29

17 1 1
                                    

HAPPY READING YAKK

KEMBALI DI SABTU YANG FULL REBAHAN


JOSHER SELALU DI HATI

ANJAYYYY...... BerrrrcHandAAAAA ^_^









____________________________________________

"Seorang raja akan hancur kalo punya dua ratu. Tapi, lo bahkan gak bisa memutuskan memilih Sherly atau Fatma. Lo terlalu egois untuk melepaskan keduanya."

~Ainz
____________________________________________













"Bagaimana kondisi mereka,dok?."

"Ibu Aisy dalam kondisi stabil karena benturan dari kecelakaan itu tidak terlalu keras, namun untuk Sherly masih dalam kondisi kritis. Itu karena truk menghantam jok tempat Sherly duduk. Sherly mengalami pendarahaan yang cukup serius, untung saja ia cepat dilarikan ke rumah sakit ." Jelas pria berjas putih itu, sambil membenarkan letak kacamatanya, ia menjelaskan kondisi terkini anak dan ibu tersebut.

"Tolong berikan penanganan yang terbaik dok," mohon Jovan sambil menahan air matanya, katakanlah ia cengeng. Yunand yang berada di sebelahnya berusaha menenangkannya dengan cara mengelus bahu pria itu. "Saya akan bayar berapa pun biayanya agar dia selamat."

"Tidak semua di dunia ini bisa di beli dengan uang, terkadang kamu juga harus mengikuti rencana Tuhan," tukas sang dokter muda yang berkisar 30 tahunan itu, namanya dokter Alvin. "Kamu harus rajin berdoa."

"PERSETAN DENGAN BERDOA, LO ITU SEORANG DOKTER. MANA JANJI LO WAKTU SUMPAH DOKTER LO, APA ITU SEMUA BULSHITT? NYAWA CEWEK GUE LEBIH PENTING."

"Jaga sikap lo, ini rumah sakit." Tutur Lutfi berusaha menenangkan Jovan, semua anggota Black berada di rumah sakit menemani sang ketua. "Bener kata dokter Alvin, lo harus berdoa supaya Sherly baik-baik aja."

"Diem lo," todong Jovan dengan amarahnya. "Lo itu gak bakal tau apa yang gue rasain, jadi lo cukup diam."

"Gue gak mau tau, sampek tuh cewek kenapa-napa. Lo mati di tangan gue dokter." Setelah mengatakan itu Jovan pergi dan dengan sengaja mendorong bahu sang dokter.

"Ck, egois."





___

Satu bulan berlalu, namun gadis cantik itu masih nyamam menutup kedua matanya. Hari-hari terlewatkan begitu berat bagi seorang Jovan, dan yang lebih menyedihkan adalah bunda Aisy melarangnya untuk bertemu anaknya. Wanita berumur sekitar empat puluh tahun itu berubah menjadi dingin terhadapnya, tidak seperti bunda Aisy yang hangat seperti dulu.

"Bunda, sekali aja izinin aku buat lihat Sherly," mohon laki-laki berjaket kulit berwarna hitam itu. Bahkan ia sampai berlutut di depan wanita paruh baya itu.

"Percuma, lebih baik kamu pergi dari sini. Kamu memilih pergi atau saya panggil pihak keamanan? Jangan membuat saya terlihat jahat dengan bersimpuh di depan kaki saya." Wanita itu melenggang masuk ke dalam ruang rawat Sherly dengan wajah datarnya. Meninggalkan Jovan yang masih berlutut di depan ruang rawat Sherly.

Ia meremat rambutnya dengan kasar dan menjambaknya, semua terlihat begitu rumit. Masih abu-abu dan menyakitkan. Lelah dengan pemikirannya, ia pun memutuskan pergi meninggalkan rumah sakit itu.

Pergi tanpa tujuan meruapakan jalan satu-satunya menghilangkan rasa sedihnya. Lagi dan lagi semesta sepertinya memainkan takdirnya dengan begitu jahat. Ia lelah terlihat menyedihkan tapi memang ia sangat menyedihkan.





Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang