Bab 40

5.5K 369 29
                                        

Tanpa mengucapkan satu kata pun Adel langsung menarik gagang pintu dan keluar meninggalkan Marsha.


Dia sempat berjalan beberapa langkah dan kemudian berhenti lalu memejamkan matanya sejenak sambil menahan dada yang tiba-tiba terasa sesak. Air matanya kembali jatuh. Adel tak kuat menahannya.


Disisi lain,

Marsha juga melakukan hal yang sama. Dia menyeka air matanya sembari menahan dadanya yang terasa sakit. Detik itu juga, Marsha tersungkur di Sofa dan mulai terisak.


Setelah mencoba sekuat tenaga untuk melupakan Adel, entah kenapa dia kembali muncul. Bagi Marsha, semua kesabarannya sia-sia saja. Dengan tidak melihat Adel ataupun melihatnya lagi, perasaannya tidak akan pernah berubah.

Marsha tetap menyayanginya.


Tanpa berpikir panjang lagi. Marsha bangkit dari Sofa bermaksud untuk menyusul Adel.

Tapi,

Saat pintu itu terbuka...

Lagi-lagi Marsha melihat kehampaan. Koridor itu kosong.

Adel tidak ada.


Hati Marsha kian menjadi. Dia kembali menutup pintu dengan segala kekuatan yang tersisa.

Marsha mulai menyeka air matanya. "Kenapa gw harus berharap? Dia-nya aja gak mau liat muka gw lagi"

Detik itu juga, Layar hp Marsha memunculkan satu pesan. Itu dari Shani.


*Sha. Maafin aku ya! Aku mendadak balik hari ini. Tadi nyokap aku telpon, katanya ada urusan penting dan aku harus ngedampingin dia. Sekarang aku udah di-airport lagi. Maaf ya Sha. Maaf banget! Kemungkinan aku agak lama baliknya. Gakpapa kan kamu sendirian dulu? Apartemen nya udah aku booking sebulan, jadi kamu gak perlu khawatir*


Kali ini Marsha tampak tidak memfokuskan pikirannya pada pesan yang Shani kirimkan. Dia hanya fokus memikirkan sikap Adel yang benar-benar pergi menjauhinya..


Di waktu yang bersamaan, Adel kembali menghadap receptionist.


"Permisi Bu. Apa disini masih tersedia kamar lagi?" Tanya Adel pelan.


"Maaf, ruangan apartemen kami lagi penuh."


Adel menggaruk tengkuknya.


"Kamu Adel yang tadi kan? Anaknya tuan Henry?"


Adel mengangguk seadanya.


"Loh, bukannya tuan Henry sudah pesankan ruangan untuk anda?"


Adel bergeming sejenak.

"Iya. Setau saya memang udah booking-kan kamar. Tapi kayaknya ada yang salah deh, soalnya ruangan yang di booking untuk saya udah ada orang lain di dalamnya." Adel mulai beralasan.


"Iya memang udah keduluan sama orang lain. Kata tuan Henry kalian saudara, jadi beliau pesankan kalian satu ruangan. Lagian ruangan nya tersedia dua kamar kok."

cat and chocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang