Adel berjalan sepoyongan menaiki tangga hendak menyusul Marsha ke kamar. Pintu kamar tertutup Adel memutar gagang pintu tapi Marsha menguncinya dari dalam.
"woi, ini kamar gw kenapa dikunci ?" Teriak Adel.
*gghhhhrrrrr* Marsha sengaja mendengkur keras-keras membuat Adel berdecak kesal.
Adel kemudian mengambil telpon lalu melakukan panggilan....
*Bapak 74* nama panggilan yang tak lain sahabatnya Oniel.
"Ya ?" Sahut Oniel.
"Nil, dirumah lo ada palu gak ?" Tanya Adel dengan nada tergesa-gesa
"palu ? buat apaaan sinting ?" sahut Oniel heran. Entahlah, ketidakwarasan apa lagi yang ada dipikiran Adel saat ini.
"penting. ini gawat! bawain sekarang ya, gw tunggu" dengan tidak sopan, Adel langsung mematikan panggilannya. Yang ada dipikiran Adel, Oniel pasti akan membawakan apa yang dimintanya.
*Kembali menelpon*
"Olla ?"
"apa lagi ?"
"dirumah lo ada gergaji gak ?"
ini anak kayak mau kerja bangunan aja. Parahnya lagi, dua temannya itu dia libatkan dalam hal yang sangat-sangat tidak jelas arah dan tujuannya.
"Keanehan apalagi yang mau lo lakuin bego ?"
"udah ah bawel lo. Bawain aja gw tunggu sekarang. GAK PAKE LAMA!" Adel kembali menutup telpon tanpa pamit.
Sementara dia merancang tindakan konyol itu, tiba-tiba saja dia mengingat sesuatu. "oh iya, digudang kan ada kunci cadangan"
*sementara Oniel dan Olla sudah dalam perjalanan menuju kerumahnya, membawa benda yang dia minta tadi. Oniel mengendarai mobilnya sendiri begitupun dengan Olla.
Jadi ceritanya palu sama gergaji itu, mau dia pake buka pintu kamarnya. sarap kan si Adel ?
*Adel melakukan panggilan konfrensi*
"Ya hallo" serentak Oniel dan Olla mejawab.
"Sorry bro, gak jadi! Gw udah dapat alternatif, LAGIAN KALIAN BERDUA KELAMAAN SIH! padahal kedua temannya sudah dengan keterpaksaan yang maksimal untuk membawa benda yang Adel minta.
Adel kembali mematikan panggilannya tanpa ada kata terimakasih karena sudah merepotkan keduanya.
Benar-benar berhati malaikat. Ya, MALAIKAT PENCABUT NYAWA TAPI.
Kedua sahabatnya yang sudah menempuh setengah jalan itu tampak mulai berlinang air mata haru, Oniel dan Olla serasa tak ingin lagi melanjutkan kehidupan mereka.
bayangkan saja coba ? kelakuan Adel itu, bikin sesak dada memang.
"Adeeeelllllllll.....!" teriak Oniel dan Olla bersamaan.
Adel melihat Marsha sudah berbaring cantik diatas ranjangnya. Kali ini Marsha benar-benar dalam keadaan tertidur pulas.
Adel mematung melihat raut wajah polos dan lugu milik Marsha. Indah dan sempurna memang. Adel saja sampai sempat menelan ludah saat melihat kesempurnaan yang ada didepan matanya itu. adel pun merasa tak tega untuk membangunkannya.
Marsha tertidur hampir 5 jam. Dia membuka mata malas dan sekilas melihat kearah jam dinding. Matanya terbelalak seketika itu juga. Dia mendongak dan meralih menatap kaki yang sedang berdiri tepat didepannya. Perlahan dia menjalarkan matanya hingga kebagian wajahnya. Bulu kuduknya berdiri. Iblis tentunya sedang menatap kearahnya dengan sorot kilat..
"Hehe kelamaan ya Del ?" Marsha tersenyum menyesal saat melihat raut wajah Adel yang pucat dan berkeringat yang tampak jelas mengalir didaerah pelipisnya.
Adel tak menjawab malah langsung menjatuhkan dirinya diatas ranjang.
Marsha kebingungan. Apa yang terjadi dengannya ?
"Del? lo sakit?" tanya Marsha sambil merangkak mendekati Adel dan dengan hati-hati, Marsha mulai menyentuh bahunya hendak memastikan keadaan Adel.
"Sha, gw gak tahan lagi" Jawab Adel dengan nafas berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
cat and chocolate
RomansaHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terimakasih. Tolong bijak dalam membaca