Shaka kini sedang sibuk dengan layar laptopnya, ia sesekali melirik ke arah bingkai foto dengan mata yang berkaca-kaca. Besok adalah hari di mana mamanya pergi untuk selamanya akibat insiden lima tahun yang lalu.
"Ma, Shaka kangen mama," bisiknya dengan wajah yang tertunduk. Bibirnya bergetar menahan tangis, tidak lama cairang bening mulai luruh dari iris mata legamnya.
Ia mengingat kembali saat-saat bahagia bersama mamanya, saat-saat yang tak akan pernah terulang lagi dan ia tahu bahwa mamanya takkan pernah kembali lagi.
Shaka menghela nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dengan kasar ia mengusap pipinya yang basah.
"Huftt, mama enggak suka anak yang cengeng. Jadi kita harus selalu semangat!" seru Shaka dan menarik kedua sudut bibirnya ke atas dan membentuk sebuah senyuman. Ia kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di atas sana.
"Ck, papa udah pulang belum, ya?" gerutunya saat melihat hari sudah menunjukkan jam sembilan malam. Ia melirik ke arah jendela kamarnya yang mana menembus langsung ke arah halaman depan rumah.
"Shak, dum-dum, Shak, dum-dum Shak! Buka pintunya woi!" teriak seseorang dari depan pintu kamar Shaka sambil melayangkan beberapa gendangan sembari menunggu pemilik kamar membuka pintu.
Nah, itu dia orangnya! Ternyata sudah pulang. Dengan wajah dongkolnya Shaka berdiri dan melangkah ke arah pintu untuk membuka pintu kamarnya.
"Apa?" sahutnya ketus.
Zico seketika cengengesan. "Papa beli nasi goreng langganan kita tadi. Kuy makan bareng," ajaknya lalu dengan cepat berbalik badan.
Raut wajah Shaka seketika berseri-seri. "Nasi goreng kesukaan mama? Ayok! Tapi papa gendong Shaka, ya," ucapnya dengan kedua tangan yang terulur.
Kepala Zico kembali berbalik dan menatap anaknya dengan garang. "Nih,gue bogem kepala lo!" hardik Zico dan menunjukkan kepalan tangannya di depan wajah Shaka.
"Ma, liat, papa mau pukul Shaka," adu Shaka seraya melirik poster keluarganya yang terpajang rapi tepat di sebelah kamarnya.
"Enggak sayang, bercanda," jawab Zico cengengesan. Ia kemudian dengan sigap mengapit kepala Shaka di ketiaknya dan membawanya menuju ke arah meja makan.
"Cup, cup, cup, buah hati jantung pisang papa mau makan? Mau di suapin sayang?" ucap Zico lembut disertai dengan elusan di kepala Shaka. Ia mengelusnya dengan kasih sayang.
"Jangan marah-marah dimimpi lagi, ya, sayang. Ini anak kesayangan kamu udah aku timang-timang." Zico berkata dengan wajah piasnya tatkala ia melewati poster keluarga mereka. Di mana menurut penglihatannya foto istrinya tengah menatapnya dengan tajam.
Hei, kalian tidak tau bukan jika istrinya itu garang, bahkan di dalam mimpi sekali pun. Lain kali ia akan menceritakan bagaimana garang istrinya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Duo Duda [END]
HumorTampan? Lumayan! Kaya? Sedikit! Duda? Pasti! Siapa lagi kalau bukan Duo duda. Dua pria paruh baya yang sudah lama ditinggalkan oleh istri mereka. Ya, makanya itu mereka disebut Duda. Kerjaan mereka tiap hari hanyalah bertengkar, tapi tenang saja uan...