Bagian 17

510 52 18
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo:))

.

.

.

Leon menggenggam tangan dingin Juna yang terbebas dari infus, menatap sendu anaknya yang belum membuka matanya, "Adek bangun nak, maafin papa udah gagal jaga adek."

Leon menunggu Juna di ruangan seorang diri, Arvin tengah membawa Arka ke kantin rumah sakit karena keduanya belum makan, awalnya Leon meminta kedua putranya pulang  untuk makan sekaligus istirahat namun keduanya sama-sama menolak pulang sebelum Juna bangun.

"Adek mimpi apa sampe nyenyak banget tidurnya? Adek mimpi ketemu mama ya di sana?" Leon mengusap air matanya yang kembali mengalir deras, ia harus kuat demi Juna, ia tak boleh menangis dan membuat Juna merasa bersalah.

Pergerakan tiba-tiba dari tangan Juna membuat Leon terkejut, ia lantas menatap mata anaknya yang mulai mengerjap pelan.

"Adek bangun?" Tanya Leon yang sudah bangkit dari duduknya agar lebih jelas melihat wajah anaknya, hanya senyuman tipis sebagai balas Juna, namun hal sederhana itu mampu membuat Leon ikut tersenyum dan bersyukur.

Leon segera menghubungi Andre untuk memeriksa keadaan Juna dan tak lupa mengabarkan kedua anaknya yang lain jika Juna sudah membuka matanya.

"Ada yang sakit nak?" Tanya Leon.

"Juna nggak apa-apa pa." Sahut Juna tersenyum, Juna memang tak merasakan sakit hanya saja badannya terasa lemas.

Belum sempat Leon menjawab pintu ruangan terbuka menampilkan Andre dan Arvin yang menggandeng Arka di belakangnya.

"Ternyata bukan mimpi." Batin Juna saat melihat Arvin yang telaten menggandeng Arka menuju brankar yang ditempatinya.

Andre mendekat untuk memeriksa kondisi Juna sedangkan Arvin dan Arka mendekat kearah Leon.

"Udah lebih baik dan stabil, jika dari sekarang sampai besok pagi ngga kambuh bisa pulang, tapi jangan sekolah dulu minimal dua hari." Tutur Andre yang selesai mengecek kondisi Juna.

"Kog gitu, nggak ah Juna mau sekolah." Bantah Juna.

"Jangan dulu ya, nanti kakak suruh Justin nginep rumah Juna sampe Juna boleh sekolah." Ujar Andre membujuk Juna, ia tak boleh kelelahan agar penyakitnya tak semakin parah.

"Ya udah deh, oh iya emm ituu.." Juna menatap Andre penuh tanda tanya.

"Maaf ya tapi kakak ngga bisa sembunyiin ini lagi, mereka udah tau, kalau gitu kakak balik dulu ya, istirahat." Ujar Andre yang kini berganti menghadap Leon," saya pamit dulu ya om kalau ada apa-apa segera hubungi saya."

Leon mengangguk sebagai jawaban, dan kini tatapan teduhnya beralih menatap anak bungsunya yang juga menatapnya.

"Pa.. maafin Juna." Ujar Juna lirih.

"Papa yang harusnya minta maaf sayang, maafin papa yang udah gagal jaga Juna, kita perbaiki sekarang yang sayang, Juna mau kan berjuang demi papa, abang dan juga kakak." Tutur Leon yang kini membantu Juna untuk duduk, Juna membalas dengan mengangguk dan tersenyum, tanpa diminta sekalipun Juna akan berjuang semaksimal mungkin untuk tetap bersama keluarganya.

"Abang jangan nangis." Ujar Juna membuat Leon dan Arvin menoleh ke arah Arka yang kini berlinang air mata.

Arvin membantu Arka yang ingin mendekat kearah Juna, saat meresa Juna telah di hadapan ia memeluk Juna erat, Arka takut jika Juna pergi kapan saja.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang