Bagian 8

454 60 6
                                    

Tepat seminggu setelah kecelakaan Arka dan Arvin, kini Arvin telah di perbolehkan pulang tapi masih menggunakan kruk karena kakinya belum pulih sepenuhnya, beda lagi dengan Arka yang sampai kini belum mau membuka matanya.

Dan ini adalah hari kelima dari Arvin yang berubah 180 derajat, semenjak Arvin mengetahui kondisi Arka yang sebenarnya Arvin mulai berubah, ia merasa sangat bersalah pada Arka dan mengklaim bahwa dirinya penyebab kecelakaan mereka karena saat itu Arvin yang menyetir mobil, Arvin sempat mengamuk bahkan melukai dirinya sendiri, Arvin yang hangat dan ceria telah lenyap di telan kekecewaan pada dirinya sendiri, bahkan untuk melihat kondisi Arka secera langsung Arvin tak mampu, dan itu membuat sikap Arvin ikut berubah tak ada lagi senyum manis dari Arvin, bahkan ia bersikap dingin pada siapapun termasuk Juna dan papanya, ia tak ingin di jenguk siapapun bahkan Treasure Hunter.

"Siang kakaknya Juna yang paling Juna sayangggg.." Juna berlari dari arah pintu mendekati ranjang Arvin, namun sapaan Juna tak Arvin balas sedikitpun bahkan menoleh saja tidak.

"Kak.. tadi Juna beli ayam pedas manis di mang Asep, kak Avin mau nyoba? Nanti ya kalo udah pul-"

"Mending lo diem dan cepet bawa gue pulang, gue muak di sini." Sarkas Arvin memotong omongan Juna.

Juna hanya tersenyum miris mendengarnya, kemana perginya Arvin yang hangat, yang lembut, yang selalu menyayangi Juna, yang selalu peluk-peluk Juna, semua hilang semenjak kecelakaannya itu.

"Kesalahan masa lalu apa yang dulu gue perbuat, karmanya gini amat." Ujar Juna dalam hati, sembari mengambil tas milik Arvin dan membantu Arvin turun dari ranjang.

"Kak.." Panggilan Juna membuat Arvin yang di ambang pintu berhenti tanpa menoleh.

"Ngga mau jenguk bang Arka dulu?" Tanya Juna lirih tapi masih di dengar Arvin, dan tanpa menjawab Arvin kembali melangkah pelan meninggalkan Juna.

Lagi-lagi Juna hanya tersenyum miris, dan melangkah mengikuti Arvin.

Setelah mengantarkan Arvin pulang dan menitipkan pada pembantu mereka bi Hani dan kembali ke rumah sakit untuk menjaga Arka.
Bi Hani adalah pembantu kepercayaan Leon karena sudah bekerja denganya semenjak mending istrinya masih ada, dulunya bi Hani setiap malam pulang tapi sementara waktu Leon meminta bi Hani untuk tinggal di rumahnya mengurusi anak-anaknya, Perusahaan Leon di ambang kehancuran karena ada pihak dalam yang berkhianat membuat Leon sibuk dengan perusahaannya.

**
Sesampainya di rumah sakit Juna menyempatkan mampir ke kantin membeli air mineral karena kepalanya mulai berdenyut ia akan meminum obatnya sebelum menemui Arka.

Selesai dengan urusannya Juna segera menuju ruang ICU.

"Selamat sore abang nya Juna,  abang ngga Kangen adek ya? Abang mimpi apa si sampe ngga bangun-bangun, adek kesepian bang ngga ada yang gangguin adek, abang ketemu mama ya di sana?"

Juna menggenggam tangan Arka yang terbebas dari selang infus.

"Abang.. bang Arka harus cepet bangun bang, abang harus yakinin kak Avin kalo kak Avin ngga salah, kalian kecelakaan karena takdir kan bang, bukan salah kak Avin kan? Abang ngga akan benci kak Avin ataupun diri sendiri setelah bangun kan bang?"

Juna mulai meneteskan air matanya melihat tak ada respon apapun pada abangnya.

"Abang.. adek sakit bang, abang harus cepatan bangun sebelum adek ninggalin abang."

Juna tak sanggup lagi, ia lelah dengan semuanya, abangnya belum ada kemajuan, kakaknya mengindarinya, papanya jarang di rumah, dan penyakitnya sialan yang bersarang di tubuhnya membuat Juna benar-benar di ambang kehancuran, namun Juna yakin ia harus sembuh, Juna ingin hidup hingga Juna tua nanti, Juna tak ingin membuat keluarganya menangis karenanya melihat papanya yang hancur saat anak-anaknya kecelakaan kemarin membuat Juna bertekad untuk sembuh, namun tak jarang Juna memikirkan apakah ia mampu?.

Lama kelamaan Juna mulai memejamkan matanya dengan bertumpu pada ranjang Arka dan tangan yang masih memegang erat tangan Arka, tanpa Juna tau jika pamannya memperhatikannya sedari tadi.

"Segeralah bangun dan rengkuh adikmu Arka." Batin Steve dan berlalu meninggalkan ruang ICU.

**

Sepeninggal Juna ke rumah sakit Arvin mulai melangkah keluar kamar menggunakan kruk nya, sementara Arvin pindah kamar di lantai bawah, yang benar saja ia menggunakan kruk melewati tangga.

Mata Arvin menelan rumah mereka dan berhenti di pigura besar yang di pajang di ruang tamu, pigura yang berisi foto papa, mama, Arka, Arvin dan Juna yang masih di kandungan mamanya.

"Ma, maafin Arvin yang udah buat abang celaka." Lirih Arvin yang menunduk, membiarkan air matanya jatuh mengenai lantai.

Tak lama setelahnya Arvin mendengar deru motor memasuki area rumahnya, dari suaranya Arvin tau kalo itu pasti Juna,
Dan benar saja dengan langkah gontai Juna memasuki rumahnya dan langsung menuju dapur.

Arvin terus memperhatikan Juna hingga tak terlihat lagi sesaat setelah memasuki dapur rumah mereka dan Arvin memutuskan kembali ke kamarnya.

**
Juna memasuki dapur dan mengambil piring, ia kembali menatap ayam pedas manis yang tadi ia beli.

Juna tersenyum mirip bahkan tak terasa air matanya ikut mengalir, dengan lesu Juna mulai menyantap makanannya, ia tak boleh membuang-buang makanan.

Selesai dengan makanannya Juna belum juga beranjak dari tempat duduknya, ia kembali merasakan kepalanya yang berdenyut hebat, "arghh sial.. kenapa sekarang jadi makin sering sih."

Dengan malas Juna merogoh saku nya untuk mengambil obat dalam tabung kecil yang sekarang menompang kehidupannya, ia mengambil sebutir dan menelannya dengan bantuan air, setelahnya ia bersandar pada kursi untuk meredakan denyutan di kepalanya.

Baru sebentar Juna memejamkan ia merasakan tepukan di pundaknya,

"Jun bangun oe, Jan tidur di sini."

"Ngangetin aja si lu nyet," Juna kaget lantaran Travis yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

"Ya lagian tidur di sini, udah sono siap-siap lu main kita keluar." Ujar Travis.

"Dan ngga ada bantahan, udah ada bang Daniel sama kak Sam yang jagain bang Arka, terus udah ada kak Arthur sama Kak Kevin tuh di kamar kak Arvin, jadi lu ga ada alesan buat ga ikut gue keluar." Sambung Travis sebelum Juna protes.

Dan malam itu Juna banyak menghabiskan waktunya bermain bersama sahabat-sahabatnya, malam penuh canda tawa.


***

Ini book ada yang baca ngga si?? :(
Kalo ada janlup vote dan komen juseyoooo

갑사합니다



TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang