37. Amarah

285 7 1
                                    

Annyeong

Sesuai janjii, aku bakal sering up

Happy Reading📖 💐

__________________________

"HIKS HIKS GA MAUUU HIKS GA MAU, AKU MAU KETEMU BANG ARKA SEKARANG HIKS" tangis Alvino semakin kencang, bahkan sekarang ia menaikkan beberapa nada suaranya

"ARKA UDAH MATI PUAS LU HA? DAN ARKA MATI GARA2 NYELAMATIN LU"

"DAN SETELAH LU BUNUH BUNDA LU, LU JUGA BUNUH KEMBARAN GW, PUAS LU? "

PLAKK

"RAKA RIAN SAGARA" Bentak Adrian setelah menampar Raka dengan kencang

"Adrian sebaiknya lu bawa anak lu keluar dulu, selesaikan masalah ini dengan baik baik dan kepala dingin. Ingat bagaimanapun dia masih anak lu" ucap Gara yang entah sejak kapan sudah memeluk tubuh Alvino

"Huftt iya bang, Sabian, Sabrian, Angkasa, Elgara, kalian ikut papa. Untuk Erick sama Malvian kalian disini aja temenin ayah sama adek kalian" ucap Adrian lalu langsung berlalu pergi meninggalkan ruangan Alvino

Di ruangan pun hanya tersisa Malvian, Erick, Gara dan Alvino yang kini tengah terisak di pelukan Gara

"A-ayah hiks yang dibilang hiks bang Kara ga bener kan hiks? Bang Kara bohong kan ayah hiks" racau Alvino di pelukan Gara

"Sttt adek udah ya adek, nanti nafas nya sesek lagi. Berhenti ya nangis nya" ucap Gara dengan lembut dan tetap mengusap kepala Alvino dengan pelan

"Hiks hiks jawab ayah hiks jawab, bang raka bohong kan hiks" Alvino tetap menangis hingga bahkan saat ini nafas nya mulai tak teratur

"Yah lebih baik kasih tau adek semuanya, udah terlanjur juga utk nutupin hal ini yah" ucap Erick yang sudah tidak tega melihat kondisi Alvino yang jauh dari kata baik

"Yang dibilang bang Erick bener yah, kasih tau aja pelan pelan, adek pasti paham" Malvian membenarkan ucapan sang Abang karena menurut nya mungkin ini adalah jalan terbaik untuk Alvino

Gara yang mendengar itu hanya menghela nafas, jujur ia sendiri masih bimbang, mengingat perkataan dokter supaya anaknya tidak memiliki beban pikiran

Namun jika seperti ini sama saja, bahkan mungkin Alvino akan lebih terluka jika ia merahasiakan hal ini dari anaknya

"Okee tapi adek harus janji dengerin ayah baik2 yaa? Jangan potong ucapan ayah? " putus Gara akhirnya

Sedangkan Alvino hanya mampu mengangguk

"Sekarang ayah mau tanya adek inget ga sebelum adek ada di rumah sakit ini adek lagi ngapain? " tanya Gara dengan hati hati

Alvino terdiam sebentar, ia berusaha mengingat ingat sebelum ia berakhir disini

"Ingat adek ingat, waktu itu adek lagi main bola sama bang Raka sama bang Arka juga" jawab Alvino dengan pelan

Gara yang mendengar itu tersenyum, lalu mengusap pelan kepala Alvino

"Waktu itu kamu hampir tertabrak truk, tapi Bang Arka melindungi kamu sehingga akhirnya bang Arka yang tertabrak truk itu. Meski begitu jantung kamu mengalami masalah karena benturan dari kecelakaan itu dan harus segera mendapatkan donor jantung"

Gara menarik nafas nya sebentar, jujur rasanya sangat menyesakkan jika mengingat ingat kejadian itu

"Waktu itu kondisi bang Arka sudah hampir tidak memiliki kesempatan hidup. Namun abang kamu hebat, dia masih bisa membuka matanya, dan waktu itu abang kamu minta satu hal"

"Abang kamu minta dia yang jadi pendonor jantung kamu, awal nya ayah, papa, sama abang2 yang lain ga setuju sama keputusan bang Arka. Tapi melihat kondisi bang Arka dan ucapan dokter kala itu, ini lah jalan terbaik untuk kita semua"

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang