53. Stereotip

69 8 0
                                    

" Neth"

Akhir-akhir ini Anneth merasa namanya jadi sering dipanggil lantas detik berikutnya ia menoleh kebelakang menatap kosong Deven yang memegang pundaknya.

" Gue udah nunggu di perpus setengah jam tapi Lo nggak dateng gue kira Lo mau kabur"

Anneth tersenyum tipis, insting Deven ternyata peka juga. Tapi tentu saja dia tak akan bilang begitu.

" Gue agak telat keluar kelas tadi karena beresin kabel HDMI dulu, terus ini juga cuacanya lagi nggak dukung buat lama-lama di sekolah gimana dong?"

" Mau belajar di basecamp aja? Disana cuma ada Blackveros 2 kok jadi Lo bisa santai kayak biasa kalo kurang nyaman sama dekel"

Anneth mengeraskan rahangnya, lalu tersenyum singkat." Lo bukannya nanti ada balapan sama anak-anak Elaskas? Gue tau dari Kenzy pas kemarin dia nge-chat gue nanyain tentang festival Pionir diundur sampai kapan"

Gadis itu menurunkan perlahan tangan Deven yang masih berada dibahunya." Kita batalin dulu aja ya? Langitnya mendung banget, gue nggak suka hujan"

Deven menatapnya dalam diam selama beberapa detik. Tersenyum masam lalu berdehem singkat, Anneth tak suka hujan? Tentu dia tau itu sepenuhnya bohong, berhubung Deven ingat Nashwa pernah berceloteh ria tentang Anneth si penggila hujan dan tidak peduli kalo gadis itu akan sakit jika kelamaan basah-basahan.

" Neth" Cowok itu menarik sang gadis mendekat dan menaruh wajahnya dibahu Anneth. Dia memeluk tubuh Anneth tanpa tangan yang merengkuh tubuhnya." Gue pusing, gue nggak tau lagi harus gimana"

Anneth mengusap punggungnya pelan lalu tertawa." Lo kesambet apaan Dev? Habis diajarin Navis yang macem-macem ya makannya berani ngegoda gini?"

" Gue cuma ngerasa capek, butuh senderan" Deven menghembuskan napas berat.

Dia bingung harus bergerak kemana maju tidak bisa karena kini Anneth lah yang membangun dinding pembatas dengannya namun kalo mundur Deven versi sekarang tentu tidak mau.

" Lo pernah bilang, Lo nggak sekurangkerjaan itu berusaha ngeraih gue kalo ujung-ujungnya bakal Lo lepas" Deven menarik wajahnya menjauh agar bisa melihat ekspresi Anneth saat ini." Lo sendiri juga yang minta kesempatan, kenapa giliran gue udah mempersilahkan Lo malah puter tujuan kearah lain?"

" Gue nggak ada arah yang lain" Anneth menggeleng lemas." Gue cuma-"

Gadis itu merasa tidak sanggup untuk melanjutkan kaliamatnya hingga hening mengisi percakapan diantara mereka. Hal itu jelas membuat Deven sadar alasan Anneth bersikap begini padanya.

" Lo udah tau gue kenal identitas Lo?" Tanyanya langsung.

Anneth tersenyum getir. Iya, dia sadar setelah perdebatannya dengan pemuda tersebut siang tadi, mengingat kata-kata Deven selalu berpikir tentang penegasan dia tidak ingin marah pada orang yang telah membohonginya atau menyakitinya.

" Aneh ya, dulu gue pikir kalo Lo udah tau Lo bakal menjauh ternyata pas udah kejadian beneran malah gue yang ngelakuin itu"

" Kenapa? Lo takut gue laporin ke bokap kalo gue udah dapet info tentang Vikings? Gue nggak tau apa-apa Anneth. Jangan salah paham, gue cuma tau Lo... semuanya tentang Lo aja, tanpa ada sangkut pautnya dengan masalah orangtua kita"

" Listen carefully Dev" Anneth mundur teratur." Bokap gue pernah bunuh kakek lo, Lo yakin nggak ngerasa jijik sama gue yang sekotor ini?"

" Yang ngelakuin Karel Nasution, not you"

Gadis itu mencebikkan bibir pelan, kebiasaan Deven yang sulit diajak berdiskusi dan mendengarkan orang lain akan menghalangi tindakannya cepat atau lambat.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang