73. IDK

70 6 1
                                    

" There's so many things said in the unsaid."-

***

Lifia menghirup chamomile tea buatan Royce selama beberapa detik sebelum pada akhirnya menyesap cangkir tersebut seraya memejamkan mata.

Manisnya cukup aromanya juga lumayan walaupun dia prefer peppermint tea dengan takaran suhu yang juga pas lantas membuat gadis itu tertawa pelan.

Dia tak pernah minum teh rutinitas turun temurun sebagai istiadat diluar anggota keluarganya. Namun kini dibalkon apartemen Royce di Gold coast PIK yang cuma memberikan view teramat biasa semacam kolam renang dan beberapa pohon tinggi yang ditanam dengan rapi dan letak yang sesuai. Lifia menghabiskan waktu menjelang malamnya.

Bermenit-menit tanpa obrolan pun didukung oleh semilir angin yang dinginnya bak menusuk tulang menjadikan dua manusia disana dibekukan oleh situasi.

Let's say, kehadiran Lifia dikediaman sosok Royce Kevaro sangatlah aneh dan membingungkan. Mereka berdua tidak seakrab itu sampai si cewek mau menghabiskan waktu bersamanya.

Yang ada di kepala Royce saat ini hanya ada dua opsi, pertama Lifia kelewat gabut dan kedua Lifia mulai sakit jiwa.

" Kak Royce balik kapan?" So, ini topik pertama yang meluncur dengan kakunya diantara mereka berdua.

" Tiga hari lagi, masalah sama Blackveros udah kelar, Deven juga udah tau Anneth siapa kesalahpahaman Aldi meninggal selesai. Jadi nggak ada yang perlu gue urus lagi disini"

" Summer break di US tiga bulan lagi kan? Boleh gue ikut?"

Royce yang semula sedang menggunting ranting liar lili Madonna untuk merapikan bunga kesayangannya itu spontan mendongak dengan air muka teramat kagat. Dia tidak menduga tujuan Lifia melayangkan topik pertama adalah untuk memastikan apakah gadis itu bisa ikut dirinya balik atau tidak.

" Masuk SMA disini kan awal Juli Lif"

" Emangnya gue main disana sampai bulan September juga? Ya enggak lah" Lifia menaruh cangkir keramiknya dengan gerakan anggun." Gue mau nyari sesuatu disana"

" Anneth ikut?"

" No. For sure she doesn't even know my plans-" perkataan Lifia terhenti seketika saat suara pintu apartemen Royce yang dia yakini tinggal sendiri tiba-tiba terbuka.

Royce bersikap santai saja, karena dapat menerka siapa si tamu kurang ajar tanpa bell asal nyelonong gitu. Alias cuma Deven yang kini melangkahkan kaki dengan tergesa mencari colokan listrik.

Ponselnya mati daya, belum sempat mengabari Anneth kalo dirinya mau mampir dulu di bar Friden nanti berhubung hari ini Lyodra dan Tiara open table untuk birthday party-nya dan kebetulan dia sedang tidak membawa mobil, jadi tak bisa men-charger selama perjalanan.

" Cewek Lo?" Deven yang tanpa basa-basi langsung membuat Lifia mengernyitkan kening sinis.

Yakali.

Better to die than fall for him.

Royce pribadi malas mengelak karena dia yakin Deven tak akan benar-benar mendengarkannya lalu kembali melakukan aktivitasnya. Lili-lilinya lebih penting daripada Deven, biar pun sepupunya itu jauh lebih berguna untuk dimanfaatkan dibanding bunga yang cuma bisa diam di vas.

Satu detik.

Dua detik.

Dan hitungan keempat ada tawa sinis yang menggelegar diruang tengah tempat dimana pintu kaca menuju balkon berada.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang