18. Tanpa Arti

64 6 0
                                    

Lifia menatap datar sang kakak yang keciduk pulang kemalaman. Karena terlalu biasa hidup sendiri dan merasa baik-baik saja mau pulang jam berapapun kini membuat Anneth merutuk dalam hati karena nyaris jantungan mendapati Lifia berdiri disamping guci dekat pintu utama rumah dengan sleeping dress putih dan rambut terurai panjang serta peel-off mask hitam yang memenuhi wajahnya.

Masalahnya yang membuat jantungnya dag-dig-dug ser begini bukanlah perawakan gadis itu, melainkan tatapannya yang tersirat menahan amarah seperti sang ibu yang mau ngomel karena putrinya keluyuran malam begini tapi tidak jadi karena setidaknya dia masih pulang dalam keadaan baik-baik saja.

" Udah 2 menit yang nganter Lo belum pulang?" Tanyanya datar, tapi terasa menusuk indera pendengaran Anneth.

Gadis itu menelan ludahnya dengan kasar." Masa?"

" Siapa?"

" Siapa apanya?"

Lifia mendengus." Siapa yang nganter Lo sampai masih stay didepan gitu?"

" Calon kakak ipar Lo, jangan nikung kalo liat orangnya. Soalnya cakep banget"

Lifia mendengus lagi, mana ada niatan dia menikung gebetan kakaknya ini. Nggak level amat nyuri kesukaan orang lain kayak orang rendahan, asli.

" Terus kenapa pulang jam segini?nggak usah pulang aja sekalian!"

Anneth tersenyum kikuk sambil mengusap pelipisnya. Sumpah Sheilya Lifiana ini benar-benar seperti orangtua yang lagi mengintrogasi sang anak ketika berbuat salah. Soalnya dibanding Davina atau Karel dari dulu Anneth lebih takut dengan adiknya itu, karena lebih mengerikan dari pergabungan kedua orangtuanya.

" Keasikan ngobrol tadi sama anak-anak jadi lupa waktu kalo udah kemalaman"

Lifia terkekeh sinis." Bukan kemaleman lagi wahai putri sulung Karel dan Davina, tapi ini udah pagi!"

Anneth tersentak pelan, kaget mendapat bentakan tersebut. Tapi benar juga kata adiknya itu sekarang sudah pukul 00:24 AM.

" Maaf" Cicitnya berusaha sepelan mungkin agar tidak memancing perdebatan." Seriusan nggak liat jam gue"

" Mana itu baju terbuka banget! Yaudah sana Lo naik ke kamar, bersih-bersih dulu baru tidur!"

" Iya bund" Jawab Anneth kalem, agar terlihat jadi anak baik.

Meski sebenarnya didunia ini tidak ada anak baik yang pakai crop top kemana-mana dan pulang jam setengah satu pagi sepertinya. Balik lagi ke kenyataan kalo ini adalah Shevanya Annetha yang nggak peduli apa kata orang.

Setelah kakaknya itu beranjak naik tangga, Lifia mendekati jendela dan mengintip dari balik gorden memastikan apakah mobil yang mengantar Anneth sudah pergi apa belum.

Nyatanya..... Still there.

🏵️🏵️🏵️

Setelah mendapatkan perintah yang sialnya tidak bisa dia tolak lantaran tidak punya alasan buat melempar perintah tersebut ke orang lain Deven akhirnya terpaksa mengantar Anneth meski dia malas sekali. Kalo habis nongkrong-nongkrong begitu enaknya nginep sekalian di markas berhubung markas punya banyak kamar completed dengan dapur, mini bar, ruang gym ada permainan juga sejenis billiard dan panah.

Dan kini dia stay dalam mobil meski sepertinya sudah dua menit nggak melakukan apapun disana. Padahal jelas-jelas Anneth sudah masuk rumah dan dia perkirakan gadis itu sudah persiapan tidur juga.

Tanpa alasan sebenarnya dia melamun menatap gelang buatan itu yang berbandul potongan pick miliknya yang tadi sempat Anneth pamerin karena hasilnya lumayan bagus dan gelang itu ketinggalan diatas dasboard.

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang