Bagian 25

386 43 11
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷
Jangan lupa vote dan komen ❤️

.

.

.


Takdir yang rumit, Arvin mengembuskan nafasnya bersamaan dengan asap rokok keluar dari mulutnya, sudah lama Arvin tak merokok terkahir kali ia merokok saat sehabis pulang dari rumah sakit waktu ia kecelakaan dengan Arka.

Arvin mengenal rokok saat ia menginjak kelas sepuluh SMA dimana ia sedang dalam masa frustasi dan labil dalam menghadapi masalah, bukan tanpa sebab Arvin mengenal rokok karena tekanan dan salah memilih teman membuat Arvin salah memilih jalan, Bullying adalah sebuah hal yang wajar dan Arvin pernah mengalami itu, karena hal itu Arvin nekat berteman dengan orang yang salah dan berujung terjerumus dalam hal-hal tidak baik beruntung Arvin hanya mengenal rokok bukan narkoba, Arvin berhenti dengan rokok saat ia kelas dua belas karena teguran dan hukuman dari papanya Arvin kapok dengan rokok dan tak lagi menyentuhnya hingga ia lulus SMA, permasalahan dengan bullying juga telah terselesaikan karena Arvin mau jujur dengan papanya dan Leon sebagai orang tua berhak untuk menyelesaikan permasalahan anaknya.

Arvin kembali merokok saat ia sudah memasuki masa kuliah tetapi tidak sesering saat masa SMA ia hanya merokok saat dirinya merasa tertekan dengan tugas-tugas kuliahnya itupun dengan pantauan papanya, Leon membatasi hanya boleh dua batang rokok dalam satu bulan lebih dari itu Leon lepas tanggungjawab dengan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Arvin, Leon hanya tak ingin anaknya kecanduan dan berakibat fatal.

"Arvin.."

Arvin menoleh pelan pada Leon yang sudah berdiri tegak di belakangnya, segera ia membuang batang rokok yang tinggal setengah itu ke tempat sampah, lagipula rokoknya sudah tak menyala karena Arvin asik melamun.

"Kenapa di buang? Papa ngga marah." Tanya Leon yang kini duduk di kursi samping putra tengahnya.

"Engg.. udah mati pa rokoknya." Jawab Arvin dengan cengiran.

"Kakak kenapa? Ada masalah?" Leon bertanya sembari membenahi rambut anaknya yang menutupi mata karena rambutnya yang memanjang.

Pertanyaannya Leon malah membuat Arvin mengingat masa lalunya.

*Flashback on

.

.

"Woy banci bangun lo!" Teriak seseorang yang kini menarik paksa kerah seragam Arvin.

Jericho murid yang sekelas dengan Arvin namun membencinya, membullynya dalam setiap kesempatan menjadikan Arvin sebagai samsak melepas kekesalan.

"Pliss tolong lepas.." ujar Arvin lirih sembari menahan tangan Jericho agar tak mencekik lehernya.

"Lepas aja kalo bisa! Dasar lemah!" Teriak Jericho pada Arvin yang hanya mampu menundukkan kepalanya.

'SRAKK

'DUGG

Jericho membanting tubuh kurus Arvin saat bel pelajaran telah berbunyi, meninggalkan Arvin yang merintih kesakitan lantaran punggungnya yang menabrak tumpukan kursi dan sebagaian ada yang jatuh mengenainya, beruntung luka yang Arvin dapat hanya pada lengan atas dan punggungnya jadi ia tak perlu repot-repot menutupi lukanya menggunakan bedak seperti yang pernah ia lakukan sebelum-sebelumnya jika ada luka di wajah atau bagian lain yang terbuka.

Satu kata yang terbenam dalam kepala 'Muak' Arvin muak dengan segala hal yang ia alami selama ini, tak tahu dimana letak kesalahannya selalu menjadi sasaran kemarahan orang lain, Arvin lelah.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang