77. The Real Warfare

63 5 1
                                    

Empat misi telah selesai, semuanya berjalan lancar. Kini, waktunya untuk persiapan menghadapi pasukan dari dua geng yang bersatu tersebut, Spartan yang belum tahu jika mereka diadu domba agar musuhan dengan Blackveros serta Aztex si dalangnya.

Hampir semua pasukan mereka datang ke Jakarta hari ini pada waktu tempur akan berlangsung. Sekarang pukul 15.20 menjelang sore berarti setengah jam sebelum memulai perang.

Nathan yakin untuk kali ini adalah pertempuran terbesar dan kali terakhir adanya pertumpahan darah dari konflik-konflik sebelumnya yang pernah memisahkan banyak nyawa dari raganya tepat beberapa hari Nuca menyatakan pendirian Blackveros sebagai tumpuannya berkuasa. Serta alasan-alasan dari penyematan ribuan sumpah yang telah meneror seluruh anggota dari geng disetiap generasi.

Anggota inti Blackveros kini tengah duduk di rooftop sebuah gedung yang sudah lama tidak dipakai namun tidak bisa dikatakan terbengkalai juga spesifiknya didaerah yang akan menjadi tempat pertempuran nanti guna mempermudah mereka agar tidak terlambat.

Disana ada basement cukup besar, wilayah inti penyelesaian masalah ini jadi, kan nanti saat tempur sudah akan dimulai para anak Blackveros itu tinggal turun kebawah saja.

Life is that pretty easy.

" Udah nggak sabar gue" Seru Friden semangat 45.

Mereka sedang duduk-duduk santai sembari melihat pemandangan dibawah sekalian mengisi tenaga dari atas gedung semuanya bisa melihat sosok Nathan yang baru saja memarkirkan mobil diarea parking luar.

Cowok itu turun dari mobil, lalu mengangkat tangannya yang sedang memegang kunci untuk melambai kearah anggota Blackveros saat baru sampai keatas bukannya mendapatkan sapaan dia justru mendengar ringisan Friden tatkala merasa pelipisnya seperti sedang ditusuk tombak.

" Kenapa?" Tanya Nathan, mengecek terlebih dulu kondisi para anggotanya sebelum hendak membuang energi untuk menjaganya dari hal-hal bahaya yang mampu membuat para anggota tumbang.

" Ditempeleng Sam" jawab Navis dengan tingkah sintingnya menaikan kedua kaki keatas meja sembari asik memakan spaghetti bolognese buatan asli dari tangan Naora yang diberikan sesaat sebelum Navis pergi kearea tawuran.

" Sam, kita semua tau kekuatan Friden yang paling besar, tapi gitu-gitu Lo juga bisa buat dia mati kalo kelewatan. jangan buat ulah deh" Tegur Nathan tegas.

" Dia mana berani kalo ada bang Nuca" Deven ikutan bersuara, siapa tahu ini yang terakhir kalinya para pilar Blackveros mendengar suaranya kan?.

" Blackveros 1 lagi pada sibuk persiapan masuk kuliah, gimana bisa bang Nuca kesini?"

Navis menghela nafas berat." Kelas XII emang paling sibuk duh, gue nggak siap pisah sama kalian nanti kalo udah lulus"

" Lo nggak pergi kemana-mana kan Vis?" Tanya Sam takut-takut, dia hampir saja berbuat heboh jika Navis benar-benar akan pergi."Lo nggak akan ninggalin kita kan? Lo mau ikut nyokap Lo ke luar negeri? Lo mau ngapain abis lulus? Lo jangan buat gue nethink-"

" Lebay Lo Sam" hina Navis tanpa bersalah." Gue tau Lo sayang gue, tapi nggak usah segitunya nahan gue juga kali, ntar disangka ada something"

Friden menaikan kedua alisnya spontan."Bahasa Lo tadi emang kayak udah mau pisah lama sama kita"

" Lagian logikanya gue bisa kemana sih, selain keliling indo aja? Pergi ke luar juga gue bakalan balik Cok" cibir Navis."Yakali gue ikut nyokap gue, cukup dia aja yang ninggalin bokap, gue nggak mau ikut-ikutan"

" Bijaknya temenku ini" Sam menepuk ringan pundaknya."Andai kata Lo diajak, reaksi Lo gimana?"

"..."

" There's nothing you wanna say?"

APA ITU RUMAH? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang