37. Couldn't Believe It

54 6 2
                                    

" Pada kenyataannya didunia ini semua yang lemah akan selalu dipandang rendah."-

***

Seketika hening, entah kenapa Anneth merasa bahwa atmosfer disekitarnya berubah secara tiba-tiba.

Gadis itu menelan ludah dengan susah payah saat melihat air muka Deven tampak berubah. Rahangnya mengeras tanda bahwa cowok itu sedang marah. Hawa berat mendadak menyergap ruang kelas atau... hanya Anneth saja yang merasa?.

" Pergi!"

Satu kata itu rasanya membuat detak jantung Anneth terasa berhenti. Hanya berselang beberapa detik, kemudian gadis itu menggeleng pelan.

" Gue nggak bohong Dev"

Sebenarnya percuma mau dia menjelaskan pada Deven seribu kali pun cowok itu tak akan pernah mempercayainya.

" Bualan sampah Lo nggak guna" kilatan mata Deven terlihat menyeramkan bagi gadis itu, membuatnya harus mundur beberapa langkah menjauh agar tak terkena serangan pelampiasan emosi.

" Dev...udah Dev" Sam bangkit menahan bahu temannya agar tidak berbuat apa-apa.

Anneth itu seorang perempuan dan tak sepantasnya Deven yang notabene laki-laki menyakitinya secara fisik. Cukup sudah Anneth lelah dengan batinnya.

Tapi yang namanya Anneth ya tetap Anneth, gadis keras kelapa yang akan melakukan apapun. Tak peduli risikonya yang terpenting dia bisa sampai mencapai keinginannya.

Friden menghela nafas panjang, berusaha sabar dengan tingkah Anneth yang masih bertahan berdiri disana." Neth, pergi aja ya?"

" Nggak! Sampai Deven percaya"

" Anneth! Gue tau Lo kesel sama Britney karena dia bisa deket sama Deven sedangkan Lo enggak" Sam menarik napas dalam berusaha mati-matian untuk menahan amarahnya." Tapi nggak sebaiknya Lo buat romor yang jelek-jelekin Britney kek gitu!"

Anneth menggeleng tegas." Demi tuhan Samuel, gue nggak bohong!"

" Nggak mungkin Britney kek gitu, dia anak baik-baik disekolah maupun luar sekolah" Bela Friden sembari terkekeh sinis." Lo emang sahabat pacar gue, tapi gue tetep nggak bisa percaya Lo selicik itu buat jatuhin Britney" Lanjutnya.

Anneth tersenyum miris sembari memandang kelima anak Blackveros itu.

Menganggukkan kepalanya mengerti bahwa mereka tidak akan bisa mempercayai ucapannya yang terkesan seperti lelucon menjatuhkan orang.

Anneth menatap sendu Deven yang wajahnya kini sudah berubah sangat dingin sekali kemudian tersenyum lagi." Terserah percaya atau enggak gue nggak ada niatan buat bikin kalian percaya sebelumnya, cuma mau nyampein itu aja" Gadis itu tertawa lirih." Yaudah kalo gitu gue pamit ya"

Mereka semua memandang punggung Anneth yang kian menjauh dan hilang dibalik dinding koridor.

" Gue nggak percaya" Seru Sam seraya menggelengkan kepala heran." Bukan, lebih tepatnya gue nggak percaya kalo Anneth bisa jelek-jelekin orang hanya demi buat dapetin apa yang dia pengen"

Deven menggenggam pulpen ditangan kirinya terlalu kuat hingga tanpa sadar pulpen tersebut patah terbagi dua. Untung cowok itu masih dalam kesadaran untuk tidak menyakiti Anneth padahal tadi ketika Anneth menyampaikan sesuatu yang sangat buruk kepadanya rasanya Deven ingin menghancurkan kepala gadis itu hingga remuk tak berbentuk.

" Gue percaya" Sahut Navis yang sedari tadi diam.

" Goblok! Kok percaya sama orang picik kek gitu"

Navis hanya menggedikan bahunya.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang