Adel menutupi seluruh badannya dengan selimut. Entah situasi apalagi yang sedang dihindarinya.
"Udah tidur lo ?" Marsha mengerutkan dahi saat melihat posisi tidur Adel seperti itu.
Adel mendengarnya, tapi dia tidak menjawab. Keringat dingin mulai bercucuran sementara pikirannya sibuk menimbang-nimbang.
"Perkosa, gak...perkosa, gak.....perkosa, gak....perkosa...."
"Del ?" Panggil Marsha sekali lagi hendak memastikan.
"GAKKKKKKK!" Teriak Adel sembari membuka selimut yang menutupi bagian wajahnya.
Marsha kaget. Dia menatap Adel aneh.
"Lo kenapa? Kayak kerasukan gitu!"
Ya mungkin dia memang lagi kerasukan. Bayangan sewaktu dikampus tadi masih melekat indah dipikirannya. Bagaimana tidak milik Marsha yang kenyal itu masih terngiang-ngiang dikepalanya. Sebenarnya hasrat Adel sudah diujung keliaran. Tapi........ Entahlah, Dia masih berusaha keras menahannya.
Tatapannya lurus kedepan. Dia mematung sembari menahan detak jantunya.
"Sabar Del! INI BELUM SAATNYA" Batin Adel mengingatkan.
Marsha mendekat. Dia mengelus pipi Adel. "Lo sakit ?"
Si Marsha gak bisa peka memang. Pake acara dielus-elus lagi. Ampun deh.
"Hah ?" Sahut Adel linglung. Badannya gemetar.
"Lo kenapa, kok keringetan gitu ?"
"Huh ?" Adel masih belum pulih.
"Hah huh hah.huh. mulu lo!" Marsha mengerutkan dahi.
"Ada apa sih ? Kok lo aneh gitu ?"
Adel memutar bola matanya searah dengan kesadarannya.
"Gakkk!" Dia menghela nafas.
"Gw ngantuk!"
Dia membuang muka lalu kembali berbaring. Payah memang. Lagi-lagi Adel mengurung niat konyolnya.
Marsha mencebik sambil geleng-geleng.
One hours letter...
Two hours letter...
Adel berkali-kali berguling menghadap ke kanan, ke kiri, atas, bahkan menelengkup kebawah. Dia seperti cacing kepanasan. Kegelisahannya tak kunjung berakhir.
Three hours letter...
Kali ini Si Kucing itu menyerah. Dia kembali bangun dan langsung mencari sosok Marsha yang sedari tadi membuatnya tidak tenang. Dia melihat Layar TV sementara menayangkan film horor.
"Hobby banget sih liatin Setan!" Adel mendesis kesal.
Dia berjalan sepoyongan, mendekati Marsha yang tengah berbaring diatas sofa. Marsha melirik.
"Eh, Lo! Katanya ngantuk, kok bangun ?"
"Gimana gw mau tidur kalo setan Lo heboh" Adel beralasan.
"Iya nih, filmnya bagus banget Del. Lo tau setannya itu (BLABLABLABLA BLABLABLABLAAA) sumpah kasian banget" Marsha mulai bercerita panjang kali lebar.
"Sha" Sahut Adel lemas. Telinga Adel mulai panas. Rasanya seperti ada kebakaran yang sementara membumi hanguskan isi kepalanya.
"Dia itu dulunya dijebak sama kekasihnya terus....." Marsha masih bercerita.
"Sha..."
"Dan lagi sebelum dia jadi setan dia itu pernah......" Marsha masih sangat bersemangat menceritakan alur filmnya.
"Shaaaa...." Adel kembali memanggilnya, bermaksud agar Marsha berhenti menceritakan alur film horor yang tidak penting menurutnya.
"Terussss"
"SHAAAAAA!!!!!!" Teriak Adel. Kali ini Adel memotong ucapannya sekaligus menghentikan alur ceritanya.
Marsha ternganga.
"Elo tuh ya!" Adel menarik nafas panjang. Dia kehabisan kata-kata.
Marsha masih mematung seraya menebak-nebak mood Adel yang gak jelas itu. Kesabaran Adel benar-benar sudah diambang batas.
Dia pun melangkah mendekati Marsha. Menatapnya sekilas lalu kembali menghela nafas berat. Dari tatapannya itu seolah tersirat dia tidak ada pilihan lain. Dia harus melakukannya. Dan betul, tanpa ada kata permisi, Dia langsung memboyong tubuh gadis anime itu. Berpose layaknya gentleman.
"Eh, ngapain Lo sinting ?" Marsha tersentak kaget.
"Berisik Lo!"
"Turunin gw gak ?"
Adel acuh.
"Woi.....Lo gila ?"
Adel tidak peduli.
Dia tetap memboyong tubuh sexy itu hingga merbaringkannya diatas ranjang. Marsha yang sudah tergelentang indah seolah bertanya-tanya 'ada apa dengannya ?' ... Tidak berhenti disitu, Adel juga mematikan lampu.
Wah... Satu paket nih!
"Del ? Lo gak kerasukan kan ?"
Adel menguap. "Menurut Lo ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
cat and chocolate
Storie d'amoreHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terimakasih. Tolong bijak dalam membaca