggung Alvino

Skipp

Saat ini Alvino sedang duduk di hadapan Sabian di ruang rawat Alvino hanya ada Alvino dan Sabian

"Kenapa kamu melakukan semua ini hmm? Bukankah kamu ini keinginan kamu untuk mendapatkan kasih sayang ayah hm? " tanya Sabian lembut sembari menatap dalam mata Alvino

Alvino pun yang mendengar itu hanya tersenyum lalu berkata

"Alvino nggak mau jadi beban ayah, Alvino juga ngga mau bikin ayah sedih dengan keadaan Alvino sekarang. Dan lagi Alvino nggak mau ayah nangis disaat Alvino harus pergi" ucap Alvino tanpa sadar air mata nya menetes lagi,  Sabian pun yang melihat itu langsung mengusap air mata Alvino dengan tangannya

"Kenapa kamu bilang gitu disaat dokter sedang berusaha keras untuk membuat mu sembuh hmm? " tanya Sabian dengan pelan, ia sungguh tidak kuat melihat adiknya yang biasanya sangat ceria kini berubah menjadi pendiam dan mudah putus asa seperti ini

"Alvino nggak mau kecewa lagi abang, Abang tau dulu bunda selalu bilang kalau ayah dan kakak2 lainnya sayang Alvino meskipun bunda udah nggak ada. Tapi nyatanya apa? Ayah dan kakak benci aku, dan kakak tau dokter selalu bilang kalau aku akan sembuh tapi nyatanya keadaan ku semakin hari semakin memburuk" ucap Alvino panjang lebar ia benar-benar sungguh lelah, semua orang selalu bilang kalau dirinya akan sembuh tapi nyatanya semua itu hanya sebuah kebohongan

Tanpa mereka sadar semua anggota keluarga nya sudah berada di pintu, dan mereka semua sudah mendengar percakapan antara Alvino dan Sabian

"A-adek" panggil Gara

____________________

Kira2 nanti mau Happy ending atau sad ending nihhh?

Coba kalian komen ya.....

See youu

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang