Adel menghubungi Marsha beberapa kali namun Marsha sama sekali tak menggubrisnya. Dia hanya melihat layar hpnya sekilas dan tetap mengabaikan semua panggilan maupun pesan dari Adel.
pesan itu berisikan...
*Sayang, maafin Gw!*
*Sha? *
*Angkat telpon Gw*
*Please, Sha*
*Maaf*
*Ular? *
*Anime?*
*Sha*
*Balas napa?*
*Maeng?*
*Sayang?*
*Maafinlah*
*Jangan gini*
*Janji gak cemburuan lagi*
*Sumpah*
*Gw janji. Gak akan ngomong putus lagi*
*Sayang?*
*Sha*
*Maaf*
*Maaf*
*Maaf*
*Maaf*
*Maaf*
Ungkapan maaf yang sia-sia. Marsha bahkan tidak berniat untuk membaca semua pesan yang Adel kirimkan.
Setelah malam yang kelam itu berlalu, Adel menampakkan batang hidungnya didepan rumah Marsha. Dia berdiri diambang pintu sembari melirik-lirik kedalam rumah.
"Pagi Adel!" Sapa Mona.
"Pagi tante. Marsha ada?" Tanya Adel tergesah-gesah.
Marsha udah berangkat Del. Itu dia barusan pergi..." Mona berhenti sejenak lalu berbisik "Dijemput sama Shani ungkap Mona yang sedikit terkekeh.
Pagi-pagi udah dibuka dengan cobaan yang berat. Cobaan yang semalam aja belum clear terus ini udah nambah lagi.
Raut wajah Adel tiba-tiba kaku seperti kehilangan kesadaran. Dia menatap Mona dengan sorot kelam.
"Oh gi..gitu tante?" Sahut Adel gagap setengah mati.
"Iya. Cocok kan mereka?" Mona sempat menyolek lengan Adel lalu mulai menghayal. "Semoga aja mereka cepet menjalin hubungan. Ungkap Mona yang sepertinya diiringi dengan doa yang mendalam..
Kata-kata Mona makin melukai perasaan Adel. Sekilas dia menahan dadanya sembari mengendus kecil. Tak kuat karena mendengar segala ocehan Mona. Adel pun memutuskan untuk pamit dan menyusul Marsha kekampus.
Setibanya diparkiran, Adel melihatnya. Persis seperti yang Mona katakan padanya. Wanita itu benar-benar menjemput Marsha.
"Sha?" Panggil Adel.
Disaat yang bersamaan, Shani dan Marsha langsung melirik si pemilik suara itu.
"Adel?" Sapa Shani Tumben kam_"
"Maaf buk, saya ijin mau bicara dengan Marsha sebentar"
Marsha memutar bola matanya malas. Bukannya menatap Adel, dia malah mengalihkan pandangannya menyampingi Marsha.
"Oh silahkan." Ungkap Shani santun. "Sha, duluan ya!
Marsha mengangguk seraya melayangkan senyum hangat.
Tak menunggu waktu lagi, Adel langsung menarik tangan Marsha dan membawanya masuk kedalam mobil. "Sha, Gw minta maaf."
Marsha diam.
"Sha Gw tau Gw salah, tapi jangan diamin Gw kayak gini.
Marsha tetap diam.
"Sha." Adel menggenggam erat tangan Marsha.
"Maafin Gw ya?"
Kali ini Marsha menoleh menatap Adel. Namun, hanya sepersekian detik dia kembali memalingkan wajahnya lalu diam.
"Sayang"
"Gak usah manggil Gw sayang!" Tegas Marsha.
Adel menelan ludah.
"Setelah Gw pikir-pikir, mungkin Gw emang gak layak buat Lo. Jadi yah, mending putus aja seperti yang Lo sering omongin ke Gw"
Kali ini situasi berbalik arah. Kalau tadi Marsha yang diam, sekarang Adel yang diam.
Adel merenungi kesalahannya sementara Marsha merenungi ucapannya yang menurutnya memang itulah yang terbaik untuk sekarang.
Marsha mengendus. "Yaudah, Gw cabut ya!" Marsha hendak membuka pintu tapi Adel menahan tangannya lagi.
Jadi Lo beneran mau hubungan kita selesai?" Adel memberi jeda. "Gw gak nyangka, ternyata cuma segini doang rasa sayang lo ke Gw?!"
"Cuma?" Nada suaranya sedikit melengking. "Gak usah sok ngungkit rasa sayang Gw ke Lo. Percuma! Biarpun Gw bilang sayang, ataupun cinta pasti Lo gak akan pernah ngerti karena yang ada didalam pikiran Lo itu cuma diri Lo dan keegoisan. Rasa sayang Gw bahkan gak akan pernah masuk kehati Lo seberapapun usaha Gw buat ngasih itu ke Lo." Marsha mulai mengeluarkan uneg-uneg yang ada didalam hatinya.
"Kalo Lo ngehargain Gw dan ngerti rasa sayang Gw ke Lo, sebenarnya Lo gak akan pernah ngomong kata putus dengan segampang itu. Karena bagi Gw, putus itu bagian dari perpisahan. Jadi kalo Lo minta putus sama Gw, itu berarti Lo menginginkan perpisahan sama Gw. Jadi, buat apa coba Gw maksa Lo untuk jalani hubungan ini lagi?"
Adel bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bicara. Marsha terus saja memaparkan segala kerisauan yang ada dalam hatinya.
"Ini udah yang kedua kali. Jadi sebelum kata putus itu masuk ketelinga Gw untuk yang ketiga kalinya, mending kita berhenti disini. Karena Gw gak mau kedepannya Lo nyebut-nyebut kata putus lagi ke Gw."
Marsha mengembuskan nafas panjang bersamaan dengan perasaan ihklas dari lubuk hati yang paling dalam.
Kini kepala Adel serasa mulai terbakar.
"Sekarang, Gw akan belajar menyayangi siapapun yang juga menyayangi Gw. Gw juga akan belajar ngebuka hati buat mereka yang mau nerima Gw dengan tulus. Sekalipun orang itu adalah Shani."
Marsha melepaskan genggaman tangan Adel dan langsung keluar meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cat and chocolate
RomansHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terimakasih. Tolong bijak dalam membaca