20. Tentang kita yang tak kunjung nyata

70 4 0
                                    

" Tentangnya yang tak pernah bisa menggapai, tentangku yang tak pernah menanggapi dan tentang kita yang selalu menolak situasi."-

***

Nathan dan Deven tengah menyeruput ice coffe yang tadi Rey beli, sembari berbincang-bincang sebagai sesama petinggi di markas Blackveros.

Sementara Friden dan Sam sedari tadi hanya sibuk memainkan ponselnya sembari menjerit-jerit heboh ketika mereka nyaris kalah dari enemy di gamenya.

Brakkkkk!

" Arghhhh" Navis yang baru berteriak kesal sembari mengacak rambutnya frustasi.

Dia melempar ranselnya kekursi kemudian menghempaskan tubuhnya pada sofa lain. Memejamkan matanya yang terasa panas sejenak berusaha untuk menenangkan diri. Cowok itu rebahan lelah karena tadi mendapat hukuman dari si cantik kesayangan Friden...siapa lagi kalo bukan Bu Maia untuk membersihkan lapangan indoor yang terlalu luas serta aula yang besarnya sama, karena kebetulan membolos saat pelajaran pak Putra.

" Eh Napis, Lo dateng-dateng bukannya bawa aura positif ini malah bawa pengaruh negatif liat setan aja takut ama Lo" Cibir Sam yang tak dipedulikan sama sekali.

" Dia kenapa?" Tanya Deven tidak mengerti kenapa itu cowok baru nimbrung malah kesurupan begini.

Rey dan sang kakak saling melempar pandangan sebelum akhirnya Bagas tertawa ngakak melihat nasib Navis yang termakan oleh karma.

" Abis dihukum" Jawab Rey sekenanya kemudian menikmati satu medium cup coffe yang baru dia ambil dari atas nakas." Bolos wakucar ke kelas tetangga" Lanjutnya.

" Dia ketahuan bolos darimana?"

" Mantannya si Zizie yang ngelaporin"

" Junior zaman now emang pada kurang ajar" Sahut Rony ikut-ikutan, padahal cowok itu masih sibuk mengurus data komplotan yang baru saja dia habisin tempo hari.

" Itu mantan terindah gue anjing!" Ucap Navis sembari mendelik kearah seniornya itu. Sebenarnya ia lupa Zizie itu yang mana sangking banyaknya deretan mantan yang ia miliki.

" Hareudang... hareudang... hareudang sanap-sanap-sanap~"

" Gerah, cuaca panas hatipun panas" Friden ngakak karena setelah mengatakan itu dia pun meninggalkan Sam dalam permainannya yang mana pasti membuat Sam menjadi golongan kaum gerah hati juga.

" FRIDENJINGGG!!!" Jeritnya sembari meremas ponselnya kuat-kuat.

" Dih cemen" Sarkas Friden enteng tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.

" Dasar kutu kejepit! Gue do'ain yang ninggalin gue ditinggalin balik"

" Sabar Den, namanya orang nggak terima kekalahan apa aja disebut" Nathan menepuk-nepuk ringan punggung cowok itu." Jangan kan kutu, rumput yang nggak salah juga bisa jadi korbannya"

Friden mengembuskan napas gusar kemudian memandang temannya satu persatu, mulai dari Navis yang tengah pukul-pukulan dengan Rony karena perihal mantan. Nathan dan Deven yang hanya memasang wajah datar, Rey yang asik mengaduk minumannya sampai mata Friden berhenti pada cowok yang memandangnya dengan mata penuh kobaran api yang siap membakarnya kapan saja.

" Nanti mainnya sambung lagi Sam, kasihan tuh Navis butuh bantuan dipijit abis dibabuin ama emak gue"

" Permisi anak-anak manusia yang tampan dan berani" Kata Anneth bernada, sembari menyelipkan sejumput rambutnya dibalik telinga.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang