Bagian 14

419 45 33
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu🩷
Jangan lupa vote dan komen :)


.

.

.

.



Juna memasuki kamar dengan perlahan-lahan takut mengejutkan abangnya seperti yang hari-hari ia lakukan, tapi kali ini ia tak ingin melakukan hal itu, kasian juga abangnya yang kena jahil setiap hari.

"Abang, ini Juna." Ujar Juna setelah mematikan musik di ponsel yang Arka dengarkan berkat bantuan bi Hani.

"Ohh udah pulang ya." Sahut Arka yang kini membenahi posisinya menjadi duduk, tadinya ia rebahan karena tak tau akan melakukan apa.

Juna menyimpan satu bungkus skeatboard untuk Arka di lemari pakaian miliknya, sedangkan untuk Arvin ia taruh di meja belajar.

"Bang, Juna udah beli kado untuk kakak, nanti malem kita kasih ya." Ujar Juna yang kini duduk di sebelah Arka.

"Jadi beli skeatboard?" Tanya Arka memastikan.

"Iya jadi dong kan udah kesepakatan kita."

"Terus uangnya gimana?" Tanya Arka lagi.

"Pakek uang Juna dulu aja bang, dari papa masih banyak kog, kan papa kaya." Ujar Juna di akhiri kekehan membuat Arka ikut tersenyum, tak tau saja Arka kalau uang yang di pakai Juna hasil ia balapan liar, andai Arka tau pasti sekarang Juna telah berubah jadi Juna geprek.

"Ngasih nya masa cuma gitu aja bang, ga di kasih tambahan apa gituuu.." ujar Juna sembari berpikir.

"Emmm... Apa ya?" Arka jadi ikut berpikir keras, terlihat biasa saja jika mereka hanya memberikan sebuah skeatboard tanpa ucapan.

"HAH! ABANG TAU!" Teriak Arka tiba-tiba membuat Juna terkejut bahkan hampir terjatuh dari tempat tidur, beruntung sakitnya Juna bukan pada Jantungnya bisa-bisa ia mati ditempat gara-gara teriakan membahana abangnya.

"Abang ih ga usah teriak Juna kaget tauk." Sahut Juna kesal tapi ia tahan untuk tak melempar abangnya keluar jendela.

"Aduh kaget ya, sorry sorry ga sengaja haha"

"Isssh ngeselin, tapi yang udah, jadi ide apa tuh yang abang pikirin?"

"Gimana kalo kita buat video aja, kaya semacam ucapan gitu buat Arvin, jadi dia bisa dengerin ucapan dari kita tanpa mengabaikan kita, kalau ucapin secara langsung pasti dianya ga bakal dengerin." Ujar Arka memberi penjelasan.

"Okee, bentar ya bang Juna ambil laptop dulu dikamar atas." Ujar Juna lantas bergegas menuju kamarnya di lantai atas.

Juna memandang tiga pintu di depannya, pintu kamar Arka, kamarnya dan pintu kamar milik Arvin, kamar Juna berada di tengah-tengah antara kamar abang dan kakaknya dan Juna pemilik kamar paling besar karena abang dan kakaknya akan lebih sering tidur di kamar Juna di banding kamar mereka sendiri dan sekarang kamar Juna sudah lama tak berpenghuni.

Sebelum Juna memasuki kamarnya ia memasuki kamar abangnya terlebih dahulu, menatap sekeliling dengan pandangan sendu lalu ia berbalik dan keluar dari kamar Arka, ia tak ingin abangnya menunggu.

Juna segera menuju kamar dimana abangnya berada dengan laptop di pelukannya, baru saja Juna membuka pintu kamar tiba-tiba saja kepalanya berdenyut sakit.

"Akhh," Juna memegangi kepalanya menggunakan satu tangannya, beruntung laptop yang dibawanya tak terjatuh.

"Arghh sakit banget," ujar Juna lirih, ia tak ingin Arka sampai mendengar rintihannya, dengan menahan sakit di kepalanya Juna berjalan pelan untuk menaruh laptopnya di meja dan mengambil obatnya di tas sekolah.

"Dek?" Panggil Arka saat merasa ada seseorang di kamarnya.

"Iya bang ini adek, bentar ya adek ke kamar mandi dulu, kebelet." Sahut Juna dan buru-buru menuju kamar mandi dengan sebotol air mineral dan obatnya.

Setelah merasa lebih baik Juna segera kembali menghampiri Arka.

"Sudah?" Tanya Arka saat merasakan seseorang duduk di sampingnya dan pastinya itu Juna.

"Iya bang udah, boleh peluk ngga?" Tanya Juna tiba-tiba, jujur saja sekarang sakit di kepalanya masih ada walaupun sudah tak sesakit tadi.

Tanpa menjawab Arka merentangkan tangannya sebagai jawaban untuk Juna, sebenarnya Arka tak paham mengapa adiknya tiba-tiba minta di peluk tapi tak apa lagipula Arka senang peluk-peluk Juna.

"Dek.. kalo ada masalah cerita ya ke abang, jangan di pendem sendiri." Ujar Arka sembari mengusap sayang surai adiknya.

"Iya abanggg tapi Juna ngga ada masalah kog, udah ayok bikin videonya." Sahut Juna yang kini merubah posisinya yang tadinya bersandar pada dada bidang Arka kini menjadi duduk di sebelah Arka.

Juna menyalakan laptopnya dan membuka kamera, ia meletakan laptopnya di meja belajar dan menuntun Arka untuk duduk di kursi yang menghadap laptop.

Juna memencet tombol play dan ikut duduk di kursi samping Arka, "nah bang udah mulai, silahkan ngomong."

"Loh adek duluan lah yang ngomong." Sahut Arka.

"Kog adek sih, abang lah kan abang yang kasih ide."

Perdebatan di awal video menjadi pembuka video yang akan mereka berikan sebagai ucapan selamat ulang tahun untuk Arvin, video yang berisi setengah perdebatan dan setengahnya lagi berisi ucapan dan ungkapan sayang mereka buat Arvin telah selesai mereka buat walaupun di bumbui sedikit keributan.

Tanpa mereka sadari sedari tadi Leon memperhatikan mereka dari pintu kamar, tadinya Leon berniat memanggil anak-anaknya untuk makan malam tetapi ia urunkan saat melihat keduanya tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri, rasa bangga, rasa haru dan sedih menjadi satu.

"Papa harap setelah ini tak ada lagi penghalang kebahagiaan untuk kalian."

***

Juna mengendap-endap menuju kamar Arvin saat tengah malam, ia membawa skeatboard yang telah ia bungkus rapi menggunakan bungkus kado dan kotak kado kecil berisi flashdisk yang menyimpan video ucapan mereka untuk Arvin.

Juna tahu jika Arvin tak pulang malam ini, tapi ia tetap mengendap-endap takut jika membangunkan papanya, dengan perlahan Juna membuka pintu kamar Arvin yang tak terkunci dan menutupnya kembali, Juna meletakkan kado yang ia bawa di meja belajar Arvin, "kak.. selamat ulang tahun untuk kakak Avin nya Juna, Kakak hebatnya Juna, semoga setelah ini Kakak balik lagi yang ke kita, Juna kangen banget di peluk-peluk kakak, Juna ngga tau sampai kapan Juna bertahan, tapi Juna akan berusaha semampu Juna untuk tetap bertahan demi kalian."

Juna berjalan pelan ke arah rajang tidur milik Arvin dan merebahkan tubuhnya disana, untuk malam ini Juna akan tidur di kamar Arvin, ia juga sudah meminta izin pada Arka agar tak mencarinya.

"Selamat malam kak, Juna sayang kakak." Ujar Juna sembari memeluk erat guling milik Arvin dan tertidur lelap setelahnya.






***

Annyeong yeorobunnnnn, entah kesambet apa tiba-tiba ide mengalir sampai jauh seperti rucika mwehehe

Pada seneng ga nih update nya jeda sehari aja ??? Harus seneng pokoknya author memaksa :)

Terimakasih buat komen-komen kalian yang udah memotivasi diri ini agar cepet update :)


감사합니다

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang