*Dering telepon*
"Hah ?"
"woi lu bilang udah otw, lama banget sih" suara dari seberang sana lagi lagi merusak nafsu makan Adel sementara dia melahap roti coklatnya. "cepetan, ntar lagi gw jadi fosil disini"
"baru nunggu sejam doang udah ngamuk ngamuk" sahut Adel
sejam ? iya untuk orang seperti Adel, baginya sejam itu bukanlah termasuk kategori buang buang waktu yah maklum saja orang pemalas jika sudah terbiasa buang buang waktu.
"apa Del ? baru sejam ?" Olla memberi jeda lalu menarik nafas panjang "sumpah ya, kayaknya lo perlu gw musnahin deh"
"iya sabar dikit napa, ini gw mau ngabisin susu buatan nyokap dulu. Ntar kalo gak habis, nyokap gw nangis darah lagi" jawab Adel yang masih dengan sikap acuh tanpa dosa.
"yah bangke . pake acara minum susu lagi!" Olla terus menerus mengeluh meminta pengertian Adel.
"iya bentar. lo tau kan ini susu coklat"
"coklat ?" suara Olla dari yang ngamuk ngamuk semangat berubah menjadi lemas rasanya Olla ingin menangis saat mendengar ada kata yang serbaur coklat. Olla sudah berteman dengan Adel sejak lama dan dia sudah tau betul, bagaimana sikap Adel kalau sedang berhadsapan dengan segala santapan yang berbau coklat. ADEL AKAN MENGHAYATINTA, itulah yang ada dibenak Olla.
"Del ?" suara telpon kini terdengar sayu seolah Olla ingin menyampaikan berita duka
"kenapa ? kelamaan ya ? yaudah lo pulang gih, ntar ketemu besok gapapa kok!" Sahut Adel yang berlahan mulai menekuk susu coklatnya.
"pulang del ?" Olla kembali menarik nafas panjang. Yah tekanan jantungnya mulai melemah. "GW UDAH NUNGGU LO SEJAM DAN LO NYURUH GW PULANG ??" suara itu menggelegar indah sampai ke bagian dalam telinga Adel.
Adel tertawa renyah mendengar suara yang nyaring itu. baginya emosi Olla terbilang sangat lucu.
Adel tiba di sebuah cafe tempat biasa mereka bertemu. seperti biasa dia selalu berpenampilan cool. jeans hitam dengan sobekan dibagian lutut, kaos putih denga jaket kulit hitam yang membuatnya terlihat keren.
"Sorry ya lama! Eh, kalian disini juga ? gw kira Olla nunggu gw sendirian." sapanya saat melihat Oniel, Olla, Flora dan Lulu.
"syukurlah Olla lo gak nunggu gw sendirian! ucap Adel sambil mengelus pundak Olla pelan.
"HEH, lo gak ada rasa berdosa gitu sama sahabat lo ? Oniel mulai mempersoalkan sikap buruk Adel. sementara Olla hanya terdiam lemas dengan raut wajah kritis. "Tiga jam Del" Lulu mulai berontak.
"Kalian kenapa sih ? Kok makin sensi sama gw!
Adel mengerutkan dahi sambil menatap wajah teman-temannya bergantian. "prasaan dulu kalian gak gini - gini amat"
*buk*
Flora lepas kendali. Dia memukul bahu Adel dengan kasar membuat gadis itu mengiris kesakitan.
"iya..iya..maafin gw. Ini yang terakhir, JANJI" ucap Adel sopan.
"ini udah yang ke LIMA RATUS TUJUH PULUH TIGA JUTA KOMA SEMBILAN PULUH LIMA KALI LO NYEBUT JANJI YA DEL !!!!!!"
Umpat Oniel yang hampir kehabisan nafas menyebutkan angka permintaan maaf Adel. "Sampai rusak kalkulator ge ngitung permintaan maaf lo itu"
Sekarang Adel terdiam
"untung aja lo teman gw Del, kalo gak udah gw tikam lo" sambung Lulu pasrah.
"Yah..ma.." Adel menjedsa sedikit"aapp".
"sebagai gantinya gw traktir deh ! kalian mau pesan apa ?" Adel pun mulai merayu demi memadamkan kobaran api yang sempat membumi hanguskan hati teman-temannya itu. Seperti yang sudah dipikirkan Adel. Meskipun dia sering merusak mood teman-temannya itu tapi dia tau mereka pasti akan tetap memaafkannya.
Alhasil, keadaan kembali seperti sedia kala. Bercanda heboh hingga membuat beberapa pasang mata risih melihat kelakuan mereka.
Marsha dan sekelompok teman-temannya begitu antusias mengikuti acara pemilihan BEM. walaupun kerajinan mereka tidak termasuk diatas rata rata tapi mereka jauh lebih mentaati peraturan kampus dibandingkan Adel.
"Gw balik ya!" Pamit Marsha.
"Iya Sha, hati-hati" Sahut Indah.
Berpartisipasi dalam event pemilihan BEM dalam setengah hari ini tentunya sangat melelahkan. Dalam perjalanan pulang Marsha sempat memikirkan salah satu tujuan yang pas untuk dia kunjungi saat dia sedang merasa penat dan lelah.
"Adel ada dirumah gak ya?" Batin Marsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
cat and chocolate
RomantizmHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terimakasih. Tolong bijak dalam membaca