Bagian 24

365 40 2
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo 🩷

.

.

.

.




Juna memandang kertas ditangannya dengan tatapan sendu, "secepat ini?" Batin Juna bertanya penuh rasa sakit, Leukimia yang bersarang di tubuhnya kini mulai menyebar dan bertambah parah.

"Bukankah dunia itu tidak adil, banyak hal yang udah aku lakukan, bahkan aku harus melawan rasa benciku terhadap jarum-jarum suntik itu, hampir di setiap harinya pil-pil obat menyebalkan aku telan, tapi apa hasilnya?" Juna terkekeh miris di akhir kalimat, ia bosan dengan kehidupannya, tapi apakah mati jadi pilihan terakhir bagi Juna? Tidak, Juna tak sebodoh itu untuk menyerah.

Leukimia yang diderita Juna kini telah memasuki stadium dua, padahal jadwal kemoterapinya tak ada yang terlewatkan, sebisa mungkin Juna mengontrol pola hidupnya agar lebih sehat dan sekarang Juna merasa usahanya sia-sia.

Bahu lebar Juna bergetar saat ia menundukkan kepalanya, air mata itu lolos begitu saja dari kedua mata indahnya, ingatannya kembali saat-saat masa kecilnya, ia bermain tanpa rasa sakit berlarian kesana kemari membuat kedua saudaranya kewalahan mengejarnya.

Juna mengusap air mata yang membasahi pipinya, menatap ke arah padatnya kota, kini ia tengah berdiri di balik dinding pembatas rooftop rumah sakit Rajasa.

Hembusan nafas berat Juna berbarengan dengan tubuhnya yang merosot hingga bersandar pada dinding, memejamkan matanya sejenak untuk menikmati hembusan angin sore yang menerpa wajah lelahnya.

"Kalo tidur jangan di sini, serem kalo malem banyak setan." Ujar seseorang membuat Juna tersentak dan otomatis melotot saat mengetahui siapa orang yang berada di hadapannya.

"Kog lo ada di mana-mana sih kayak setan!" Sewot Juna pada David di hadapannya, semenjak balapan malam itu David sering kali muncul di hadapan Juna, entah di jalan, di warung sampai di WC umum ia sering kali bertemu dengan David dan sekarang ia harus kembali bertemu dengan David lagi di rooftop rumah sakit, Juna sempat berfikir jika David sebenernya setan yang bisa muncul dimana-mana.

"Lo ngikutin gue ya!" Sambung Juna yang masih menatap David dengan tajam.

"Dih pede! Siapa juga mau ngikutin lo." Balas David tak kalah sewot.

"Lagian lo muncul di mana-mana, sebel banget gue liatnya."

Keduanya saling menatap sengit, memang selalu seperti ini saat mereka bertemu bagaikan kucing dan tikus, tapi tak sampai baku hantam, di bilang musuhan juga enggak, temenan juga enggak.

"Sana pergi, ganggu aja lo." Ujar Juna mengibaskan tangannya setelah beberapa saat terdiam.

"Siapa lo ngatur-ngatur, emang ini rumah sakit punya lo!" Sahut David sengit.

"Emang! Ini kan rumah sakit Rajasa dan gue bagian dari Rajasa." Jawab Juna meledek.

"Emang gitu?" Tanya David tapi masih menggunakan intonasi tinggi.

"Ya emang gitu!"

"Oke gue pergi! Bay babi! Awas tuh belakang lu ada Kunti!" Ujar David yang sudah berlari kecil menuju pintu.

"Kog merinding ya, harus pulang nih gue lagian orang rumah paling juga udah panik gue ga pulang." Juna ikut berlari kecil saat tak lagi melihat David, ia sedikit gengsi jika ketahuan mengikuti David untuk turun dari rooftop.

Saat Juna akan melangkah keluar pintu rumah sakit ia malah berpapasan dengan Steven.

"Loh Juna kenapa? Ada yang sakit ?" Tanya Steven saat Juna selesai menyapanya.

TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang