Bagian 23

264 28 6
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo 🩷

.

.

.

.

Hari ini Juna kembali bersekolah dengan wajah cerah berseri dan sekarang waktunya pulang sekolah setelah seharian penuh bergelung dengan banyaknya mata pelajaran.

"noyegero jikjin sarange micin.. bla bla bla tereret tereret..." Juna bersenandung ria di balik helm full face nya, hari ini ia kembali mengendarai Ruby, Juna memaksa Leon hanya bisa pasrah.

"Senangnya dalam hati... Bila beristri lima, serasa dunia aku rajanya asek asek.." Beruntung jalanan yang ia lalui sepi jadi Juna tak perlu menanggung malu apabila suara randomnya terdengar dimana-mana.

Juna memelankan laju motornya dan berhenti di depan segerombolan siswa sekolah sebelah yang menghalangi jalannya.

"Woy minggir dong gue mau lewat!!" Teriak Juna di balik helmnya, ia harus berteriak agar suaranya terdengar.

"Turun lo! Gue mau ngomong sama lo!" Teriak salah satu di antara mereka yang berdiri menghalangi jalan.

"Ck ribet lo anjir." Juna terpaksa turun dan melepas helmnya, males sih sebenarnya Juna kan rindu dengan kasurnya.

"Jadi.. mo bilang ape? Cepet spill." Tanya Juna lagi sembari menyenderkan tubuhnya pada si Ruby.

"Tanding balap malem ini sama gue."  Ujar seseorang yang Juna ketahui namanya David, geng mereka cukup populer di kalangan remaja dan David adalah pemimpin mereka.

"Ga lah males gue, udah tobat." Sahut Juna yang akan kembali memasang helmnya.

"Pilih lo atau Travis yang main." Ujar David mengentikan Juna dan membuatnya mengumpat lirih.

"Oke, jam sembilan di jalan merpati nomor limapuluh." Sahut Juna singkat lantas memakai helmnya dan menjalankan Ruby menjauhi gerombolan manusia kurang kerjaan itu.

David tersenyum tipis melihat kepergian Juna, "menarik." Ujar lirih David, lantas ia mengomando kawan-kawannya untuk pergi.

.

.

Juna memasuki rumah dengan riang, "Juna pulang!" Teriaknya menggema, mengangetkan Arka yang berdiri di ambang pintu kamarnya, hari ini ia kembali berlatih mengelilingi kamarnya, Arka mana tau kalau hari sudah sore baginya semuanya sama saja, gelap dan gelap.

"Abang ngapain di depan pintu, ayo masuk adek bantu." Juna menggandeng Arka dan membantunya kembali ke ranjangnya.

"Abang butuh sesuatu?" Tanya Juna saat mereka telah duduk di ranjang.

"Enggak, abang cuma kangen adeknya abang yang cerewet ini." Jawab Arka gemas.

"Lama banget sih dek sekolahnya abang kan kangen peluk-peluk adek." Sambung Arka yang kini telah mendekap erat adik bungsunya, Juna masih wangi kog walaupun pulang sekolah.

"Abang ih orang cuma sekolah, gimana kalo nanti adek pergi terus nggak balik lagi bakal sekangen apa abang nanti." Sahut Juna spontan membuat Arka melepas paksa pelukan mereka.

"Siapa ngajarin Juna ngomong kaya gitu." Ujar Arka dingin.

Mampus! Bahkan Arka sudah menyebut namanya bukan 'adek' pasti Arka tengah murka dengan ucapan Juna barusan.

"Ih abang jangan marah, maaf." Sahut Juna lirih dengan menunduk walaupun Arka tak melihat ia spontan melakukannya.

"Di maafin asal ngga gitu lagi, udah sana Juna mandi terus makan." Arka sedikit melembutkan nada bicaranya.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang