56. HIM (He is mine)

80 7 3
                                    

" Kesimpulannya dia unik dengan cara tersendiri mampu membuat hal menarik!"- Violine Charisa Lumbanraja.

***

" Nanti kamu minta kertas tanda tangan ke Michael ya"

Charisa membelalak kaget, detik berikutnya dia berusaha biasa saja. Selepas berkumpul di auditorium seluruh murid dipulangkan kecuali bagi pihak panitia untuk acara festival Pionir yang sempat tertunda dan akan dilaksanakan esok hari, jadilah kini mereka semua sibuk mempersiapka semuanya.

Charisa benar-benar lupa jika Michael adalah anggota OSIS kalo begini, bisa-bisa dia akan berurusan dengan Michael sampai acara sekolah selesai padahal ini adalah yang paling Charisa hindari.

Ternyata benar kata Nathan, pasti akan ada hal yang ingin kita hindari tapi justru terjadi.

Setelah pak Ardi pergi, Charisa mengacak rambutnya frustasi sembari menggeram kesal segitu banyaknya anggota OSIS kenapa harus Michael coba?.

" Navis Lo apain tadi?"

Charisa mendongak mendapati Nathan sudah berada dihadapannya dengan wajah sengit. Ah ya, tadi saat hendak membersihkan ruang kelas X IPA 5 yamana adalah tempat Charisa mengawasi TO SMP besok, Navis diminta Nathan untuk membantu gadis itu namun baru sampai diambang pintu dan melihat kondisi kelas yang amat sangat berantakan dan kotor membuat pemuda itu shock hingga sesak napas berujung pingsan karena Asmanya kambuh secara tiba-tiba.

" Please, jangan bahas hal yang bisa nambah beban pikiran gue. Kepala gue udah muter ini" Charisa menghela nafas berat.

" Berhentiin lah, emang nggak punya ongkos sampai dibawa muter-muter terus?"

Charisa berdecak kesal, disaat seperti ini pun Nathan masih bergurau.

Sial!.

Dia terlalu hanyut dalam peran sebagai kekasih cowok itu sampai lupa bagaimana sifat aslinya, lupa bagaimana dulu mereka saling melempar tatapan permusuhan juga lupa bagaimana menyebalkannya Nathanio Jackson.

" Nath please"

" What's going on?" Tanya Nathan mendadak khawatir.

Charisa tidak menjawab, perempuan itu sibuk memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

" Mau ke UKS aja?" Tanyanya dibalas gelengan kepala.

" Lo punya maag Cha! Lo belum makan siang, kecapean angkat barang terus ngomel-ngomel, pikirin anemia Lo juga anjing!" Nathan menggeram rendah melotot marah pada Charisa yang cuma bisa terkekeh pelan sambil memincingkan mata menggoda.

" Khawatir ya? Ututut sweet ah, pak ketua yang dulu sangar jadi berevolusi gini"

" Nggak usah komen deh bikin emosi aja" Tampa izin apapun dengan seenaknya dia mengangkat Charisa.

Bukan, lebih tepatnya adalah memanggul karena dia meletakkan Charisa pada pundaknya seolah-olah sedang mengangkat karung beras. seperti yang dilakukan Nathan ketika mereka berdua bertengkar saat belum memiliki hubungan waktu itu.

" Jangan nutup mata" Nathan semakin melangkah lebar hingga kedepan ruang UKS.

Membuka pintunya dengan tendangannya lalu menutup pintunya lagi dengan gebrakan sampai-sampai yang sedang melepas oksigennya terkejut bukan main dan nyaris mengumpati sang ketua.

" Dasar dua orang nggak guna! Kerjaannya sakit mulu" Hardik Nathan sangat kesal, tidak peduli Navis dan Charisa akan memarahinya nanti.

Lagipula saat ini Charisa tidak bisa mendengar Nathan dengan jelas, rasa sakit hatinya yang menjalar ke seluruh perut dan kepala yang berat menutup semua perhatian gadis itu.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang