Part 40

7.7K 391 35
                                    

Fayni tidak bisa menahan senyumnya, setelah mendapat pesan singkat dari Andin. Gadis yang beberapa hari lagi akan melangsungkan pernikahan itu mengajaknya quality time bersama. Tentu saja Fayni menyambutnya dengan suka cita, sudah lama ia tidak menghabiskan weekend bersama Andin.

Sambil mencari outfit yang pas digunakan untuk pergi bersama Andin, Fayni membuka layar ponselnya dan menelpon seseorang. Seperti biasa, orang tersebut tidak langsung menerima panggilannya. Ia harus bersabar. Fayni pun meletakkan ponselnya ke nakas, karena sosok itu tidak kunjung menjawab panggilannya. 

Barangkali Revan masih sibuk, sehingga tidak bisa menjawab panggilannya. Mulai saat ini Fayni mencoba belajar positif thinking, toh sebentar lagi mereka akan hidup bersama. Ia teringat beberapa hari yang lalu saat Revan memintanya menjadi pendamping hidupnya, Ia hanya melihat  ketulusan dari  laki-laki itu. Dia sadar calon suaminya mempunyai  perangai yang berbeda dari lelaki kebanyakan. 

Dia pikir setelah dia bersedia menjadi calon istri Revan, maka sikap lelaki itu berubah menjadi lebih hangat dan perhatian, mengirimkan pesan romantis misal, tentu saja hal itu hanya akan menjadi angan belaka. Revan tetaplah menjadi Revan lelaki dingin yang sulit ditebak. Setelah menemukan oufit yang pas, Fayni bergegas  ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. 

Fayni melihat notice hpnya menyala ketika ia baru saja keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, ia mengecek ponselnya. Satu panggilan tak terjawab dari sang kekasih rupanya. Buru-buru ia langsung mendiall nomor Revan. Tidak membutuhkan waktu lama panggilannya langsung terhubung.

"Ada apa?" Ucap Revan tanpa basa-basi.

"Hari ini aku mau jalan sama Andin, kita mau habisin waktu berdua sebelum—"

"Kemana?" Potong Revan cepat.

"Ehm...enggak tahu nanti, kamu lagi sibuk ya?"

"Hmm...,"

"Ya udah deh, aku cuma mau ngabarin kamu gitu aja—"

"Hati-hati, jangan pulang larut, nanti kita malam bersama!" Sela Revan, setelah itu sambungan terputus. Setelah mengatakan kalimat terakhirnya Revan langsung mematikan telepon. Kali ini Fayni sudah tidak sekesal dulu, karena memang begitulah Revan.

Tidak ada ucapan manis atau kalimat romantis. Fayni akan mencoba memahami Revan mencintainya dengan caranya sendiri.

*****

"Fay...!" Panggil Andin dengan senyum cerahnya.

Fayni yang baru saja yg tiba di rumah  makan langganan mereka, membalas Andin dengan wajah yang tidak kalah sumringah.

"Calon pengantin tambah cantik aja!"  Puji Fayni langsung mendekap sahabatnya itu.

"Udah lama gue nggak lihat lo, kangen banget tahu!" Rajuk Andin membuat Fayni tersenyum geli.

Keduanya pun terlibat dalam obrolan yang memancing gelak tawa.

Sementara itu di tempat lain sosok pria paruh baya sedang melempar sebuah  vas mahal hingga menimbulkan kericuhan. Beberapa orang petugas keamanan perusahaan berlari menghampiri dan langsung memegang pria itu yang masih berusaha memberontak, dan berteriak.

"Sialan, kau Revan, keluarlah, atau sampai mati kau tidak akan bertemu Fayni!"

Sosok wanita cantik dengan tubuk bak model internasional menghampirinya.

"Lepaskan!" Ujar wanita itu tenang.

Petugas keamanan dan beberapa karyawan lain menatapnya bingung.

"Perintah dari pak Revan!"

Bring My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang