Bagian 1 (pengenalan tokoh)

1.2K 73 12
                                    

Minggu pagi yang cerah di kediaman Aditya Rajasa,  Leon sebagai singel parents tengah berkutat dengan dapur nya semenjak pagi buta demi membuat telur mata sapi sempurna buat si bungsu, steak anti gosong buat anak tengahnya dan hamburger tanpa taburan wijen buat anak pertamanya.

"Papaaa!!!! BANG ARKA GANGGUIN HIBERNASINYA JUNAA!"

Teriakan cetar nan membahana Arjuna sukses mengangetkan Leon dan berujung kuning telur yang ia masak dengan sepenuh hati meluber bercampur dengan putih telur yang belum matang sepenuhnya, dan itu telur ke lima yang Leon coba masak dengan sempurna berujung meluber kemana-mana.

"ABANG JANGAN DI GANGGUIN ADEKNYA!! KALO MASIH GANGGUIN MOBIL PAPA SITA!!"

Habis sudah kesabaran Leon yang tadinya setebal buku sejarah mendadak jadi setipis tisu di bagi tujuh.

"Pa jan marah-marah mulu ntar tumbuh uban." Sahut Arvin yang tiba-tiba muncul di belakang Leon dengan handuk yang masih tersampir di pundaknya.

"Ngangetin aja sih kak, udah kaya jin aja dateng tiba-tiba."

"Sorry pap, ngga tiba-tiba kog papa aja yang ga liat." Bela Arvin.

"Wih udah ganteng aja nih anak papa mo kemana emang?" tanya Leon saat melihat Arvin.

"Mau main pa, sama abang sama adek"

"Lohh kalian main bareng ga ajak papa?? Sungguh tega," ujar Leon dengan berpura-pura menyeka air mata di sudut matanya.

"Halahh papa mah lebay doang, biasanya kita main juga cuma bertiga." Sahut Arka tiba-tiba dengan Juna berada dalam gendongannya.

"Loh itu ngapain gendong-gendongan ga biasanya kalian akur," heran Leon yang melihat keakraban kakak beradik yang biasanya bagaikan tom and jerry.

"Adek kakinya pincang pa, tadi ga sengaja kelempar vas bunga," sahut Arka enteng.

"Kog bisa? Kalian ini loh ada aja ulahnya ngga sekalian lempar-lemparan pisau gitu" 

Leon tak habis pikir lagi dengan kelakuan anak sulung dan bungusnya.

"Udah pa jangan marah-marah masih pagi loh ini, tumbuh uban nanti papa ngga ganteng lagi." Juna yang tadinya anteng dalam gendongan Arka akhirnya ikut berkomentar.

Dengan di bumbui drama pagi triple's A akhirnya sarapan dengan anteng berkat hidangan yang di buat Leon dengan susah payah.

"Pa abis sarapan kita langsung berangkat ya, mau ke basecamp sama temen-temen," ujar Arka saat burger di piringnya telah habis.

"Boleh, tapi adek ngga di rumah aja? Sakit kan kakinya," sahut Leon.

"Ga apa kog pa, sakit sedikit aja masih bisa jalan, kalo lari ntar gendong bang Arka aja," ujar Juna antusias.

"Tumben semangat, biasanya juga tidur mulu seharian, " heran Leon dengan anak bungsunya.

"Udah janji mau main game sama Travis pa"

"Ya udah hati-hati tapi, Abang, Kakak jagain adeknya yang suka tidur sembarangan ntar di culik orang papa jual kalian berdua buat tebusan kalo penculik nya adek minta uang," ujar Leon penuh wibawa.

"Lah papa ga modal banget mau nebus anaknya pakek jual anak lain, kek kekurangan duit aja," sahut Arvin.

"Lagian siapa sih pa yang mau nyulik adek, untung kagak rugi iya," Arka mode julid on.

"Jadii ini mau drama apa mau main, lumutan nih Juna nunggunya." Kesal Juna.

Setelah drama pagi yang panjang Triple's A segera menuju ke markas mereka, yang sebenarnya milik Arka dan kedua temennya tapi sekarang menjadi milik triple's A sekaligus teman seumuran mereka.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang