13. Hope Jealous

81 5 0
                                    

Gadis itu menarik napas dalam-dalam hingga oksigen memenuhi rongga paru-paru kemudian mengembuskannya secara perlahan disusul dengan sedikit perasaan lega.

Okay Anneth now act as usual!

" Morning guys" Sapanya saat kakinya sudah memasuki kelas memasang wajah ceria yang dibuat-buat lagi.

Para penghuni ruangan sahut-sahutan menyapa balik, ada juga yang cuma tersenyum seperti Joa lantaran mager ngomong. Itu cewek kalo nyawanya belum kumpul setiap baru bangun memang begitu Anneth jadi curiga kalo Joa mandi asal-asalan tadi.

Sementara Nashwa nggak perlu dijelaskan detail lah, ya karena sampai jurusan tetangga pun tahu kalo gadis itu hobinya mandi. Jadi pagi ini Floriza Nashwa Zahira telah memasang ekspresi seperti biasanya positive vibes with fresh face.

" Gue mendadak ngerasa nggak adil sama dunia"

" Hah?" Anneth mengernyit kening bingung.

Tumben-tumbenan Joa yang demen mencak-mencak emosi atau mengomel ria kini lesu begitu, apalagi membahas tentang keadilan dunia pula kayak bukan Joa banget, asli.

" Masa weekend cuma dua hari sementara weekday lima hari? Liburan tuh terasa cepet banget gila baru kemarin nongkrong bareng di bar' Friden? Terus nggak terasa Minggu dan sekarang udah masuk sekolah aja" Gadis itu mendesah pelan matanya sayup-sayup mengantuk.

" Astaga! Kapan kita liburan semester sih?!"

" Dua bulan lagi kenaikan kelas Jo, sabar napa" Balas Nashwa

" Yaelah cuma libur 3 Minggu dipake nonton Netflix rebahan nyemil juga nggak bakal cukup tau-tau ntar dah masuk aje"

Charisa mengangguk setuju tanpa mengalihkan perhatian dari buku yang tengah dia baca.

" Btw ntar gue dah balik ke rumah, mau main?" Ajak Anneth, suntuk di mansion masih terasa ditambah memori mengenai pertengkarannya dengan Lifia berkelebat dalam benaknya lagi.

Oh God, she thinks she's depressed now.

" Gue ada janji sama Lifia, mau sekalian main bareng aja?" Timpal Charisa, menutup buku astronominya setelah sudah memberi tanda pada halaman.

Napas Anneth tercekat, padahal kemarin tepatnya hari Minggu dia dan Lifia tidak bertatap muka lagi. Adiknya itu memutuskan untuk menjauh kayak merentangkan jarak lebih lebar lagi diantara mereka berdua. Mungkin karena sudah tidak ada muka bertemu sang kakak lagi yang memergokinya sedang menangis sampai emosinya pecah tempo hari.

" Gue lupa Cha, kalo hari ini ada jadwal yoga" gadis itu terkekeh samar mengusap pelipisnya yang tiba-tiba mengalirkan peluh.

Charisa menatap lurus Anneth yang kebetulan kursinya ada didepannya dan juga gadis itu sedang menghadap belakang yang membuat tatapan mereka saling bertemu dengan intens ia menemukan adanya kepanikan dalam diri Anneth.

Semua orang memang bisa memanipulasi, apalagi orangnya sejenis Anneth yang drama queen dan jago akting hanya saja terkadang binar mata mereka sulit untuk menutupi apa yang dirahasiakan.

Hanya mengangguk pelan, Charisa tidak mau mempermasalahkan Anneth yang menyembunyikan sesuatu darinya, palingan kesedihan yang tak pernah mau dipublish gadis tersebut.

" If there's anything just tell me" Ucap Charisa.

" Santuuyyyy sayang, gue kalo ada masalah bakal langsung cerita kok" Jawabnya yang langsung dibalas dengusan pongah.

Sudah jelas Charisa tahu Anneth cuma jawab begitu saja, padahal aslinya enggak sama sekali. Boro-boro cerita tentang permasalahan, gadis itu saja kalo menangis ngumpet-ngumpet sampai dia pikir lebih baik keluar angkasa sekalian agar air matanya terbuang keatas.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang