Bagian 19

359 46 4
                                    

Happy reading sayang-sayangnya akuuu 🩷🩷
Jangan lupa vote dan komen juseyoooo:)



.







.








.






.




.








Arka turun dari ranjangnya dengan berpegangan pada meja di sampingnya, ia tengah berada di kamar sendirian karena ia meminta bi Hani memasaknya sup untuk di bawa ke rumah sakit saat Arvin telah pulang.

"Ayo Arka fighting lu pasti bisa!" Ujar Arka sembari mengepalkan tangannya memberi semangat, ia akan belajar berjalan sendiri setidaknya sampai di kamar mandi.

"Satu.. dua.. tiga.. " Arka menghitung sembari berjalan menyelusuri dinding, entah kemana tujuannya ia hanya meraba hal yang ada di depan maupun sampingnya.

'Dukk

"Aduh! Anjirlah siapa naroh meja di sini!?" Arka berjongkok untuk mengecek apakah jari-jari kakinya masih lengkap setelah menabrak pinggiran meja.

"Capek banget sih jadi orang buta!"

"Arka capek ma.." Arka bersender pada meja di sampingnya masih dengan posisi berjongkok, sesekali ia menghapus air matanya dengan kasar, semenjak ia buta emosinya menjadi tidak stabil.

Setelah dirasa emosinya sedikit mereda Arka kembali bangkit, "Ayo Arka jangan lemah lu harus bisa, lu anak pertama di keluarga ini dan adik-adik lu butuh jadi jangan lemah."

Arka meraba meja di depannya, terdapat banyak tumpukan buku, "berarti ini meja belajar Juna, sepuluh langkah dari ranjang adalah meja belajar Juna."

Arka kembali berjalan menyelusuri tembok dan menemukan pintu didepannya, "pintu kamar mandi." Ujar Arka pelan, ia bisa membedakan gagang pintu keluar dan pintu kamar mandi di kamar itu.

"Berarti belok kiri maju dua belas langkah dari meja belajar Juna adalah kamar mandi." Arka tersenyum bangga saat ia sampai di kamar mandi.

Ia membuka pintu kamar mandi dan melangkah pelan memasukinya, "satu.. dua-"

'Gubrak'

"Adoh anjer pantat gue! sakit banget bangsat!" Arka mengabsen seluruh binatang sembari mengusap pantatnya yang baru saja mendarat mulus di lantai kamar mandi.

Arka kembali berjalan pelan keluar dari kamar mandi, ia tengah membayangkan bagaimana posisinya jika tadi ia menghadap kamar mandi berarti tadi ia dari sebelah kiri, karena sekarang ia menghadap luar berarti Arka harus kembali berjalan ke arah kiri.

"Arka pinter banget si lu." Ujar Arka pada diri sendiri sembari kembali meraba dinding.

'Dukk

"Bangsat! Apalagi ini ya Tuhan!" Arka rasanya ingin menghancurkan isi bumi, tadi jari-jari kakinya, pantatnya dan sekarang jidat mulusnya menabrak benda besar dihadapan.

"Siapa sih yang udah naroh lemari di sini anjir!" Arka mendumel sembari berpegangan pada Almari.

"Anjir jadi ini lemari, wih keren juga nih gue, berarti tujuh langkah dari kamar mandi ada lemari pakaian gue sama Juna." Arka bersorak gembira melupakan rasa sakit di dahinya, Arka kembali berjalan menyelusuri dinding hingga ia menemukan pintu lagi.

"Pasti ini pintu keluar, sembilan langkah dari lemari ada pintu keluar." Arka membuka pelan pintu itu dan berhasil.

Arka kembali berjalan sedikit pelan dari sebelumnya, ia yakin saat ini dirinya berada di luar kamar Arka harus hati-hati.

'Dukk

'pranggg

"Akhhh.. Anjir anjir ini apaan." Arka berjongkok saat merasakan perih di mata kakinya.

"ABANG!" Teriak Arvin yang terkejut dengan keadaan Arka.

"YA AMPUN DEN ARKA!" bi Hani pun sama terkejutnya, ia baru saja selesai membuat sup dan ingin menghampiri Arka namun suara pecahan barang membuatnya terkejut dan cepat berlari keruang tengah.

Arvin baru saja memasuki rumah dan pemandangan di depannya membuat ia segera berlari, menghampiri Arka yang berjongkok dengan vas bunga yang pecah di depannya dan tangan serta kakinya yang terlihat mengeluarkan darah.

"Abang stop! Jangan bergerak!" Arvin buru-buru menarik Arka kebelakang menjauh dari vas bunga yang pecah itu.

"Bi Hani tolong bersihin pecahannya ya, biar Arvin yang urus abang." Ujar Arvin pada Hani dan segera memapah Arka yang plonga-plongo.

Arvin mendudukan Arka di ranjangnya dan bergegas mengambil P3K di meja belajar Juna, Arvin segera membersihkan darah yang mengalir dari kaki dan tangan Arka membuat Arka meringis menahan sakit, tapi Arka memilih diam, ia tau adiknya tengah menahan khawatir karena dirinya.

"Abang mau kemana sih? Kenapa ngga sama bi Hani? Abang jangan kemana-mana sendiri." Dumel Arvin sembari membalut luka di tangan Arka.

"Abang nyusahin ya?" Tanya Arka lirih.

"Abang dengerin Arvin, abang nggak nyusahin siapapun, Arvin cuma ngga mau abang kenapa-kenapa, luka abang itu luka Arvin juga bang." Ujar Arvin yang kini memeluk erat Arka di depannya, ia menangis di balik bahu Arka.

"Maafin abang ya, maaf buat adek khawatir,  abang janji jaga diri abang sendiri biar adek ngga khawatir." Balas Arka yang mengusap surai belakang Arvin, ia tau adiknya kembali merasa bersalah.

"Udah dong nangisnya, bantu abang siap-siap ya, kita jenguk Juna." Sambung Arka yang mengusap pundak Arvin.

Arvin segera bangkit dan menghapus air matanya, ia kembali menuntun Arka untuk berganti pakaian, setelahnya ia yang bersiap-siap.


***

"ADEKK!" Arka berteriak di ambang pintu ruang rawat Juna membuat sang empu lagi-lagi tak jadi tertidur, rasanya Juna mau ngambek aja sama semesta gara-gara sedari tadi ia tak jadi tertidur.

"Abang jangan teriak ini rumah sakit bukan hutan." Dumel Juna yang kembali memposisikan dirinya menjadi duduk kembali.

"LOH ABANG ITU TANGANNYA KENAPA!?" Juna berteriak sembari menunjuk tangan Arka yang terbalut perban.

"Adek jangan teriak ini rumah sakit bukan hutan." Julid Arvin yang menirukan ucapan Juna barusan.

"Itu kenapa tangannya?" Tanya Juna lagi dengan intonasi yang lebih pelan.

"Ga papa eksperimen dikit." Jawab Arka cengengesan.

"Sini deketan sama Juna." Ujar Juna membuat Arka melangkah maju di bantu Arvin agar lebih dekat dengan Juna.

Juna menggenggam pelan tangan Arka dan meniupnya pelan, "Luka cepet pergi ya, Juna ngga suka kalau ada luka di tangan indahnya abang." Juna memberikan kecupan ringan di tangan Arka pada akhir kalimatnya.

Arvin mengsuap sayang surai adiknya, "manis banget sih adeknya kakak."

"Adek udah makan belum? Ini Abang bawa sup buat adek." Tanya Arka.

"Belum, makanan rumah sakit nggak enak adek ngga suka." Jawab Juna dengan bibir mengerucut.

"Lah itu buah abis ludes tinggal kulitnya itu adek semua yang makan?" Heran Arvin saat melihat buah yang tadi pagi saja tak tersentuh oleh Juna kini ludes tinggal kulitnya.

"Heheh Juna yang makan sama trio curut." Jawab Juna cengengesan.

"Ya udah sekarang kita makan, let's go!" Ujar Arka semangat, jujur saja ia juga lapar.

Kini Triple's tengah makan bersama dan saling suap, bahkan Juna turun dari brankar untuk bergabung dengan dua saudaranya.


***



Annyeong yeorobunnnnn.
Makasih banget yang udah vote dan komen ❤️❤️

감사합니다




TRIPLE'S A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang