Bagian 35

477 46 36
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo 🩷🩷

.

.

.

.

Tok.. tok.. tok

"Ajun bangun! Katanya mau nemenin joging!" Eza berteriak di ambang pintu kamar Juna, ia memiliki janji joging dengan Juna pagi ini, jadi ia membangunkan Juna lebih awal agar terhindar dari terik matahari saat olahraga nanti.

Lima menit menunggu tak ada sahutan apapun dari
Juna, "Eca masuk ya!"

Perlahan Eza membuka pintu kamar Juna, saat memasuki kamar Juna ternyata sang empu masih bergelung dengan selimut hangatnya.

"Dasar kebo." Eza mendekati Juna yang tertidur miring membelakanginya dengan menggerutu, ia berjalan pelan mendekati kembar lima menitnya.

"Jun ba- AJUN BANGUN!! JANGAN BERCANDA!" Eza menggoyangkan tubuh Juna dengan kuat berharap sang empu hanya bercanda, Eza berlari keluar kamar Juna untuk memanggil papanya saat Juna tak kunjung membuka matanya.

Dengan berderai air mata Eza berlari menuruni tangga menuju kamar papanya, bagaimana Eza tak panik jika mendapati adik kembar lima menitnya yang memejamkan mata dengan darah yang mengalir dari hidungnya, rona pucat pada wajahnya dan tak kunjung membuka matanya walaupun Eza telah menggoyangkan tubuhnya.

"PAPA! PAPA TOLONG ECA!" Eza menggedor pintu kamar Leon dengan brutal, tak ada waktu untuk mengetuk sopan.

Pintu terbuka menampilkan papanya yang masih mengenakan setelan piyama dan rambut acak-acakan, "kenapa mas?"

"Papa tolong Ajun!" Sahut Eza sembari mengatur nafasnya.

Leon masih tak mengerti dengan maksud Eza begitu juga dengan Arvin, sedangkan Arka telah berlari ke kamar Juna setelah Eza menyelesaikan kalimatnya, Arka dan Arvin terbangun karena teriakan Eza dan mengikuti Eza yang berlari menuruni tangga menuju kamar papa mereka.

Ketika Leon dan yang lain akan menuju kamar Juna, Arka telah berlari menuruni tangga dengan Juna berada di gendongannya.

"Pa, rumah sakit sekarang." Ujar Arka bergetar menahan tangisnya.

Leon segera berlari menuju garasi untuk mengambil mobil, Arka melanjutkan langkahnya keluar rumah dengan Juna di gendongannya, dan Arvin yang mencoba menenangkan Eza meskipun dirinya sendiri panik.

.

.

Sesampainya mereka di rumah sakit Juna langsung di larikan ke UGD sedangkan yang lain menunggu di depan ruangan UGD dengan cemas, keadaan mereka tak ada yang baik bahkan masih menggunakan piyama dan tanpa alas kaki, kecuali Eza yang menggunakan pakaian olahraga.

"Pa, Ajun kenapa?" Tanya Eza lirih, bahkan air matanya masih mengalir deras.

"Ajun ga papa sayang, adiknya Eca kan kuat." Sahut Leon sembari mengusap sayang surai Eza, posisinya kini Eza tengah duduk bersandar pada Leon di kursi tunggu.

"Tapi kenapa Ajun pingsan pa? Kenapa Ajun mimisan? Kenapa di lantai kamar Ajun banyak obat berserakan? Kenapa pa!?"

"Adek! Siapa ngajarin kamu pakek nada tinggi kalo ngomong sama orang tua." Tegur Arka saat Eza kehilangan kendalinya.

"Maaf.. " sahut Eza menunduk, ia tak bermaksud membentak papanya, hanya saja ia terlalu khawatir dengan Juna.

Leon membenarkan duduknya menjadi menghadap Eza, menangkup pipi berisi putranya dan menghapus air matanya, ia menarik nafasnya guna menetralkan segala rasa khawatir dalam dirinya, sudah saatnya Eza tau kebenaran tentang penyakit Juna.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang