Adel sedang duduk dikursi gamingnya. Seperti kebiasaannya dihari libur, memasang headphone lalu bermain game kesukaannya.
*Suara ketukan pintu*
Samar-samar Adel mendengarkan suara ketukan pintu itu namun dia tak menggubris sedikitpun. Dia hanya sibuk mengunyah permen coklat sembari fokus bermain game.
"Del ?"
Adel pura-pura tak mendengar.
"ADERRUUU?" Teriakkan dari luar mulai merusak mood Adel.
"Ihh nyebelin banget sih tu orang" Gumamnya dalam hati. "Iyaya. Masuk!" Teriak Adel asal tanpa berpindah posisi.
"Astaga !!!" Ucap Marsha kaget setelah melihat setiap sudut kamar Adel yang sangat berantakan.
Sampah plastik, cemilan dan kaleng minuman soda yang sudah bertebaran dimana-mana.
"Eh elo !" Sambut Adel.
"Heh lo masih manusia kan ?" Marsha mendekati Adel sambil geleng-geleng.
"Lo ngomong sama gw ?"
"Gak Del, sama Moka!"
"Oh" Sahut Adel singkat. Ingin sekali Marsha membelah kepala Adel saat itu juga. Mahkluk yang ada didepannya ini benar-benar sudah memupuk kemalasannya sesubur mungkin. "Tuhan tolong ambil nyawa orang ini segera!"
"Eh lo dateng-dateng nyumpahin gw mati ?" Adel melepas headphone lalu beralih menatap Marsha. "Kalo hidup lo kayak gini terus, ntar lo lumutan tau gak!" Marsha kembali berceramah memperingatkan Adel yang super malas itu.
Adel memang memiliki sifat alami pemalas dan tidak menyukai hal-hal yang melelahkan. Kalau diukur dari segi moodnya yang lagi bagus, dia hanya membersihkan kamarnya dua atau tiga kali dalam sebulan. Selebihnya itu, dilakukan oleh pembantunya.
Marsha sudah sempat beberapa kali membersihkan kamar Adel jika dia kebetulan mampir kerumahnya. Dan hal itu sudah dianggap biasa oleh Adel, karena baginya, dia sudah mengenal Marsha sejak masih SD jadi dia sudah tahu betul sifat Marsha. yang suka membantu tanpa pamrih.
Marsha mulai mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan itu sambil memasang wajah datar. "Kerjaan lo gitu-gitu aja dari dulu. Gak bosen lo?
"Gak"
"Del, lo itu kalo waktu weekend, nge-gym kek, jogging, atau buat hal-hal yang bermanfaat gitu!" Marsha masih melangsungkan sesi ceramahnya "Atau ga_"
"Heh, lo kalo dateng cuma buat ngedongeng, mending pulang!" Adel memotong ucapan Marsha sambil memukul meja cukup keras. Marsha menyerah. Dia menarik nafas panjang dan kembali mengumpulkan sobekan-sobekan plastik cemilan.
"Lo udah makan ?" Kali ini Marsha beralih ke pembicaraan lain.
"Belom"
"Mau makan martabak gak? nanti gue pesenin deh!" Tawar Marsha setelah selesai merapihkan beberapa barang milik Adel yang berantakan.
"Hmm" Adel bergumam.
Marsha menghidangkan martabak pesanannya dimeja belajar Adel. Gadis berhati dingin itu kemudian mengambil martabak itu dan mulai melahapnya. "Untung aja gw sabar ngadepin lo" Batin Marsha.
"Makasih"
"Jangan bilang lo emang udah kelaparan dari tadi, tapi males gerak!" Marsha kembali mempersoalkan kemalasan Adel.
"Udah gak usah bahas-bahas kemalasan gw. Ntar lo capek!" Sahut Adel. Apa mau dikata, Marsha kembali menyerah. Percuma membantah manusia yang ada didepannya itu.
"Eh Sha, kemarin kenapa lo sama teman-teman lo ketawa-ketawa gitu? Ngetawain gw ya?" Entah angin apa yang masuk dikepala Adel sampai-sampai dia mendadak kepo. "Eh, sejak kapan lo jadi kepo?" Sindir Marsha. Mata Adel membulat. Dia mungkin tersadar akan ucapannya yang benar-benar berlawanan dengan jati dirinya. "Yah dosa. Bego!" Batin Adel mengeluh.
"Hah? gak!" Adel kembali berpura-pura acuh. Anggap saja dia sendang melakukan pembersihkan image agar kesalahpahaman itu tidak berlanjut. "Eh, besok kita jadi pemilihan BEM kan?" Benar kan. Adel mengalihkan pembicaraan lain. "Katanya sih gitu. Kenapa emang, Lo ga mo ngampus!"
Adel berhura-ria dalam hati. Imagenya terselamatkan. "Yah Lo tau kebiasaan gw kan?!" Jawab Adel asal.
"Hmm coba ah!" Ucap Marsha.
"Coba apaan ?"
"Coba ikutan kebiasaan lo, gak ngampus pas pemilihan BEM!" Kali ini Marsha mencoba mengikuti salah satu kebiasaan buruk Adel.
"Serah lo kali"
"Yaudah. Gw tidur dirumah lo ya" Tawar Marsha.
Adel tersedak seketika itu juga. Dia kemudian meraba jidat Marsha hendak memastikan kewarasan temannya yang sepertinya agak terganggu.
"Sha, lo sehat ?"
"Kok nanya sehat sih ?"
"Lah, apa hubungannya coba lo gak ngampus besok trus lo mau tidur dirumah gw. Ogah ya!" Bantah Adel.
"Kenapa? Gak boleh ?"
"Ya gak boleh lah!"
"Kok yang dulu dibolehin ?"
"Ya...ii..itu dulu! Sekarang gak boleh!" Adel masih dengan pendiriannya. Bagi Marsha alasannya bisa dibilang gak masuk akal.
"Apa bedanya sih dulu sama sekarang? lo ada-ada aja!"
"Pokoknya gak."
"Lo lucu ya, kayak gw mau perkosa lo aja!" Marsha terkekeh pelan, sementara Adel mulai membayangkan ucapan Marsha barusan.
Adel sempat melongo sambil meneliti manik coklat Marsha yang sedang duduk disamping ranjang. Selang beberapa detik, Adel tersenyum simpul. "GW KALO LAGI TIDUR SUKA TELANJANG soalnya! Ntar lo sesak lagi liatin gw"
"Te..telanjang ?" Marsha memberi jeda "Lo ya lama-lama makin gak waras tau gak!" Ucap Marsha yang juga melayangkan tawa tak menyangka.
"Yah.. itung-itung buat hemat baju tidur"
"Sumpah, Ketiban apa yah hidup gw ampe kenal mahkluk langka kayak lo"
"Lah, lo tau sendiri kan gw males ngumpulin baju kotor"
"Kan cuma ngumpulin aja gak sampe nyuci"
"Sama aja. Bagi gw itu ribet!" Adel terkekeh.
Bagi pendengaran Marsha, hal itu emang rada-rada masuk akal untuk alasan yang dia dengar dari seorang pemalas. Tapi sebenarnya, itu hanya ocehan Adel saja. Walaupun malas, Adel gak sampe segitunya lakuin hal konyol seperti yang dia tuturkan barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
cat and chocolate
RomanceHanya fiksi dan tidak untuk dibawa ke dunia nyata, terimakasih. Tolong bijak dalam membaca