08

9 1 2
                                    

Happy Reading guys jangan lupa vote yang banyak

lima menit jovan menumggu sherly di taman belakang sekolah. Sabar jovan, orang sabar di sayang sherly.

"Byyyyyyy... kangenn", rengek jovan langsung memeluk sherly dengan erat.

"Gue minta putus". Tanpa basa-basi sambil berusaha melepaskan pelukan calon mantannya.

DEG

Bagai tersambar petir di siang bolong. "Kamu gak usah bercanda deh by gak lucu tau".

"Gue serius jo, gue udah tau semuanya dari lutfi kalo lo macarin gue karena taruhan 100 juta". Perkataan sherly memang ada betulnya tapi tidak semuanya. Kenapa sherly bisa tahu masalah taruhan? Yap dia sudah tahu masalah taruhan itu dari awal tapi diam saja mengikuti permainan seorang jovan. Alasan utama ia meminta putus karena ayah dari jovan sendiri. "Nih uang lo 100 juta milik lo di pake buat yang berfaedah, gue pamit". Uang 100 juta itu milik ayah jovan.

"Byyyy, ini ambil uang lo gue maunya lo by bukan uang lo. Lutfi bangsat awas aja lo. Byyyyyy!."

---
Bugh
Bugh
Bugh

"Sudah jo, lutfi bisa meninggal anjing", Yunand sebenarnya malas meladeni hal semacam ini, lebih baik ia di rumah bersama istrinya, anjay istri. Tapi karena Ashep memintanya datang akhirnya dengan berat hati ia datang ke markas untuk memisahkan dua manusia laknat ini.

"Hahahaha jovan-jovan lo kira sherly bego? Dia udah tau lama masalah taruhan kita tapi dia milih diam dan ikut permainan lo, dan sekarang dia capek mungkin", ejek lutfi dengan wajah lebamnya.

"Brengsek lo anjing, brengsek. Gue gak mau putus sama Sherly yu gue sayang sama dia." Air mata ketua Black itu sudah jatuh, mampus.

"Terserah lo semua gue mau pulang ananda sendirian", Yunand melenggang pergi meninggalkan markas, ia lelah ikut campur permainam kekanak-kanakan temannya.

"Gue harus apa Ram? Lo kan temen gue yang paling waras kan?." Ujar jovan meminta solusi dari Rama, namun Rama hanya menggeleng acuh.

---

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam namun suara dering telpon mengganggu tidur nyenyak Sherly. Demi dewa dia malas sekali mengangkat telpon sialan itu tapi ia tetap mengangkatnya.

"Halo."

"Halo ly gue Ashep."

"Ada apa shep gue ngantuk banget", ucap sherly sambil menguap.

"Jovan ly, jovan mabuk sama nangis di club manggil-manggil nama lo ly. Gue udah ajak dia pulang tapi dia gak mau. Ly plis gue tau hubungan lo sama jo udah selesai gara-gara taruhan sialan itu tapi gue mohon lo datang ke sini sekali aja buat nolongin dia." Jelas Ashep panjang lebar. Bisa di dengar ada nada kefrustasian dari mulutnya. Memang menyusahkan.

"Gue gak peduli," sebenarnya ia peduli dengan Jovan tapi apa boleh buat ini sudah bagian dari perjanjian.

"Ly plissssss."

"Okeh-okeh shareloc sekarang sebelum gue berubah pikiran." Sudah jadi mantan saja masih buat susah begini. Sherly berharap ini menjadi yang terakhir kalinya.

---

Udara malam ini sangat dingin, sherly semakin mengetatkan jaketnya ketika turun dari taksi, jika dipikir-pikir sherly bego juga buat apa peduli dengan jovan. Ia mulai memasuki area club malam, hingar bingar suara musik mulai memasuki gendang telinga, sangat bising.

"Akhirnya lo datang juga ly, liat tuh bocah habis nangis malah tambah ngigau gak jelas", ucap Ashep memberi tahu keadaanya.

"Udah puas nyusahin orang?," sinis Sherly.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang